Selasa, 18 Desember 2007

sby

Susilo Bambang Yudhoyono (1)

Presiden RI Pertama Pilihan Rakyat

Ini dia Presiden Republik Indonesia pertama hasil pilihan rakyat secara langsung. Lulusan terbaik Akabri (1973) yang akrab disapa SBY dan dijuluki 'Jenderal yang Berpikir', ini berenampilan tenang, berwibawa serta bertutur kata bermakna dan sistematis. Dia menyerap aspirasi dan suara hati nurani rakyat yang menginginkan perubahan yang menjadi kunci kemenangannya dalam Pemilu Presiden putaran II 20 September 2004.

Berpasangan dengan Muhammad Jusuf Kalla sebagai Wakil Presiden, paduan dwitunggal ini menawarkan program memberikan rasa aman, adil dan sejahtera kepada rakyat. Pasangan ini meraih suara mayoritas rakyat Indonesia (hitungan sementara 61 persen), mengungguli pasangan Megawati Soekarnoputri - KH Hasyim Muzadi.

Popularitas dengan enampilan yang tenang dan berwibawa serta tutur kata yang bermakna dan sistematis telah mengantarkan SBY pada posisi puncak kepemimpinan nasional. Penampilan publiknya mulai menonjol sejak menjabat Kepala Staf Teritorial ABRI (1998-1999) dan semakin berkibar saat menjabat Menko Polsoskam (Pemerintahan Presiden KH Abdurrahman Wahid) dan Menko Polkam (Pemerintahan Presiden Megawati Sukarnopotri).

Ketika reformasi mulai bergulir, SBY masih menjabat Kaster ABRI. Pada awal reformasi itu, TNI dihujat habis-habisan. Pada saat itu, sosok SBY semakin menonjol sebagai seorang Jenderal yang Berpikir. Ia memahami pikiran yang berkembang di masyarakat dan tidak membela secara buta institusinya. "Penghujatan terhadap TNI itu menurut saya tak lepas dari format politik Orde Baru dan peran ABRI waktu itu," katanya. Maka, Tokoh Indonesia DotCom menjulukinya sebagai 'mutiara di atas lumpur'.

Banyak orang mulai tertarik pada sosok militer yang satu ini. Pada saat institusi TNI dan oknum-oknum militernya dibenci dan dihujat, sosok SBY malah mencuat bagai butiran permata di atas lumpur. (Hampir sama dengan pengalaman Jenderal Soeharto, ketika enam jenderal TNI diculik dalam peristiwa G-30-S/PKI, 'the smiling jeneral' itu berhasil tampil sebagai 'penyelamat negeri' dan memimpin republik selama 32 tahun. Sayang, kemudian jenderal berbintang lima ini terjebak dalam budaya feodalistik dan kepemimpinan militeristik. Pengalaman Pak Harto ini, tentulah berguna sebagai guru yang terbaik bagi pemimpin nasional negeri ini).

Lulusan Terbaik

Siapakah Susilo Bambang Yudhoyono yang berhasil meraih pilihan suara hati nurani rakyat pada era reformasi dan demokratisasi itu?

Pensiunan jenderal berbintang empat berwajah tampan dan cerdas, ini adalah anak tunggal dari pasangan R. Soekotji dan Sitti Habibah. Darah prajurit menurun dari ayahnya R. Soekotji yang pensiun sebagai Letnan Satu (Peltu). Sementara ibunya, Sitti Habibah, putri salah seorang pendiri Ponpes Tremas, mendorongnya menjadi seorang penganut agama Islam yang taat. Dalam dirinya pun mengalir kental jiwa militer yang relijius.

Selain itu, lulusan terbaik Akademi Militer (Akmil) angkatan 1973, ini juga memiliki garis darah biru, sebagai keturunan bangsawan Jawa yang mengalir dari dua arah dan berujung pada Majapahit dan Sultan Hamengkubuwono II. Kakeknya dari pihak ayah, bernama R. Imam Badjuri, adalah anak dari hasil pernikahan Kasanpuro (Naib Arjosari II - darah biru Majapahit) dan RM Kustilah ( sebagai turunan kelima trah Sultan Hamengkubuwono II bernama asli RA Srenggono). Bahkan dalam silsilah lengkapnya, SBY juga memiliki garis keturunan dari Pakubuwono.


Kendati SBY anak tunggal, dia hidup dengan prihatin dan kerja keras. Pada saat sekolah di Sekolah Rakyat Gajahmada (sekarang SDN Baleharjo I), SBY tinggal bersama pamannya, Sasto Suyitno, ketika itu Lurah Desa Ploso, Pacitan. Prestasinya saat SR sudah menonjol.

Dalam proses pengasuhan yang berdisiplin keras, pada masa kecil dan remajanya, SBY juga mengasah dan menyalurkan bakat sebagai penulis puisi, cerpen, pemain teater dan pemain band.

Pria tegap yang memiliki tinggi badan sekitar 175 cm, kelahiran Pacitan, Jawa Timur, 9 September 1949, ini senang mengikuti kegiatan kesenian seperti melukis, bermain peran dalam teater dan wayang orang. Beberapa karya puisi dan cerpennya sempat dikirimkan ke majalah anak-anak waktu itu, misalnya ke Majalah Kuncung. Sedangkan aktivitas bermain band masih dilaksanakan hingga tingkat satu Akabri Darat sebagai pemegang bas gitar. Sesekali masih juga menulis puisi.

Di samping kesenian, ia juga menyukai dunia olah raga seperti bola voli, ia senang travelling, baik jalan kaki, bersepeda atau berkendaraan. Sedangkan olah raga bela diri hingga saat ini masih aktif dilakukan.

Tekadnya menjadi prajurit mengental saat kelas V SR (1961) berkunjung ke AMN di kampus Lembah Tidar Magelang.

"Saya tertarik dengan kegagahan sosok-sosok taruna AMN yang berjalan dan berbaris dengan tegap waktu itu. Ketika rombongan wisata singgah ke Yogyakarta, saya sempatkan membeli pedang, karena dalam bayangan saya, tentara itu membawa pedang dan senjata," kenang SBY.

Mewarisi sikap ayahnya yang berdisiplin keras, SBY berjuang untuk mewujudkan cita-cita masa kecilnya menjadi tentara dengan masuk Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Akabri) setelah lulus SMA akhir tahun 1968. Namun, lantaran terlambat mendaftar, SBY tidak langsung masuk Akabri. Maka dia pun sempat menjadi mahasiswa Teknik Mesin Institut 10 November Surabaya (ITS).


Namun kemudian, SBY malah memilih masuk Pendidikan Guru Sekolah Lanjutan Pertama (PGSLP) di Malang, Jawa Timur. Selagi belajar di PGSLP Malang itu, ia pun mempersiapkan diri untuk masuk Akabri.

Tahun 1970, dia pun masuk Akabri di Magelang, Jawa Tengah, setelah lulus ujian penerimaan akhir di Bandung. SBY satu angkatan dengan Agus Wirahadikusumah, Ryamizard Ryacudu, dan Prabowo Subianto. Semasa pendidikan, SBY yang mendapat julukan Jerapah, sangat menonjol. Terbukti, dia meraih predikat lulusan terbaik Akabri 1973 dengan menerima penghargaan lencana Adhi Makasaya.

Saat menempuh pendidikan di Akademi Militer, itu, SBY berkenalan dengan Kristiani Herrawati, putri Sarwo Edhie. Saat itu, Mayjen Sarwo Edhi Wibowo, menjabat Gubernur Akabri. Perkenalan terjadi saat SBY menjabat sebagai Komandan Divisi Korps Taruna.

Perkenalan itu berlanjut dengan berpacaran, bertunangan dan pernikahan. Mereka dikarunia dua orang putra Agus Harimurti Yudhoyono (mengikuti dan menyamai jejak dan prestasi SBY, lulus dari Akmil tahun 2000 dengan meraih penghargaan Bintang Adhi Makayasa) dan Edhie Baskoro Yudhoyono (lulusan terbaik SMA Taruna Nusantara, Magelang yang kemudian menekuni ilmu ekonomi).

Pendidikan militernya dilanjutkan di Airborne and Ranger Course di Fort Benning, Georgia, AS (1976), Infantry Officer Advanced Course di Fort Benning, Georgia, AS (1982-1983) dengan meraih honor graduate, Jungle Warfare Training di Panama (1983), Anti Tank Weapon Course di Belgia dan Jerman (1984), Kursus Komandan Batalyon di Bandung (1985), Seskoad di Bandung (1988-1989) dan Command and General Staff College di Fort Leavenworth, Kansas, AS (1990-1991). Gelar MA diperoleh dari Webster University AS.

Karir Militer
Dalam meniti karir, SBY sangat mengidolakan Sarwo Edhi yang tidak lain adalah bapak mertuanya sendiri. Dalam pandangannya, Sarwo Edhi adalah seorang prajurit sejati. Jiwa dan logika kemiliterannya amat kuat. Selain belajar strategi, taktik, dan kepemimpinan militer, mertuanya itu amat sederhana dalam hidup dan teguh dalam memegang prinsip-prinsip yang diyakini.

Perjalanan karier militernya, dimulai dengan memangku jabatan sebagai Dan Tonpan Yonif Linud 330 Kostrad (Komandan Peleton III di Kompi Senapan A, Batalyon Infantri Lintas Udara 330/Tri Dharma, Kostrad) tahun 1974-1976, membawahi langsung sekitar 30 prajurit.


Batalyon Linud 330 merupakan salah satu dari tiga batalyon di Brigade Infantri Lintas Udara 17 Kujang I/Kostrad, yang memiliki nama harum dalam berbagai operasi militer. Ketiga batalyon itu ialah Batalyon Infantri Lintas Udara 330/Tri Dharma, Batalyon Infantri Lintas Udara 328/Dirgahayu, dan Batalyon Infantri Lintas Udara 305/Tengkorak.


SBY, sebagai komandan peleton, giat berlatih bersama anak buahnya sehingga peletonnya sering kali menjadi andalan bagi Kompi A dalam setiap kegiatan latihan bersama kompi-kompi lainnya di tingkat batalyon. Selain itu, ia juga mendapat tugas tambahan memberi les pengetahuan umum dan bahasa Inggris bagi semua anggota batalyon.


Kefasihan berbahasa Inggris, membuatnya terpilih mengikuti pendidikan lintas udara (airborne) dan pendidikan pasukan komando (ranger) di Pusat Pendidikan Angkatan Darat Amerika Serikat, Ford Benning, Georgia, 1975.


Kemudian sekembali ke tanah air, ia memangku jabatan Komandan Peleton II Kompi A Batalyon Linud 305/Tengkorak (Dan Tonpan Yonif 305 Kostrad) tahun 1976-1977. Dia pun memimpin Pleton ini bertempur di Timor Timur.


Sepulang dari Timor Timur, ia menjadi Komandan Peleton Mortir 81 Yonif Linud 330 Kostrad (1977). Setelah itu, ia ditempatkan sebagai Pasi-2/Ops Mabrigif Linud 17 Kujang I Kostrad (1977-1978), Dan Kipan Yonif Linud 330 Kostrad (1979-1981), dan Paban Muda Sops SUAD (1981-1982).


Ketika bertugas di Mabes TNI-AD, itu SBY kembali mendapat kesempatan sekolah ke Amerika Serikat. Dari tahun 1982 hingga 1983, ia mengikuti Infantry Officer Advanced Course, Fort Benning, AS, 1982-1983 sekaligus praktek kerja-On the job training di 82-nd Airbone Division, Fort Bragg, AS, 1983. Kemudian mengikuti Jungle Warfare School, Panama, 1983 dan Antitank Weapon Course di Belgia dan Jerman, 1984, serta Kursus Komando Batalyon, 1985. Pada saat bersamaan dia menjabat Komandan Sekolah Pelatih Infanteri (1983-1985)

Lalu dia dipercaya menjabat Dan Yonif 744 Dam IX/Udayana (1986-1988) dan Paban Madyalat Sops Dam IX/Udayana (1988), sebelum mengikuti pendidikan di Sekolah Staf dan Komando TNI-AD (Seskoad) di Bandung dan keluar sebagai lulusan terbaik Seskoad 1989.

Dia pun sempat menjadi Dosen Seskoad (1989-1992), dan ditempatkan di Dinas Penerangan TNI-AD (Dispenad) dengan tugas antara lain membuat naskah pidato KSAD Jenderal Edi Sudradjat. Lalu ketika Edi Sudradjat menjabat Panglima ABRI, ia ditarik ke Mabes ABRI untuk menjadi Koordinator Staf Pribadi (Korspri) Pangab Jenderal Edi Sudradjat (1993).

Lalu, dia kembali bertugas di satuan tempur, diangkat menjadi Komandan Brigade Infantri Lintas Udara (Dan Brigif Linud) 17 Kujang I/Kostrad (1993-1994) bersama dengan Letkol Riyamizard Ryacudu. Kemudian menjabat Asops Kodam Jaya (1994-1995) dan Danrem 072/Pamungkas Kodam IV/Diponegoro (1995).

Tak lama kemudian, dia dipercaya bertugas ke Bosnia Herzegovina untuk menjadi perwira PBB (1995). Ia menjabat sebagai Kepala Pengamat Militer PBB (Chief Military Observer United Nation Protection Force) yang bertugas mengawasi genjatan senjata di bekas negara Yugoslavia berdasarkan kesepakatan Dayton, AS antara Serbia, Kroasia dan Bosnia Herzegovina.

Setelah kembali dari Bosnia, ia diangkat menjadi Kepala Staf Kodam Jaya (1996), hanya sekitar lima bulan. Saat itu Pangdam Jaya dijabat Mayjen TNI Sutiyoso, yang menggantikan Mayjen TNI Wiranto yang diangkat menjadi Panglima Kostrad. Pada saat menjabat sebagai Kasdam Jaya, terjadi peristiwa 27 Juli 1996, yang menyeret namanya menjadi salah seorang saksi dalam pengungkapan kasus tersebut.

Kemudian dia menjabat Pangdam II/Sriwijaya (1996-1997) sekaligus Ketua Bakorstanasda dan Ketua Fraksi ABRI MPR (Sidang Istimewa MPR 1998) sebelum menjabat Kepala Staf Teritorial (Kaster) ABRI (1998-1999). Penampilan publiknya mulai menonjol saat menjabat Kepala Staf Teritorial ABRI tersebut.

Pada masa menjabat Kaster ABRI ini reformasi mulai bergulir. TNI dihujat habis-habisan. Pada saat itu, sosok SBY semakin menonjol sebagai seorang Jenderal yang Berpikir. Ia memahami pikiran yang berkembang di masyarakat dan tidak membela secara buta institusinya. Dia pun berperan banyak dalam upaya mereposisi peran TNI (ABRI). Rafermasi TNI dimulai pada masa ini.

Karir Politik

Sementara, langkah karir politiknya dimulai tanggal 27 Januari 2000, saat memutuskan untuk pensiun lebih dini dari militer ketika dipercaya menjabat sebagai Menteri Pertambangan dan Energi pada pemerintahan Presiden KH Abdurrahman Wahid. Ketika itu ia masih berpangkat letnan jenderal dan akhirnya pensiun dengan pangkat jenderal kehormatan.

Tak lama kemudian, SBY pun terpaksa meninggalkan posisinya sebagai Mentamben karena Gus Dur memintanya menjabat Menkopolsoskam untuk menggantikan Jenderal Wiranto yang terpaksa mengundurkan diri sebagai Menkopolsoskam.

Popularitasnya semakin berkibar saat menjabat Menko Polsoskam (Pemerintahan Presiden KH Abdurrahman Wahid) dan Menko Polkam (Pemerintahan Presiden Megawati Sukarnopotri).

Tugas terberatnya sebagai Menko Polkam adalah mengembalikan kepercayaan masyarakat dan dunia bahwa keamanan di Indonesia dapat diwujudkan. Faktor keamanan inilah yang sering dijadikan investor asing untuk membatalkan rencana investasinya di Indonesia. Sedangkan dari dalam negeri, masyarakat sering kali merasa was-was dengan berbagai gangguan seperti teror bom yang kerap terjadi.

Persoalan lainnya adalah, upaya menghentikan pertikaian di daerah konflik, yang secara perlahan memperlihatkan kemajuan. Namun, karena besarnya masalah yang dihadapi, keberhasilan tugasnya itu sering tidak ditanggapi serius. Masih banyak pekerjaan besar menunggu untuk segera diselesaikan.

Menghadapi tugas berat, ternyata menjadi bagian sejarah hidup SBY yang sebelum menjadi menteri sempat diprediksi bakal menjadi orang nomor satu di lingkungan militer. Ketika Presiden KH Abdurrahman Wahid berkuasa, ia sempat diberi tugas untuk melobi keluarga mantan Presiden Soeharto. Maksud langkah persuasif yang dilakukannya itu agar keluarga cendana bersedia memberikan sebagian hartanya kepada rakyat dan bangsa. Khususnya untuk membawa pulang harta keluarga Soeharto yang diperkirakan masih tersimpan di luar negeri. Padahal saat itu masyarakat tengah menunggu dengan seksama hasil peradilan orang kuat Orde Baru tersebut.

Presiden Wahid pada awal tahun 2001 pernah memintanya untuk membentuk Crisis Centre. Dalam lembaga nonstruktural ini Presiden Wahid meminta Yudhoyono menjabat sebagai Ketua Harian dan menempatkan pusat informasi atau kegiatan (operation centre) di kantor Menko Polsoskam. Lembaga baru ini berfungsi untuk memberikan rekomendasi kepada Presiden Wahid dalam menjawab berbagai persoalan. Termasuk di antaranya sikap Kepala Negara dalam merespon pemberian dua memorandum oleh DPR.

Kisah ketika dia menjabat Menko Polsoskam (Pemerintahan Presiden KH Abdurrahman Wahid) mengukir kisah tersendiri.
Walau berulang kali menerima kepercayaan bukan berarti Yudhoyono ‘lembek’ dalam menghadapi Presiden Wahid. Ketika terdengar kabar Presiden Wahid ngotot akan menerbitkan dekrit pembubaran DPR, maka, bersama Panglima TNI Laksamana Widodo AS dan jajaran petinggi TNI lainnya, ia meminta Gus Dur mengurungkan niatnya.

Puncaknya, pada 28 Mei 2001, bersama beberapa menteri tidak merekomendasikan rencana Presiden Abdurrahman Wahid mengeluarkan Dekrit Presiden. Bahkan tidak bersedia melaksanakan Maklumat Presiden yang menugaskannya sebagai Menkopolsoskam untuk mengambil langkah-langkah yang perlu untuk mengatasi krisis, memelihara keamanan, ketertiban dan hukum.

Akibatnya ia diberhentikan dengan hormat dari jabatan Menkopolsoskam pada 1 Juni 2001, kerena menolak rencana Presiden mengeluarkan Dekrit. Ketika ia ditawari jabatan Menteri Perhubungan atau Menteri Dalam Negeri namun ditolaknya.

Lalu pada Sidang Istimewa MPR-RI, 25 Juli 2001, ia dicalonkan memperebutkan jabatan Wakil Presiden yang lowong setelah Megawati Soekarnoputri dipilih menjadi presiden. Ia bersaing dengan Hamzah Haz dan Akbar Tandjung.

Pada 10 Agustus 2001, Presiden Megawati mempercayai dan melantiknya menjadi Menko Polkam Kabinet Gotong-Royong. Dia pun tampak menjalankan tugasnya dengan baik. Salah satu pelaksanaan tugasnya adalah mengumumkan pemberlakuan status darurat militer di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam pada 19 Mei 2003, serta proses penyelesaian konflik Ambon dan Poso.

Hal itu sangat menguntungkan SBY yang sudah berancang-ancang untuk merebut kursi presiden. Kemudian popularitasnya makin memuncak. Pertama kali dia masuk bursa calon presiden, ketika Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia menimangnya menjadi salah satu kandidat calon presiden dan wakil presiden. Kemudian, Partai Demokrat yang dibidani dan didirikan bersama beberapa koleganya menyebutnya sebagai calon presiden, bukan calon wakil presiden.

Lalu iklan damainya muncul di berbagai stasiun televisi. Ia pun menjawab pertanyaan wartawan yang menanyakan soal tidak dilibatkannya dia dalam beberapa kegiatan kabinet yang menyangkut masalah politik dan keamanan. Lalu, suami Presiden Megawati, Taufik Kiemas menyebutnya kekanak-kanakan karena dinilai melapor kepada wartawan bukan kepada presiden (1/3/2004). Ia pun beruntung karena pers dan beberapa pengamat membangun opini bahwa ia sedang ditindas oleh Taufik Kiemas, suami Megawati.

Dalam pada itu, dua kali rapat kordinasi bidang Polkam batal dilakukan karena ketidakhadiran para menteri terkait. Tampaknya para menteri terkait tak lagi mempercayai dan menurutinya. Lalu pada 9 Maret 2004, dia pun menyurati Presiden Megawati mempertanyakan kewenangannya sekaligus minta waktu bertemu. Namun, Presiden tidak menjawab surat itu. Mensesneg Bambang Kusowo kepada pers mengatakan tidak seharusnya seorang menteri (pembantu presiden) mesti membuat surat meminta bertemu dengan presiden. Dia pun diundang mengahadiri rapat menteri terbatas. Tapi ia tidak datang.

Ia merasa suratnya tak ditanggapi. Lalu pada 11 Maret 2004, ia memilih mengundurkan diri dari jabatan Menko Polkam karena merasa kewenangannya sebagai Menko Polkam telah diambil-alih oleh Presiden Megawati Soekarnoputri. Pada situasi itu, M. Jusuf Kalla, yang menjabat Menko Kesra, menemuinya. Lalu, malam harinya, di sebuah hotel, ia bertemu Abdurrahman Wahid yang diisukan sudah sejak beberapa waktu menimangnya menjadi calon presiden dari PKB.


Jenderal yang simpatik, tampan, mudah senyum dan memikat banyak perempuan ini, ketika mengumumkan permintaan pengunduran dirinya, mengatakan "Sesuai dengan hak politik saya, jika nanti pada saatnya ada partai politik, katakanlah Partai Demokrat dan dengan gabungan partai lain yang mengusulkan saya sebagai calon presiden, insya Allah saya bersedia."

Keputusan pengunduran dirinya dinilai berbagai pihak suatu keputusan yang elegan. Dalam perjalanan kariernya, Yudhoyono, memang selalu ingin tampak elegan baik dalam bertutur maupun bersikap. Sikap itu terlihat dalam beberapa peristiwa penting yang melibatkan langsung menantu Jenderal (Purn) Sarwo Edhi Wibowo itu.

Langkah pengunduran diri ini dinilai berbagai pihak membuatnya lebih leluasa menjalankan hak politik yang akan mengantarkannya ke kursi puncak kepemimpinan nasional. Polling TokohIndonesia DotCom menempatkannya sebagai calon wakil presiden yang paling puncak.


Dwitunggal SBY-JK

Proses pengunduran dirinya yang terkesan akibat tersisihkan dalam Kabinet Megawati telah mengangkat populeritasnya. Popularitasnya semakin menonjol. Ia seorang yang beruntung memiliki popularitas politik menggungguli para tokoh poltik lainnya yang justru sebelumnya meminangnya sebagai Calon Wakil Presiden. Popularitasnya telah mendongkrak perolehan suara Partai Demokrat pada Pemilu legislatif 2004 yang menduduki peringkat lima dan mengantarkannya menjadi calon presiden.

Tak lama setelah Pemilu Legislatif April 2004, SBY pun secara resmi meminta kesediaan M. Jusuf Kalla mendampinginya sebagai Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden. Pasangan ideal ini dicalonkan Partai Demokrat, PKPI dan PBB.

Pada Pemilu Presiden putaran pertama 5 Juli 2004, pasangan Susilo Bambang Yudhoyono-Jusuf Kalla ini memperoleh 39.838.184 suara (33,574 persen) diikuti pasangan Megawati-Hasyim Muzadi 31.569.104 suara (26,60 persen). Kedua pasangan itu maju ke Pemilu Presiden tahap kedua 20 September 2004.

Sementara perolehan suara tiga pasangan Capres-Cawapres lainnya yakni di urutan tiga Wiranto-Salahuddin Wahid meraih 26,286,788 suara (22,154%), urutan empat Amien Rais-Siswono Yudo Husodo 17,392,931suara (14,658%), dan urutan lima Hamzah Haz-Agum Gumelar 3,569,861suara (3,009%).

Dalam aturan main Pemilu Presiden ditetapkan jika dalam putaran pertama tidak ada pasangan Capres-Cawapres yang meraih 50% + 1n suara dengan sedikitnya 20 persen di setiap provinsi dan tersebar lebih dari setengah jumlah provinsi di Indonesia, maka peraih suara terbanyak 1 dan 2 ditetapkan untuk maju ke putaran kedua Pemilu Presiden.

Hasil rekapitulasi penghitungan suara dari 32 provinsi ditambah hasil pemilu di luar negeri, jumlah pemilih yang menggunakan hak pilihnya 121.293.844 orang, atau 78,22 persen dari pemilih terdaftar 155.048.803, lebih rendah dari pemilu legislatif yang 84,07 persen.

Pasangan Yudhoyono-Jusuf meraih kemenangan di 17 provinsi, termasuk di luar negeri. Pasangan Megawati-Hasyim mengungguli pasangan calon lainnya di enam provinsi. Pasangan Wiranto-Salahuddin Wahid meraih kemenangan di tujuh provinsi. Pasangan Amien Rais-Siswono Yudo Husodo meraih kemenangan di dua provinsi. Pasangan Hamzah Haz-Agum Gumelar tidak memenang di satu pun provinsi.

Kemudian pada Pemilu Presiden putara kedua 20 September 2004, SBY-JK meraih kepercayaan mayoritas rakyat Indonesia dengan perolehan suara di attas 60 persen, mengungguli pasangan Mega-Hasyim yang meraih kurang dari 40 persen suara.

Tinggal di Istana

Menjawab pertanyaan wartawan (24/9/2004), akan tinggal di mana setelah dilantik menjadi presiden, SBY menjawab: "Istana. Saya memilih akan tinggal di sana setelah dilantik." Pilihannya beserta keluarga untuk tinggal di Istana Negara didasarkan pada alasan akan lebih efisien dan efektif bagi pelaksanaan tugasnya sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan.


Menurutnya, di istana akan memudahkan pengaturan kegiatan. Tidak akan terlalu menghambat lalu lintas, pengamanan akan lebih mudah, tamu-tamu akan mudah pengaturan dan pendataannya, dan demi penghematan juga. "Kalau saya tinggal di luar istana, pasti diperlukan pembangunan sejumlah fasilitas yang sebetulnya tidak diperlukan jika saya tinggal di istana," katanya. ►crs

Susilo Bambang Yudhoyono (2)

Pilihan Suara Rakyat

Pilihan suara hati nurani rakyat akhirnya terbukti. Sebagian rakyat Indonesia, pada Pilpres putaran pertama, mempercayakan pilihannya kepada pasangan capres-cawapres Susilo Bambang Yudhoyono dan Muhammad Jusuf Kalla. Paduan figur pasangan ini menawarkan program memberikan rasa aman, adil, dan sejahtera kepada rakyat, telah memikat hati para pemilih kepada keduanya.

Pasangan itu kini siap-siap memasuki putaran terakhir pemilihan presiden, 20 September 2004. Siapakah sesungguhnya Susilo Bambang Yudhoyono yang sangat diidolakan rakyat dan mengapa pasangan itu berjodoh?

SBY, demikian ia akrab disapa. Gaya bicaranya tenang, sistematis, dan berwibawa. Kata-katanya jelas mencerminkan wawasan berpikirnya yang luas. Pantas saja para pengamat politik memberinya julukan: Jenderal yang Berpikir. Ia pun mendirikan Partai Demokrat yang kemudian memperoleh suara signifikan pada Pemilu 2004 dan menghantarkannya menjadi calon presiden.

Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan Kabinet Gotong-Royong ini mengundurkan diri dari jabatannya karena merasa tidak dipercaya lagi oleh Presiden Megawati Soekarnoputri. Surat permintaan pengunduran dirinya dikirim kepada Presiden, Kamis 11 Maret 2004 pagi, setelah sebelumnya ia menyurati presiden, mempersoalkan kewenangannya yang "dipreteli", tapi tidak ditanggapi oleh Megawati.

Pengunduran diri pria kelahiran Pacitan 9 September 1949 itu dilakukan setelah dua minggu kemelut politik terbuka dengan Megawati. Keputusan mundur dari kabinet itu tampaknya merupakan pemanasan dari kemelut panjang dalam kancah perebutan kekuasaan.

Yudhoyono, yang makin populer lewat iklan pemilu damainya di televisi, tampaknya telah memicu kemelut yang mengakibatkan orang-orang Megawati gerah.

Ketika mengumumkan permintaan pengunduran dirinya, SBY mengatakan, "Sesuai dengan hak politik saya, jika nanti pada saatnya ada partai politik, katakanlah Partai Demokrat dan dengan gabungan partai lain yang mengusulkan saya sebagai calon presiden, insya Allah saya bersedia." Berarti, ia siap bersaing dengan Megawati untuk merebut kursi kepresidenan di Pemilu 2004 ini.

Keputusan pengunduran dirinya dinilai berbagai pihak suatu keputusan yang elegan. Dalam perjalanan kariernya, Yudhoyono, memang selalu ingin tampak elegan baik dalam bertutur maupun bertindak. Sikap itu terlihat dalam beberapa peristiwa penting yang melibatkan langsung menantu Jenderal (Purn) Sarwo Edhie Wibowo itu.

Proses pengunduran dirinya yang terkesan akibat tersisihkan dalam Kabinet Megawati telah mengangkat popularitasnya yang tercermin dalam perolehan suara Partai Demokrat pada Pemilu 2004 yang sangat signifikan, menduduki peringkat lima.

Ketika mantan Kepala Staf Teritorial Markas Besar Tentara Nasional Indonesia ini tanggal 27 Januari 2000 memutuskan untuk pensiun lebih dini ketika menjabat sebagai Menteri Pertambangan dan Energi pada pemerintahan Presiden KH Abdurrahman Wahid. Ketika itu ia masih berpangkat letnan jenderal dan akhirnya pensiun dengan pangkat jenderal kehormatan.

Kemudian pada 28 Mei 2001, bersama beberapa menteri tidak merekomendasikan rencana Presiden Abdurrahman Wahid mengeluarkan Dekrit Presiden. Bahkan tidak bersedia melaksanakan Maklumat Presiden yang menugaskannya sebagai Menkopolsoskam untuk mengambil langkah-langkah yang perlu untuk mengatasi krisis, memelihara keamanan, ketertiban, dan hukum.

Akibatnya ia diberhentikan dengan hormat dari jabatan Menkopolsoskam pada 1 Juni 2001, kerena menolak rencana Presiden mengeluarkan Dekrit. Ketika ia ditawari jabatan Menteri Perhubungan atau Menteri Dalam Negeri, ia menolaknya.

Lalu pada Sidang Istimewa MPR-RI, 25 Juli 2001, ia dicalonkan memperebutkan jabatan Wakil Presiden yang lowong setelah Megawati Sukarnoputeri dipilih menjadi presiden. Ia bersaing dengan Hamzah Haz dan Akbar Tandjung. Ia kalah dengan alasan sederhana, tidak mempunyai kendaraan politik berupa partai.

Pada 10 Agustus 2001, Presiden Megawati mempercayai dan melantiknya menjadi Menko Polkam Kabinet Gotong-Royong. Dia pun menjalankan tugasnya dengan baik. Salah satu pelaksanaan tugasnya adalah mengumumkan pemberlakuan status darurat militer di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam pada 19 Mei 2003.

Kemudian popularitasnya makin memuncak. Pertama kali dia masuk bursa calon presiden, ketika Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI) menimangnya menjadi salah satu kandidat calon presiden dan wakil presiden. Kemudian, Partai Demokrat menyebutnya sebagai calon presiden, bukan calon wakil presiden.

Lalu iklan damainya muncul di berbagai stasiun televisi. Ia pun menjawab pertanyaan wartawan yang menannyakan soal tidak dilibatkannya dia dalam beberapa kegiatan kabinet yang menyangkut masalah politik dan keamanan. Akibatnya, suami Presiden Megawati, Taufiq Kiemas menyebutnya kekanak-kanakan karena dinilai melapor kepada wartawan bukan kepada presiden (1/3/2004).

Dalam pada itu, dua kali rapat koordinasi bidang Polkam batal dilakukan karena ketidakhadiran para menteri terkait. Lalu pada 9 Maret 2004, dia pun menyurati Presiden Megawati mempertanyakan kewenangannya sekaligus minta waktu bertemu. Namun, Presiden tidak menjawab surat itu. Mensesneg Bambang Kusowo kepada pers mengatakan tidak seharusnya seorang menteri (pembantu presiden) mesti membuat surat meminta bertemu dengan presiden. Dia pun diundang menghadiri rapat menteri terbatas.

Tapi, merasa suratnya tak ditanggapi lalu pada 11 Maret 2004, ia memilih mengundurkan diri dari jabatan Menko Polkam karena merasa kewenangannya sebagai Menko Polkam telah diambil-alih oleh Presiden Megawati Soekarnoputri. Lalu, malam harinya, di sebuah hotel, ia bertemu Abdurrahman Wahid yang diisukan sudah sejak beberapa waktu menimangnya menjadi calon presiden dari PKB.

Langkah pengunduran diri ini dinilai berbagai pihak membuatnya lebih leluasa menjalankan hak politik yang akan menghantarkannya ke kursi puncak kepemimpinan nasional. Berbagai hasil polling memang selalu menempatkannya pada posisi terbaik, baik sebagai calon presiden apalagi sebagai calon wakil presiden. Polling TokohIndonesia DotCom, misalnya, ketika itu menempatkannya sebagai calon wakil presiden yang paling puncak.

Hasil jajak pendapat yang diselenggarakan Centre for Political Studies-Soegeng Sarjadi Syndicated, yang diumumkan Selasa 30/7/2002, nama Jenderal TNI (Purn) Susilo Bambang Yudhoyono menduduki urutan teratas (15,5 persen) untuk menjadi wakil presiden berpasangan dengan Megawati Soekarnoputri (presiden) dan urutan kelima (5,4 persen) berpasangan dengan Amien Rais. Jajak pendapat ini melibatkan 4.133 responden yang rata-rata terpelajar di kota Jakarta, Yogyakarta, Surabaya, Medan dan Makassar,

Penampilan yang tenang dan berwibawa serta tutur kata yang bermakna dan sistematis telah mengantarkan SBY pada posisi yang patut sangat diperhitungkan dalam peta kepemimpinan nasional. Penampilan publiknya mulai menonjol sejak menjabat Kepala Staf Teritorial ABRI (1998-1999) dan semakin berkibar saat menjabat Menko Polsoskam (Pemerintahan Presiden KH Abdurrahman Wahid) dan Menko Polkam (Pemerintahan Presiden Megawati Sukarnopotri).

Ketika reformasi mulai bergulir, SBY masih menjabat Kaster ABRI. Pada awal reformasi itu TNI dihujat habis-habisan. Pada saat itu, sosok SBY semakin menonjol sebagai seorang Jenderal yang Berpikir. Ia memahami pikiran yang berkembang di masyarakat dan tidak membela secara buta institusinya. "Penghujatan terhadap TNI itu menurut saya tak lepas dari format politik Orde Baru dan peran ABRI waktu itu," katanya.

Banyak orang mulai tertarik pada sosok militer yang satu ini. Pada saat institusi TNI dan oknum-oknum militernya dibenci dan dihujat, sosok SBY malah mencuat bagai butiran permata di atas lumpur. Siapa sesungguhnya SBY di masa sebelum ini?

Ia yang pada masa kecil dan remajanya adalah penulis puisi, cerpen, pemain teater, dan pemain band. Pria tegap kelahiran Pacitan, Jawa Timur, 9 September 1949 ini senang mengikuti kegiatan kesenian seperti melukis, bermain peran dalam teater dan wayang orang. Beberapa karya puisi dan cerpennya sempat dikirimkan ke majalah anak-anak waktu itu, misalnya ke Majalah Kuncung. Sedangkan aktivitas bermain band masih dilaksanakan hingga tingkat satu Akabri Darat sebagai pemegang bas gitar. Sesekali masih juga menulis puisi.

Disamping kesenian, ia juga menyukai dunia olah raga seperti bola voli, ia senang travelling, baik jalan kaki, bersepeda, atau berkendaraan. Sedangkan olah raga bela diri hingga saat ini masih aktif dilakukan.

Ia juga seorang penganut agama Islam yang taat. Darah prajurit Bapak berputra dua ini menurun dari ayahnya yang pensiun sebagai Letnan. Tekadnya sebagai prajurit kian kental saat kelas V SD (1961) berkunjung ke AMN di kampus Lembah Tidar Magelang. "Saya tertarik dengan kegagahan sosok-sosok taruna AMN yang berjalan dan berbaris dengan tegap waktu itu. Ketika rombongan wisata singgah ke Yogyakarta, saya sempatkan membeli pedang, karena dalam bayangan saya, tentara itu membawa pedang dan senjata," kenang SBY.

Pendidikan militernya dimulai di Akademi Militer Nasional (1970-1973). Ia adalah lulusan terbaik Akabri 1973 dengan menerima penghargaan Adi Makayasa. Pendidikan militernya dilanjutkan di Airborne and Ranger Course di Fort Benning, Georgia, AS (1976), Infantry Officer Advanced Course di Fort Benning, Georgia, AS (1982-1983) dengan meraih honor graduate, Jungle Warfare Training di Panama (1983), Anti Tank Weapon Course di Belgia dan Jerman (1984), Kursus Komandan Batalyon di Bandung (1985), Seskoad di Bandung (1988-1989) dan Command and General Staff College di Fort Leavenworth, Kansas, AS (1990-1991). Gelar MA diperoleh dari Webster University AS.

Dalam meniti karir, SBY sangat mengidolakan Sarwo Edhie Wibowo yang tidak lain adalah mertuanya sendiri. Dalam pandangannya, Sarwo Edhie adalah seorang prajurit sejati. Jiwa dan logika kemiliterannya amat kuat. Selain belajar strategi, taktik, dan kepemimpinan militer, mertuanya itu amat sederhana dalam hidup dan teguh dalam memegang prinsip-prinsip yang diyakini.

Tugas terberatnya sebagai Menko Polkam adalah mengembalikan kepercayaan masyarakat dan dunia bahwa keamanan di Indonesia dapat diwujudkan. Faktor keamanan inilah yang sering dijadikan investor asing untuk membatalkan rencana investasinya di Indonesia. Sedangkan dari dalam negeri, masyarakat sering kali merasa was-was dengan berbagai gangguan seperti teror bom yang kerap terjadi.

Persoalan lainnya adalah, upaya menghentikan pertikaian di daerah konflik, yang secara perlahan memperlihatkan kemajuan. Namun, karena besarnya masalah yang dihadapi, keberhasilan tugasnya itu sering tidak ditanggapi serius. Masih banyak pekerjaan besar menunggu untuk segera diselesaikan.

Menghadapi tugas berat, ternyata menjadi bagian sejarah hidup SBY yang sebelum menjadi menteri sempat diprediksi bakal menjadi orang nomor satu di lingkungan militer. Ketika Presiden KH Abdurrahman Wahid berkuasa, ia sempat diberi tugas untuk melobi keluarga mantan Presiden Soeharto. Maksud langkah persuasif yang dilakukannya itu agar Keluarga Cendana bersedia memberikan sebagian hartanya kepada rakyat dan bangsa. Khususnya untuk membawa pulang harta keluarga Soeharto yang diperkirakan masih tersimpan di luar negeri. Padahal saat itu masyarakat tengah menunggu dengan seksama hasil peradilan orang kuat Orde Baru tersebut.

Presiden Wahid pada awal tahun 2001 pernah memintanya untuk membentuk Crisis Centre. Dalam lembaga nonstruktural ini Presiden Wahid meminta Yudhoyono menjabat sebagai Ketua Harian dan menempatkan pusat informasi atau kegiatan (operation centre) di kantor Menko Polsoskam. Lembaga baru ini berfungsi untuk memberikan rekomendasi kepada Presiden Wahid dalam menjawab berbagai persoalan. Termasuk di antaranya sikap Kepala Negara dalam merespon pemberian dua memorandum oleh DPR.

Walau berulang kali menerima kepercayaan bukan berarti Yudhoyono ‘lembek’ dalam menghadapi Presiden Wahid. Ketika terdengar kabar Presiden Wahid ngotot akan menerbitkan dekrit pembubaran DPR, maka, bersama Panglima TNI Laksamana Widodo A.S. dan jajaran petinggi TNI lainnya menantu mendiang Jenderal (Purn) Sarwo Edhie Wibowo ini meminta Gus Presiden mengurungkan niatnya.

Siapa nyana, setelah batal menerbitkan dekrit, Presiden Wahid malah mengeluarkan maklumat. Di sini pun Yudhoyono lagi-lagi mendapat ujian karena Kepala Negara menunjuknya sebagai pejabat yang bertanggung jawab untuk menegakkan keamanan dan ketertiban di Indonesia dalam menghadapi Sidang Paripurna yang dikhawatirkan banyak pihak bakal menimbulkan konflik di masyarakat. Tak lama setelah itu, Gus Dur malah melengserkan jabatan SBY. Dalam Sidang Istimewa MPR, giliran Gus Dur yang diturunkan dari kursi presiden dan digantikan Megawati. ►ht

► e-ti/ist Nama :
Jenderal TNI (Purn) Susilo Bambang Yudhoyono
Lahir :
Pacitan, Jawa Timur, 9 September 1949
Agama :
Islam
Istri :
Kristiani Herawati,
putri ketiga almarhum Jenderal (Purn) Sarwo Edhi Wibowo
Anak :
Agus Harimurti Yudhoyono dan
Edhie Baskoro Yudhoyono

Pangkat terakhir :
Jenderal TNI (25 September 2000)
Pendidikan:
= Akademi Angkatan Bersenjata RI (Akabri) tahun 1973
= American Language Course, Lackland, Texas AS, 1976
= Airbone and Ranger Course, Fort Benning , AS, 1976
= Infantry Officer Advanced Course, Fort Benning, AS, 1982-1983
= On the job training di 82-nd Airbone Division, Fort Bragg, AS, 1983
= Jungle Warfare School, Panama, 1983
= Antitank Weapon Course di Belgia dan Jerman, 1984
= Kursus Komando Batalyon, 1985
= Sekolah Komando Angkatan Darat, 1988-1989
= Command and General Staff College, Fort = Leavenwort,Kansas, AS
Master of Art (MA) dari Management Webster University, Missouri, AS

Karier:
- Dan Tonpan Yonif Linud 330 Kostrad (1974-1976)
- Dan Tonpan Yonif 305 Kostrad (1976-1977)
- Dan Tn Mo 81 Yonif Linud 330 Kostrad (1977)
- Pasi-2/Ops Mabrigif Linud 17 Kujang I Kostrad (1977-1978)
- Dan Kipan Yonif Linud 330 Kostrad (1979-1981)
- Paban Muda Sops SUAD (1981-1982)
- Komandan Sekolah Pelatih Infanteri (1983-1985)
- Dan Yonif 744 Dam IX/Udayana (1986-1988)
- Paban Madyalat Sops Dam IX/Udayana (1988)
- Dosen Seskoad (1989-1992)
- Korspri Pangab (1993)
- Dan Brigif Linud 17 Kujang 1 Kostrad (1993-1994)
- Asops Kodam Jaya (1994-1995)
- Danrem 072/Pamungkas Kodam IV/Diponegoro (1995)
- Chief Military Observer United Nation Peace Forces (UNPF) di Bosnia-Herzegovina (sejak awal November 1995)
- Kasdam Jaya (1996-hanya lima bulan)
- Pangdam II/Sriwijaya (1996-) sekaligus Ketua Bakorstanasda
- Ketua Fraksi ABRI MPR (Sidang Istimewa MPR 1998)
- Kepala Staf Teritorial (Kaster ABRI (1998-1999)
- Mentamben (sejak 26 Oktober 1999)
- Menko Polsoskam (Pemerintahan Presiden KH Abdurrahman Wahid)
- Menko Polkam (Pemerintahan Presiden Megawati Sukarnopotri) mengundurkan diri 11 Maret 2004
Penugasan:
Operasi Timor Timur (1979-1980), dan 1986-1988
Penghargaan:
- Adi Makayasa (lulusan terbaik Akabri 1973)
- Honorour Graduated IOAC, USA, 1983
- Tokoh Berbahasa Lisan Terbaik, 2003.

Alamat :
Jl. Alternatif Cibubur Puri Cikeas Indah
No. 2 Desa Nagrag Kec. Gunung Putri Bogor-16967

Susilo Bambang Yudhoyono (3)

Kadet Lembah Tidar ke Istana

Dia anak tunggal prajurit profesional sekaligus pemimpin yang disegani. Tanda garis hidup cemerlangnya mulai terdata semenjak kelas lima Sekolah Rakyat. Dia ingin menuju Lembah Tidar. Dari Lembah Tidar dia lalu membangun kapasitas dan integritas sebagai calon pemimpin nasional. Dia tak sampai mengecap jabatan tertinggi Angkatan Darat dan TNI “mengalah” mau masuk Kabinet Gus Dur. Dia pensiun dini lima tahun lebih cepat saat berbintang tiga.

Dia terus mengasah diri menjadi pemimpin masa depan. Menangani koordinasi bidang politik, sosial, dan keamanan di Kabinet Gus Dur, demikian pula pada Kabinet Megawati stabilitas politik dan keamanan dalam negeri tertata rapi. Berbagai catatan emas keberhasilan membuatnya mantap melangkah mencari jalan sebagai pemimpin nasional tertinggi. Partai Demokrat mengusungnya bersama Jusuf Kalla sebagai Calon Presiden dan Wakil Presiden 2004-2009. Pasangan ini terbukti terkuat diantara empat kandidat lain. Rakyat telah memilih Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Muhammad Jusuf Kalla (JK) sebagai pemimpin.

SBY lahir tanggal 9 September 1949 di lingkungan sebuah Pondok Pesantren Tremas, yang jaraknya 15 kilometer dari Kota Pacitan, Jawa Timur. Ibunya Siti Habibah putri salah seorang pendiri Pondok Pesantren Tremas, dan ayahnya, R Soekotjo seorang bintara Angkatan Darat yang bertugas di Koramil di kecamatan berbeda.

Bersukacita melihat kelahiran anak, Soekotjo spontan menarik pistol dari pinggang lantas meletakkannya di atas dahi sang bayi putra semata wayang yang kemudian diberi nama Susilo Bambang Yudhoyono. Susilo berarti orang yang santun dan penuh kesusilaan. Bambang adalah ksatria. Yudho bermakna perang. Dan Yono sama dengan kemenangan. Jadilah nama lengkap Susilo Bambang Yudhoyono, disingkat SBY, diartikan seorang yang santun, penuh kesusilaan, kesatria, dan berhasil memenangkan setiap peperangan.

SBY tumbuh dan berkembang sebagai anak desa yang cerdas dan pandai bergaul. Sebagai anak semata wayang SBY memperoleh kasih sayang besar dari kedua orangtua. Didikan ayah menitikberatkan kerja keras dan disiplin. Sedangkan ibu menekankan masalah iman dan ketaqwaan.

SBY sekolah di Sekolah Rakyat Desa Purwoasri, Kecamatan Kebonagung. Dia aktif di kepanduan dan suka membaca. Mulai dari komik hingga buku tentang wayang. Dari buku wayang dia mengetahui bagaimana kultur Jawa melakukan penghormatan, hierarki, dan sopan santun. Di kemudian hari bacaan itu banyak mempengaruhi tingkah laku dan pembawaannya yang santun, tenang, pendiam, tidak emosional, dan bersahaja.

SBY tumbuh menjadi seorang murid yang cerdas mampu menyerap dengan cepat semua mata pelajaran yang diberikan guru. Rekan sekelas banyak bertanya kepadanya khususnya pelajaran berhitung, ilmu bumi, dan sejarah. Sifatnya suka mengalah. Tidak sombong tidak pendendam. Dia tak suka pada segala bentuk kekerasan atau hal-hal yang bersifat keras. Ia enggan ikut main sepakbola dan kasti.

SBY mulai menunjukkan sifat seorang pemimpin dan pemaaf. Ia selalu mendapat tugas sebagai komandan. Seperti komandan peleton SR Gadjahmada yang meraih juara pertama kelompok putra lomba gerak jalan antar-SR tingkat Kabupaten Pacitan. Pada Juli 1962 SBY lulus dari sekolah SR dengan nilai terbaik.

Pendidikan SR adalah pijakan masa depan paling menentukan dalam diri SBY. Ketika duduk di bangku kelas lima SBY untuk pertamakali kenal dan akrab dengan nama Akademi Militer Nasional (AMN), Magelang, Jawa Tengah. Di kemudian hari AMN berubah nama menjadi Akabri.

Ketika itu ayahnya yang bintara angkatan darat (akhirnya pensiun sebagai letnan), bersama keluarga mengajak SBY berjalan-jalan wisata mengisi hari libur sekolah ke Lembah Tidar, Magelang, Jawa Tengah, tempat AMN berdiri. SBY bergumam dalam hati, suatu ketika kelak akan menjadi seperti para taruna gagah tampan mempesona.

SBY masuk SMP Negeri Pacitan, terletak di selatan alun-alun. Ini adalah sekolah idola bagi anak-anak Kota 1.001 goa itu. Di bangku SMP jiwa sosial SBY serta kemampuan menggalang rekan-rekan kian terasah. Dia terlibat dalam pelbagai kegiatan intra dan ekstra sekolah. Seperti masak-memasak, kelompok belajar, musik, hingga olahraga khususnya bolavoli dan tenis meja.

SBY juga aktif di Pijar Sena sebuah kompi pelajar serbaguna. Kompi ini pernah mendapat tugas di Desa Pager Lot mendata penduduk dalam rangka mencari pelarian anggota Partai Komunis Indonesia (PKI). Ia juga aktif di bidang seni budaya seperti melukis hingga belajar teater dalam sanggar seni Dahlia Pacitan pimpinan Gondrong Suparman. Dia juga melahirkan ide membuat majalah dinding. Di situ SBY menjadi editor, menulis artikel seputar sekolah, puisi, hingga menulis cerpen.

Kegiatan-kegiatan itu masih berlanjut saat SBY memasuki bangku SMA 271, sebutan untuk SMA Negeri Pacitan. SBY tak hanya menonjol dalam setiap pelajaran. Dia tetap rendah hati dan mau berbagi pengetahuan kepada teman. Ia kerap kali tampil ke depan mengajar matematika ketika guru yang bersangkutan berhalangan. Bakat seni SBY juga semakin mengkilap. Dia piawai bermain musik. SBY adalah pemain bass gitar band sekolah. Ia juga meneruskan hobi bermain bolavoli. Benih-benih sebagai pemimpin berbakat mulai bersemi dalam jiwa SBY. Dia akhirnya dinyatakan lulus dari bangku SMA tahun 1968.

SBY ingin segera mewujudkan keinginan menyandang pedang dan senjata. Sayang harus tertunda setahun karena kesalahan informasi pendaftaran dia terlambat mendaftarkan diri. Masa penantian dia isi mengikuti pendidikan di Fakultas Teknik Mesin Institut Teknologi 10 November Surabaya (ITS), walau hanya sampai tahapan orientasi kampus.

SBY punya pilihan lain, dia masuk ke Pendidikan Guru Sekolah Lanjutan Pertama (PG-SLP) di Malang, Jawa Timur. Di Malang SBY mempersiapkan fisik, mental, dan intelektual agar tahun depannya lulus ujian penyaringan Akabri tingkat daerah di Jawa Timur, dan tingkat pusat di Bandung.

Menjelang akhir tahun 1969 SBY mendaftar di Malang. Lulus, lalu pergi tes lanjutan ke Bandung, juga lulus. SBY dikirim ke Magelang mengikuti pendidikan mulai awal tahun 1970.

SBY langsung menerima pembagian peralatan militer. Seperti seragam baju lapangan hijau, sepatu lars, topi baja, koppel rim, dan lain-lainnya langsung pada hari pertama menghuni Lembah Tidar. Rambut digundul plontos habis. Perpeloncoan adalah tradisi dalam miiter untuk mengubah pola pikir dan pola tindak dari seorang sipil menjadi militer.

Selama seminggu SBY hidup bersama 1.121 calon taruna, diantaranya 501 dari Akabri Darat, 116 Laut, 126 Udara, dan 378 Kepolisian. Tiga bulan pertama dia menjalani pendidikan basis militer tanpa hambatan berarti. SBY dilantik menjadi taruna Akabri dengan pangkat prajurit taruna (pratar) dan kopral taruna.

Magelang adalah turning point kehidupan pribadi SBY. Dia aktif mengikuti berbagai kegiatan. Salah satunya, sejak tingkat satu anggota drumband Akabri Darat Cantalokananta. SBY dikenal teman-temannya sebagai kutu buku. Hari libur dia tetap sibuk membaca dan belajar. Tidak seperti teman-teman lainnya senang berpesiar. Sejumlah buku militer dan biografi para tokoh militer asing dilahapnya. Sejak bangku SMP SBY sudah fasih berbahasa Inggris. Karenanya, teman-teman taruna juga mengenal SBY sangat pandai berbahasa Inggris.

SBY di tahun kedua berpangkat sersan taruna. Dia memilih kecabangan korps infantri. Dia mmeperoleh “wildcard” bebas memilih kecabangan sebab berprestasi baik masuk 10 besar.

SBY terpilih menjadi Komandan Divisi Korps Taruna (Dandivkortar) membawahi 3.000 taruna akademi militer. Dia pegang komando itu satu setengah tahun. SBY kemudian menyerahkannya ke adik kelas Sjafrie Samsoedin.

Selama taruna prestasi SBY tergolong menonjol. Menerima berbagai penghargaan bidang kepribadian, intelektual, hingga fisik. Selama empat tahun sebagai taruna SBY memperoleh tujuh bintang penghargaan. Pencapaian ini tak pernah diraih taruna manapun.

Pada 11 Desember 1973 SBY mengakhiri masa pendidikan akademi militer sebagai lulusan terbaik diantara 987 taruna lulusan seangkatan. SBY berhak menyandang pangkat letnan dua infantri dengan NRP 26418. SBY lulus dengan meraih penghargaan Bintang Adhi Makayasa. Artinya, sebagai yang terbaik atau setara dengan summa cum laude dari antara teman seangkatan di segala hal. Mulai hal kepribadian, fisik, mental, dan akademis. Bintang Adhi Makayasa diserahkan langsung oleh Presiden Soeharto kepada SBY.

Sesudah berpangkat Letnan Satu SBY tahun 1976 terpilih mengikuti pendidikan Ranger School dan Airborne School di Fort Benning, Amerika Serikat. Lokasi ini adalah sebuah pusat pendidikan militer ternama Angkatan Darat Amerika Serikat. Pilihan itu mengisyaratkan bahwa SBY adalah seorang perwira yang mempunyai masa depan, a promising officer.

Ketika sedang bertugas di Mabes TNI-AD berpangkat kapten infantri SBY kembali mendapat kesempatan sekolah ke Amerika Serikat, tahun 1982-1983. Dia mengikuti kursus infantery officer advanced course. SBY sekaligus mengikuti praktek kerja, on the job training, di Divisi 82 Lintas Udara Angkatan Darat AS, tahun 1983.

Bersamaan itu SBY juga mengikuti pendidikan lintas udara di Airborne School memperdalam metode pendidikan dan pelatihan, taktik dan doktrin kelintasudaraan, yang kelak di Indonesia dipadukan dengan doktrin Linud TNI yang relatif baru berkembang. Ia juga berkesempatan mengikuti latihan penerjunan jungle warfare di Panama, tahu 1983.

Usai dari Panama SBY dipanggil oleh Komandan Pusat Infantri (Pusif) Brigjen Feisal Tanjung. Berdua mereka membicarakan persiapan kedatangan persenjataan anti-tank buatan Belgia-Jerman. Saat itu SBY sudah menjabat sebagai instruktur militer di Pusif.

SBY dalam pangkat mayor ditugaskan berangkat ke Belgia bersama Kapten Darmono untuk mendalami seluk-beluk dan penggunaan senjata anti-tank di medan yang diselimuti salju. Kursus berlangsung 20 hari, 14 hari diantaranya adalah mengikuti pelatihan pertempuran anti-tank di sebuah satuan yang terkenal memiliki reputasi sangat tinggi dan amat membanggakan. Di situ SBY bisa meningkatkan profesionalitasnya sebagai perwira pasukan tempur. SBY masih berkesempatan dikirim ke Malaysia melengkapi pengetahuan jungle warfare di Jungle Warfare School, tahun 1984.

Ketika kembali dari Denpasar sebagai Pabanmuda Operasi Kodam Udayana 1988 berpangkat mayor, SBY mengikuti pendidikan di Sekolah Staf dan Komando TNI Angkatan Darat (Seskoad), Bandung, dan lulus sebagai yang terbaik tahun 1989. SBY berkesempatan menyampaikan pokok-pokok pikirannya dalam sebuah orasi ilmiah berjudul “Profesionalisme ABRI, Masa Kini dan Masa Depan”, langsung di hadapan para petinggi TNI-AD pas di hari ulang tahun Seskoad.

Bersama Agus Wirahadikusumah SBY mendirikan Center of Excellence lalu menerbitkan buku “Tantangan Pembangunan”. SBY berkesempatan pula diangkat menjadi dosen di almamater Seskoad sambil mulai bersentuhan dan memperdalam pengetahuan mengenai demokrasi.

SBY berpangkat letnan kolonel dikirim mengikuti US Army Command & General Staff College (CGSC) di Fort Leavenworth, AS, tahun 1990 selama 48 minggu. Pada kesempatan itu dia meraih pula jenjang S-2 master degree gelar MA dalam ilmu manajemen di Universitas Webster. Di CGSG SBY lulusan terbaik kedua setelah seorang perwira asal Australia.

Saat menjabat Komandan Korem 073/Pamungkas berkedudukan di Yogyakarta berpangkat kolonel, SBY kembali disuruh menginjakkan kaki ke daratan Eropa. SBY memimpin misi Pasukan Penjaga Perdamaian PBB (Chief Military Obsever) di Bosnia, sepanjang tahun 1995-1996, membawahi langsung 650 perwira berpangkat kapten hingga kolonel asal 29 negara. Sebelum berangkat ke pundak SBY disematkan tanda pangkat jenderal bintang satu.

Saat bertugas di Bosnia-Herzegovina SBY berkesempatan menjalin hubungan pribadi yang cukup baik dengan Kofi Annan, seorang warga negara Nigeria diplomat karir PBB berkedudukan sebagai special envoy Sekjen PBB Butros Butros Gali. Annan sekaligus menjabat Head of Mission untuk masalah Bosnia. Beberapa tahun kemudian Kofi Annan terpilih menjadi Sekjen PBB menjadikan persahabatan pribadi yang akrab antara SBY dengan Annan menjadi sangat bermakna bagi kepentingan bangsa dan negara Indonesia.

Pada Oktober 1999 sebagai Kaster TNI jenderal berbintang tiga SBY diminta presiden terpilih Abdurrahman Wahid (Gus Dur) menjabat Menteri Pertambangan dan Energi (Mentamben). SBY galau. Sebelum pidato pertanggungjawaban Presiden BJ Habibie ditolak oleh anggota MPR, Menhankam/Panglima TNI Jenderal Wiranto pernah memanggil SBY bersama Wakil Panglima TNI Laksamana Widodo di kediaman Wiranto, Bambu Apus, Jakarta Timur.

Saat itu Wiranto merekomendasikan Laksamana Widodo menggantikan dirinya sebagai Panglima TNI, dan SBY diproyeksikan sebagai Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) menggantikan Jenderal Subagyo HS. Sebagai prajurit profesional SBY bangga jika dipercaya menduduki jabatan tertinggi di angkatan darat. SBY ingin bisa menyelesaikan tugas secara paripurna sebagai prajurit profesional di lingkungan TNI. SBY yakin dapat berbuat banyak bagi kemajuan Angkatan Darat dalam kapasitas KSAD.

Jika Presiden Gus Dur memintanya menjadi Mentamben berarti harus pensiun lima tahun lebih cepat dari kemiliteran. SBY lalu menemui Wiranto, pimpinannya, agar bisa mengusahakan Presiden Gus Dur mengurungkan niatnya. SBY masih ingin tetap berdinas di TNI dan tak usah menjadi menteri.

SBY menemui Wiranto sebab teringat, saat Presiden Soeharto hendak membentuk Kabinet Pembangunan VII Maret 1998 Pak Harto menominasikan nama SBY sebagai Menteri Penerangan. Demikian pula tatkala Habibie naik menggantikan Pak Harto nama SBY sempat mencuat sebagai Menteri Dalam Negeri. Ketika itu SBY menghadap Wiranto meminta Panglima TNI itu menyampaikan keinginannya kepada Presiden Habibie agar diberi kesempatan tetap mengabdi di militer, dan ternyata bisa terkabul.

Kali ini dengan Gus Dur agaknya berbeda. SBY tetap galau. Dia lalu menelepon R. Soekotjo, ayahnya, meminta nasihat. Ayahnya menyarankan menerima jabatan sebab mengabdi bukan hanya di militer tetapi bisa pula di sektor lain. SBY lalu tenang menerima tugas baru sebagai Mentamben. Pensiun dini dari dinas militer dengan pangkat terakhir letnan jenderal. Walau, sesungguhnya SBY sebagai prajurit profesional diperkirakan akan bisa meraih jenderal penuh bintang empat sebab sangat berpeluang menjabat KSAD hingga Panglima TNI. Dan, itu sesungguhnya sesuai dengan skenario yang ada di tangan petinggi TNI.

SBY tak perlu lama memangku Mentamben. Dia dipromosikan menjadi Menko Polsoskam menggantikan pejabat lama Wiranto yang mengundurkan diri sebab berseteru dengan Gus Dur. SBY menjadi Menko Polsoskam saat Presiden sedang “dihujani” oleh DPR peringatan Memorandum I dan Memorandum II terkait kasus Buloggate dan Bruneigate. Peringatan itu hendak dibalas oleh Gus Dur dengan dekrit berisi pembubaran DPR dan segera melaksakan pemilihan umum.

Sebagai prajurit sejati SBY tak setuju dan menolak pemberlakuan dekrit. Sebab tak ada alasan konstitusional yang kuat memberlakukannya, sebagaimana dahulu pernah dilakukan Bung Karno tahun 1957. Presiden Gus Dur akhirnya pada 28 Mei 2001 mengeluarkan Maklumat Presiden. Pemegang mandat maklumat adalah Menko Polsoskam SBY.

Isi maklumat, perintah mengambil tindakan-tindakan dan langkah khusus yang diperlukan untuk menegakkan ketertiban, keamanan, dan hukum secepat-cepatnya. Maklumat sempat diisukan adalah ulangan Supersemar Jilid II. SBY diperkirakan akan segera melaksanakan langkah-langkah represif memburu dan menggebuk semua lawan politik Gus Dur. Maklumat ditengarai adalah pintu masuk TNI ke panggung politik nasional.

SBY menepis semua tuduhan. Usai menerima maklumat SBY segera menemui Wakil Presiden Megawati ke Jalan Teuku Umar, Menteng, Jakarta Pusat. Dia menjelaskan posisinya sebagai pemegang maklumat. Di tangan SBY maklumat dibuat bukan sebagai alat kekuasaan melainkan menjadi alat demokrasi agar proses politik berjalan secara konstitusional, damai, dan tanpa kekerasan.

Pada sisi lain, tanggal 30 Mei 2001 DPR sedang melakukan sidang pleno evaluasi pelaksanaan Memorandum II. Kesimpulan DPR memutuskan, mendesak MPR segera menyelenggarakan Sidang Istimewa. Gus Dur pada 1 Juni 2001 meminta SBY mengundurkan diri dari jabatan Menko Polsoskam sekaligus menawarkan jabatan baru Menteri Perhubungan atau Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah. SBY menolak tawaran dengan santun. Dia berhenti sebagai menteri dan menyerahkan tugas kepada Agum Gumelar.

Gus Dur akhirnya lengser digantikan wakilnya Megawati Soekarnoputri. Mega kemudian meminta SBY untuk ikut membantu sebagai Menko Polkam. Tugas baru tapi lama sebagai Menko Polkam kembali membuat SBY sibuk dengan urusan pengamanan.

SBY menjalankan prinsip jalan damai (peacefull solution) dalam mengatasi masalah Aceh, yang didasarkan tiga prinsip dasar: damai berdasarkan NKRI, damai berdasarkan otonomi khusus yang tertuang dalam UU No. 18 Tahun 2001 tentang otonomi khusus, dan damai dengan berhentinya separatisme.

Karena Gerakan Aceh Merdeka (GAM) tetap menuntut pemisahan diri, Pemerintah dan DPR sepakat melakukan operasi terpadu. Mulai operasi kemanusiaan, operasi pemantapan pemerintahan, operasi penegakan hukum, dan operasi pemulihan keamanan. Operasi terpadu telah menciptakan ketenangan baru di Aceh. Situasi darurat militer diturunkan gradasinya menjadi darurat sipil.

Timor Timur masih menyisakan persoalan. Kawasan Atambua salah satu kamp pengungsi prointegrasi dilanda kerusuhan. SBY segera mendatangi pengungsian dan bersimpati terhadap pengungsi. Dia meminta dukungan dari para tokoh prointegrasi.

SBY juga tetap menaruh perhatian terhadap Maluku. Pemerintah bertekad menegakkan supremasi hukum secara damai menuju rekonsiliasi. SBY mengedepankan dialog mencari solusi terbaik. Sejak pertemuan Malino II aktivitas ekonomi masyarakat Maluku mulai berjalan normal. Sejak 17 Mei 2003 Presiden Megawati mencabut status darurat sipil di Maluku.

Poso di Sulawesi Tengah berkonflik membuat kota ini mati. Roda pemerintahan terganggu masyarakat hidup dalam suasana nyanyian kematian. Sebuah pekerjaan berat buat SBY. SBY bersama Menko Kesra Jusuf Kalla bahu-membahu kerja siang malam mencari jalan keluar yang dapat diterima semua pihak. Kesepakatan Malino untuk Poso ditandatangani. Isinya laksanakan rehabilitasi fisik dan mental, rekonstruksi, dan relokasi oleh pemerintah.

Menghadapi isu terorisme SBY menggariskan penanganan berdasarkan prinsip supremasi hukum, independensi, indiskriminasi, koordinasi, demokrasi, dan partisipasi. Prinsip ini telah efektif mencegah aksi teror yang sempat merajalela pasca kejatuhan Pak Harto.

Pengelolaan politik dan keamanan di bawah koordinasi SBY dalam Kabinet Persastuan Nasional pimpinan Gus Dur, dan Kabinet Gotong Royong pimpinan Megawati, sangat signifikan menciptakan stabilitas politik dan keamanan. Kerusuhan sosial yang terjadi luar biasa selama tiga tahun sebelumnya, belakangan secara berangsur memasuki kondisi normal. Sebuah ukuran, keberhasilan penanganan masalah politik dan keamanan di tangan SBY.

SBY-Kristiani Herawati (4)

Keluarga Harmonis dan Relijius

Duduk di tingkat empat sebagai Komandan Divisi Korps Prajurit Taruna (Dankorpratar) Akabri, Magelang, Jawa Tengah, taruna Susilo Bambang Yudhoyono suatu waktu harus menghadap melapor ke Gubernur Akabri, Mayor Jenderal TNI Sarwo Edhie Wibowo. Saat itu untuk pertama kali di rumah dinas sedang berkunjung putri ketiga yang paling disayangi Sarwo Edhie, Kristiani Herrawati, atau Ani.

Ani memilih menetap tinggal di Jakarta tak ikutan penunjukan sang ayah hijrah sebagai Gubernur Akabri ke Magelang. Pandangan mata antara Susilo dan Ani tak terhindarkan. Jantung Susilo berdetak kencang pipi Ani tersipu malu. Keduanya menyempatkan diri berkenalan.

“Dia dewasa sekali,” kenang Ani tentang pria muda berpostur tinggi besar tampak gagah berpakaian dinas taruna memikat hatinya. Ani adalah wanita muda berparas cantik. Susilo ingin mengenal Ani lebih dekat. “Itu, saya kira jalan Tuhan,” sebut Susilo mengenang pertemuan pertama mereka.

Hubungan kedua sejoli kian dekat. Ani tetap tinggal di Jakarta, tahun 1973 dia sudah tingkat tiga kuliah di Universitas Kristen Indonesia (UKI). Dengan Susilo yang masih taruna di Magelang dia merajut tali kasih melalui surat-menyurat.

Ani kemudian berencana tinggal menetap sementara di Seoul kali ini mengikuti jejak sang ayah Sarwo Edhie Wibowo yang pasca Gubernur Akabri ditugaskan menjadi Duta Besar dan Berkuasa Penuh RI di Korea Selatan, berkededukan di Seoul.

Sebelum berangkat, pada Februari 1974 Susilo dan Ani menyempatkan diri bertunangan. Dan satu setengah tahun kemudian Ani sudah kembali berada ke tanah air. Sayang, Susilo justru sedang tugas belajar pendidikan Airborne dan Ranger di Amerika Serikat. Baru setelah Susilo kembali dari Negeri Paman Sam, pada 30 Juli 1976 keduanya sepakat menikah membina rumahtangga baru.

Hanya sempat berbulan madu beberapa hari Susilo sudah harus menyusul anggota pasukannya ke Timor Timur menjalankan tugas. Ani sudah siap untuk hal itu. Sepuluh tahun kemudian kejadian sama berulang. Susilo ke daerah Timor Timur, yang pada tahun 1986-1988 masih belum sepenuhnya aman. “No news is a good news,” atau jika tidak ada berita itu berarti adalah berita bagus, pesan Susilo, menenangkan hati istri untuk tidak perlu mengkhawatirkan keselamatannya.

Ketika pada bulan Desember 1977 Herrawati diidentifikasi hamil kegembiraan Susilo luar biasa senang. Susilo adalah anak tunggal semata wayang. Ada rasa takut padanya jika istrinya susah hamil. Rumahtangga harmonis itu akhirnya dikaruniai dua orang putra. Agus Harimurti Yudhoyono, kini seorang letnan satu infantri, dan si bungsu Edhie Baskoro Yudhoyono yang sedang menyelesaikan pendidikan sekolah bisnis S-2 di Australia.

Selalu musyawarah
Sebelum memutuskan sesuatu keluarga Susilo selalu mengedepankan musyawarah. Susilo tak pernah mengambil keputusan, apalagi jika tentang rumah tangga, sebelum berbicara dengan istrinya. Kehidupan keluarga ini berjalan harmonis.

Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY punya pelajaran politik sangat berharga. Pada 25 Juli 2001 dia kalah dalam pemilihan wakil presiden hanya karena tak punya kendaraan politik berupa partai. Sebagai demokrat sejati dia lalu menyadari tak mungkin mengandalkan anugerah atau priviledge diberikan oleh kekuasaan.

Terjun ke politik harus menjunjung norma dan etika demokrasi. Untuk meraih kekuasaan dituntut berjuang melalui partai politik. Siapapun jika ingin mencalonkan diri sebagai presiden atau wakil presiden harus memiliki basis partai politik tersendiri.

SBY lantas membidani kelahiran Partai Demokrat sebagai jalan yang sah, adil, dan fair berkompetisi dalam proses penyelenggaraan berbangsa dan bernegara. Orang baru bisa dikatakan berkeringat jika sudah berjuang melalui partai politik sebagai pemimpin, pengurus, atau anggota partai.

Pengunduran diri SBY sebagai Menko Polsoskam dari Kabinet Persatuan Nasional pimpinan Gus Dur, pada 1 Juni 2001, memberinya banyak waktu membentuk partai, mempersiapkan rumusan anggaran dasar/anggaran rumah tangga partai, garis perjuangan, bendera, lambang, mars, dan beragam piranti lunak lainnya.

Sedang berada di puncak kesibukan itu SBY menerima telepon dari Megawati Soekarnoputri, yang sudah naik menjadi Presiden menggantikan Gus Dur sejak 23 Juli 2001. “Saya meminta Mas untuk membantu saya lagi, dengan jabatan seperti dulu, sebagai Menko Polkam,” suara merdu Megawati di telepon.

“Bu, kalau ini memang kepercayaan, kemudian untuk tujuan yang baik, untuk pemerintahan kita, saya siap mengemban tugas itu,” jawab SBY singkat menerima.

Pengelolaan partai berlambang segitiga merah putih kemudian dia serahkan kepada Prof. Subur Budhisantoso, mantan rektor Universitas Indonesia (UI), dan Prof. Dr. Irzan Tandjung, guru besar Fakultas Ekonomi UI (FE-UI) sebagai ketua umum dan sekretaris jenderal, dan kawan-kawan lainnya. Partai yang diberi nama Partai Demokrat didaftarkan ke Departemen Kehakiman & HAM pada 9 September 2001, tepat pada usia SBY ke-52.

Partai Demokrat dideklarasikan oleh 99 tokoh pendiri pada 17 Oktober 2002 di Jakarta, dihadiri pengurus 29 DPD Propinsi. Esoknya, 18 Oktober 2002 berlangsung Rapat Kerja Nasional I di Jakarta. Platform partai ditetapkan nasionalis religius, humanisme, dan pluralisme.

Tujuan jangka pendek partai ikut Pemilu 2004, jangka panjang partai memiliki garis ideologi yang nyaman tanpa menyisakan pengkotak-kotakan istilah partai agama, nasionalis, apalagi sekuler. SBY sangat ingin muncul partai yang mampu menyatukan kaum nasionalis dengan kaum agama, yang mayoritas Islam, dalam satu wadah.

Ideologi Partai Demokrat dirumuskannya nasionalis religius. Kaum beragama tetap mencintai bangsanya dan kaum nasionalis taat dalam beragama. “Dalam 10 hingga 15 tahun mendatang, Partai Demokrat harus menjadi partai kader yang terus disempurnakan,” kata SBY.

Partai Demokrat bukan hanya bisa ikut Pemilu Legislatif 5 April 2004. Fantastis, Partai Demokrat mampu lolos electoral threshold, masuk lima besar meraih suara di atas tujuh persen, berhak mengajukan Calon Presiden yaitu Susilo Bambang Yudhoyono dan Calon Wakil Presiden M Jusuf Kalla atau SBY-JK, bahkan mampu meraih 57 kursi parlemen.

Partai Demokrat adalah kekuatan alternatif baru yang memiliki konsep bagus mengelola negara melalui figur SBY-JK. Jika Partai Demokrat dijuluki “Bintang Pemilu 5 April 2004”, demikian pula SBY-JK “Bintang Bersinar Pemilu Presiden 5 Juli 2004”, pasti halnya demikian pula pada 20 September 2004. Keluarga harmonis SBY-Ani akan menjadi sebuah Keluarga Presiden yang harmonis.

Susilo Bambang Yudhoyono (5)

Pilihan Suara Hati Rakyat Rakyat

Pilihan suara hati nurani rakyat akhirnya terbukti. Mayoritas rakyat Indonesia, pada Pilpres putaran kedua, mempercayakan pilihannya kepada pasangan capres-cawapres Susilo Bambang Yudhoyono dan Muhammad Jusuf Kalla. Paduan dwitunggal ini menawarkan program memberikan rasa aman, adil, dan sejahtera kepada rakyat. Pasangan ini hampir dipastikan akan memenangkan Pilpres 20 September 2004. Inilah Presiden dan Wakil Presiden pertama pilihan rakyat secara langsung.

Rekonsiliasi
Setelah delapan bulan saling berkompetisi di mana ada persaingan secara politik dalam Pemilu, dia berharap mengakhirinya dalam proses rekonsiliasi. Rekonsiliasi, menurutnya, harus dimulai dari pada elite yang diikuti para konstituen.


Dia pun berupaya merintis rekonsiliasi itu. Menurutnya, kalaupun ada konsep the ruling party dan oposisi di legislatif dan eksekutif, hal itu sah-sah saja dan akan menyehatkan karena ada checks dan balances. Tapi tak boleh dilatarbelakangi dengan permusuhan. Dasarnya adalah koreksi dan mengawasi agar kebijakan publik tidak salah dan rakyat akan diuntungkan.


Dia ingin ada komunikasi dengan Ibu Megawati sehingga tak ada masalah tersisa setelah tanggal 20 Oktober, dengan demikian pemerintahan akan berjalan. "Ini memang tak pernah terjadi di Indonesia, dan saatnya kita memulai," kata SBY.

Siapakah sesungguhnya Susilo Bambang Yudhoyono yang sangat diidolakan rakyat dan mengapa pasangan itu berjodoh?

SBY, demikian ia akrab disapa. Gaya bicaranya tenang, sistematis, dan berwibawa. Kata-katanya jelas mencerminkan wawasan berpikirnya yang luas. Pantas saja para pengamat politik memberinya julukan: Jenderal yang Berpikir. Ia pun mendirikan Partai Demokrat yang kemudian memperoleh suara signifikan pada Pemilu 2004 dan menghantarkannya menjadi calon presiden.

Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan Kabinet Gotong-Royong ini mengundurkan diri dari jabatannya karena merasa tidak dipercaya lagi oleh Presiden Megawati Soekarnoputri. Surat permintaan pengunduran dirinya dikirim kepada Presiden, Kamis 11 Maret 2004 pagi, setelah sebelumnya ia menyurati presiden, mempersoalkan kewenangannya yang "dipreteli", tapi tidak ditanggapi oleh Megawati.

Pengunduran diri pria kelahiran Pacitan 9 September 1949 itu dilakukan setelah dua minggu kemelut politik terbuka dengan Megawati. Keputusan mundur dari kabinet itu tampaknya merupakan pemanasan dari kemelut panjang dalam kancah perebutan kekuasaan.

Yudhoyono, yang makin populer lewat iklan pemilu damainya di televisi, tampaknya telah memicu kemelut yang mengakibatkan orang-orang Megawati gerah.

Ketika mengumumkan permintaan pengunduran dirinya, SBY mengatakan, "Sesuai dengan hak politik saya, jika nanti pada saatnya ada partai politik, katakanlah Partai Demokrat dan dengan gabungan partai lain yang mengusulkan saya sebagai calon presiden, insya Allah saya bersedia." Berarti, ia siap bersaing dengan Megawati untuk merebut kursi kepresidenan di Pemilu 2004 ini.

Keputusan pengunduran dirinya dinilai berbagai pihak suatu keputusan yang elegan. Dalam perjalanan kariernya, Yudhoyono, memang selalu ingin tampak elegan baik dalam bertutur maupun bertindak. Sikap itu terlihat dalam beberapa peristiwa penting yang melibatkan langsung menantu Jenderal (Purn) Sarwo Edhie Wibowo itu.

Proses pengunduran dirinya yang terkesan akibat tersisihkan dalam Kabinet Megawati telah mengangkat popularitasnya yang tercermin dalam perolehan suara Partai Demokrat pada Pemilu 2004 yang sangat signifikan, menduduki peringkat lima.

Ketika mantan Kepala Staf Teritorial Markas Besar Tentara Nasional Indonesia ini tanggal 27 Januari 2000 memutuskan untuk pensiun lebih dini ketika menjabat sebagai Menteri Pertambangan dan Energi pada pemerintahan Presiden KH Abdurrahman Wahid. Ketika itu ia masih berpangkat letnan jenderal dan akhirnya pensiun dengan pangkat jenderal kehormatan.

Kemudian pada 28 Mei 2001, bersama beberapa menteri tidak merekomendasikan rencana Presiden Abdurrahman Wahid mengeluarkan Dekrit Presiden. Bahkan tidak bersedia melaksanakan Maklumat Presiden yang menugaskannya sebagai Menkopolsoskam untuk mengambil langkah-langkah yang perlu untuk mengatasi krisis, memelihara keamanan, ketertiban, dan hukum.

Akibatnya ia diberhentikan dengan hormat dari jabatan Menkopolsoskam pada 1 Juni 2001, kerena menolak rencana Presiden mengeluarkan Dekrit. Ketika ia ditawari jabatan Menteri Perhubungan atau Menteri Dalam Negeri, ia menolaknya.

Lalu pada Sidang Istimewa MPR-RI, 25 Juli 2001, ia dicalonkan memperebutkan jabatan Wakil Presiden yang lowong setelah Megawati Sukarnoputeri dipilih menjadi presiden. Ia bersaing dengan Hamzah Haz dan Akbar Tandjung. Ia kalah dengan alasan sederhana, tidak mempunyai kendaraan politik berupa partai.

Pada 10 Agustus 2001, Presiden Megawati mempercayai dan melantiknya menjadi Menko Polkam Kabinet Gotong-Royong. Dia pun menjalankan tugasnya dengan baik. Salah satu pelaksanaan tugasnya adalah mengumumkan pemberlakuan status darurat militer di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam pada 19 Mei 2003.

Kemudian popularitasnya makin memuncak. Pertama kali dia masuk bursa calon presiden, ketika Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI) menimangnya menjadi salah satu kandidat calon presiden dan wakil presiden. Kemudian, Partai Demokrat menyebutnya sebagai calon presiden, bukan calon wakil presiden.

Susilo Bambang Yudhoyono (06)

Andalkan Popularitas Politik

SBY, demikian ia akrab disapa. Gaya dan tutur bicaranya tenang, sistematis dan berwibawa. Sehingga ia populer bagi kaum ibu dan remaja putri. Ia seorang yang beruntung memiliki popularitas politik. Pantas saja para pengamat politik memberinya julukan: Jenderal yang Berpikir dan Tampan. Ia pun mendirikan Partai Demokrat yang kemudian memperoleh suara signifikan pada Pemilu 2004 dan mengantarkannya menjadi calon presiden.

Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan (Menkopolkam) Kabinet Gotong-Royong ini mengundurkan diri dari jabatannya setelah mempersiapkan diri untuk mencalonkan diri merebut kursi presiden bersaing dengan Megawati.

Surat permintaan pengunduran dirinya dikirim kepada Presiden Megawati, Kamis 11 Maret 2004 pagi, setelah sebelumnya ia menyurati presiden, mempersoalkan kewenangannya yang "dipreteli", tapi tidak ditanggapi oleh Megawati.

Pengunduran diri pria kelahiran Pacitan 9 September 1949 itu dilakukan setelah dua minggu kemelut politik terbuka dengan Megawati. Keputusan mundur dari kabinet itu tampaknya merupakan pemanasan dari kemelut panjang dalam kancah perebutan kekuasaan. Dia pun beruntung dan berhasil meraih dan mengandalkan popularitas politik.


Yudhoyono, yang secara cerdik makin populer lewat iklan pemilu damainya di televisi, tampaknya telah memicu kemelut yang mengakibatkan orang-orang Megawati gerah dan merasa dikhianati. SBY yang ketika diangkat menjadi Menkopolkam sebagai pembantu presiden oleh Presiden Megawati adalah dengan pertimbangan profesional. Namun 'jenderal simpatik' ini berhasil memanfaatkannya secara politis untuk menjadi pesaing Megawati, presiden yang mempercayainya.

Jenderal yang kelihatan simpatik, tampan, mudah senyum dan memikat banyak perempuan ini, ketika mengumumkan permintaan pengunduran dirinya, mengatakan "Sesuai dengan hak politik saya, jika nanti pada saatnya ada partai politik, katakanlah Partai Demokrat dan dengan gabungan partai lain yang mengusulkan saya sebagai calon presiden, insya Allah saya bersedia."

Keputusan pengunduran dirinya dinilai berbagai pihak suatu keputusan yang elegan. Dalam perjalanan kariernya, Yudhoyono, memang selalu ingin tampak elegan baik dalam bertutur maupun bersikap. Sikap itu terlihat dalam beberapa peristiwa penting yang melibatkan langsung menantu Jenderal (Purn) Sarwo Edhi Wibowo itu.

Proses pengunduran dirinya yang terkesan akibat tersisihkan dalam Kabinet Megawati telah mengangkat populeritasnya yang tercermin dalam perolehan suara Partai Demokrat pada Pemilu 2004 yang sangat signifikan, menduduki peringkat lima.

Langkah karir politik mantan Kepala Staf Teritorial Markas Besar Tentara Nasional Indonesia ini dimulai tanggal 27 Januari 2000 memutuskan untuk pensiun lebih dini ketika dipercaya menjabat sebagai Menteri Pertambangan dan Energi pada pemerintahan Presiden KH Abdurrahman Wahid. Ketika itu ia masih berpangkat letnan jenderal dan akhirnya pensiun dengan pangkat jenderal kehormatan.


Kemudian pada 28 Mei 2001, bersama beberapa menteri tidak merekomendasikan rencana Presiden Abdurrahman Wahid mengeluarkan Dekrit Presiden. Bahkan tidak bersedia melaksanakan Maklumat Presiden yang menugaskannya sebagai Menkopolsoskam untuk mengambil langkah-langkah yang perlu untuk mengatasi krisis, memelihara keamanan, ketertiban dan hukum.

Akibatnya ia diberhentikan dengan hormat dari jabatan Menkopolsoskam pada 1 Juni 2001, kerena menolak rencana Presiden mengeluarkan Dekrit. Ketika ia ditawari jabatan Menteri Perhubungan atau Menteri Dalam Negeri namun ditolaknya.

Lalu pada Sidang Istimewa MPR-RI, 25 Juli 2001, ia dicalonkan memperebutkan jabatan Wakil Presiden yang lowong setelah Megawati Sukarnoputeri dipilih menjadi presiden. Ia bersaing dengan Hamzah Haz dan Akbar Tandjung.

Pada 10 Agustus 2001, Presiden Megawati mempercayai dan melantiknya menjadi Menko Polkam Kabinet Gotong-Royong. Dia pun tampak menjalankan tugasnya dengan baik. Salah satu pelaksanaan tugasnya adalah mengumumkan pemberlakuan status darurat militer di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam pada 19 Mei 2003, serta proses penyelesaian konflik Ambon dan Poso.

Hal itu sangat menguntungkan SBY yang sudah berancang-ancang untuk merebut kursi presiden. Kemudian popularitasnya makin memuncak. Pertama kali dia masuk bursa calon presiden, ketika Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia menimangnya menjadi salah satu kandidat calon presiden dan wakil presiden. Kemudian, Partai Demokrat menyebutnya sebagai calon presiden, bukan calon wakil presiden.

Lalu iklan damainya muncul di berbagai stasiun televisi. Ia pun menjawab pertanyaan wartawan yang menanyakan soal tidak dilibatkannya dia dalam beberapa kegiatan kabinet yang menyangkut masalah politik dan keamanan. Lalu, suami Presiden Megawati, Taufik Kiemas menyebutnya kekanak-kanakan karena dinilai melapor kepada wartawan bukan kepada presiden (1/3/2004). Ia pun beruntung karena beberapa pengamat membangun opini bahwa ia sedang ditindas oleh Taufik Kiemas, suami Megawati.

Dalam pada itu, dua kali rapat kordinasi bidang Polkam batal dilakukan karena ketidakhadiran para menteri terkait. Tampaknya para menteri terkait tak lagi mempercayai dan menurutinya. Lalu pada 9 Maret 2004, dia pun menyurati Presiden Megawati mempertanyakan kewenangannya sekaligus minta waktu bertemu. Namun, Presiden tidak menjawab surat itu. Mensesneg Bambang Kusowo kepada pers mengatakan tidak seharusnya seorang menteri (pembantu presiden) mesti membuat surat meminta bertemu dengan presiden. Dia pun diundang mengahadiri rapat menteri terbatas. Tapi ia tidak datang.

Ia merasa suratnya tak ditanggapi. Lalu pada 11 Maret 2004, ia memilih mengundurkan diri dari jabatan Menko Polkam karena merasa kewenangannya sebagai Menko Polkam telah diambil-alih oleh Presiden Megawati Soekarnoputri. Tampaknya ia sadar bahwa kewenangannya sebagai Menko Polkam dan apa pun yang dilakukannya sebagai Menko Polkam adalah atas kepercayaan Presiden.

Lalu, malam harinya, di sebuah hotel, ia bertemu Abdurrahman Wahid yang diisukan sudah sejak beberapa waktu menimangnya menjadi calon presiden dari PKB.


Langkah pengunduran diri ini dinilai berbagai pihak membuatnya lebih leluasa menjalankan hak politik yang akan mengantarkannya ke kursi puncak kepemimpinan nasional. Pengunduran diri, jika jujur, sebaiknya telah dilakukan sejak dua tahun sebelumnya. Berbagai hasil polling memang selalu menempatkannya pada posisi terbaik, baik sebagai calon presiden apalagi sebagai calon wakil presiden. Polling TokohIndonesia DotCom menempatkannya sebagai calon wakil presiden yang paling puncak.

Hasil jajak pendapat yang diselenggarakan Centre for Political Studies-Soegeng Sarjadi Syndicated, yang diumumkan Selasa 30/7/2002, nama Jenderal TNI (Purn) Susilo Bambang Yudhoyono menduduki urutan teratas (15,5 persen) untuk menjadi wakil presiden berpasangan dengan Megawati Soekarnoputri (presiden) dan urutan kelima (5,4 persen) berpasangan dengan Amien Rais. Jajak pendapat ini melibatkan 4.133 responden yang rata-rata terpelajar di kota Jakarta, Yogyakarta, Surabaya, Medan dan Makassar,

Penampilan yang tenang dan berwibawa serta tutur kata yang bermakna dan sistematis telah mengantarkan SBY pada posisi yang patut diperhitungkan dalam peta kepemimpinan nasional. Penampilan publiknya mulai menonjol sejak menjabat Kepala Staf Teritorial ABRI (1998-1999) dan semakin berkibar saat menjabat Menko Polsoskam (Pemerintahan Presiden KH Abdurrahman Wahid) dan Menko Polkam (Pemerintahan Presiden Megawati Sukarnopotri).

Ketika reformasi mulai bergulir, SBY masih menjabat Kaster ABRI. Pada awal reformasi itu TNI dihujat habis-habisan. Pada saat itu, sosok SBY semakin menonjol sebagai seorang Jenderal yang Berpikir. Ia memahami pikiran yang berkembang di masyarakat dan tidak membela secara buta institusinya. "Penghujatan terhadap TNI itu menurut saya tak lepas dari format politik Orde Baru dan peran ABRI waktu itu," katanya.

Banyak orang mulai tertarik pada sosok militer yang satu ini. Pada saat institusi TNI dan oknum-oknum militernya dibenci dan dihujat, sosok SBY malah mencuat bagai butiran permata di atas lumpur. Seperti pengalaman yang hampir sama yang pernah dialami Jenderal Soeharto, ketika enam jenderal TNI diculik dalam peristiwa G-30-S/PKI, malah 'the smiling jeneral' itu berhasil tampil sebagai 'penyelamat' dan memimpin republik selama 32 tahun.

Siapa sesungguhnya SBY ini?

Ia yang pada masa kecil dan remajanya adalah penulis puisi, cerpen, pemain teater, dan pemain band. Pria tegap kelahiran Pacitan, Jawa Timur, 9 September 1949 ini senang mengikuti kegiatan kesenian seperti melukis, bermain peran dalam teater dan wayang orang. Beberapa karya puisi dan cerpennya sempat dikirimkan ke majalah anak-anak waktu itu, misalnya ke Majalah Kuncung. Sedangkan aktivitas bermain band masih dilaksanakan hingga tingkat satu Akabri Darat sebagai pemegang bas gitar. Sesekali masih juga menulis puisi.

Di samping kesenian, ia juga menyukai dunia olah raga seperti bola voli, ia senang travelling, baik jalan kaki, bersepeda atau berkendaraan. Sedangkan olah raga bela diri hingga saat ini masih aktif dilakukan.

Ia juga seorang penganut agama Islam yang taat. Darah prajurit Bapak berputra dua ini menurun dari ayahnya yang pensiun sebagai Letnan. Tekadnya sebagai prajurit kian kental saat kelas V SD (1961) berkunjung ke AMN di kampus Lembah Tidar Magelang. "Saya tertarik dengan kegagahan sosok-sosok taruna AMN yang berjalan dan berbaris dengan tegap waktu itu. Ketika rombongan wisata singgah ke Yogyakarta, saya sempatkan membeli pedang, karena dalam bayangan saya, tentara itu membawa pedang dan senjata," kenang SBY.

Pendidikan militernya dimulai di Akademi Militer Nasional (1970-1973). Ia adalah lulusan terbaik Akabri 1973 dengan menerima penghargaan Adi Makayasa. Pendidikan militernya dilanjutkan di Airborne and Ranger Course di Fort Benning, Georgia, AS (1976), Infantry Officer Advanced Course di Fort Benning, Georgia, AS (1982-1983) dengan meraih honor graduate, Jungle Warfare Training di Panama (1983), Anti Tank Weapon Course di Belgia dan Jerman (1984), Kursus Komandan Batalyon di Bandung (1985), Seskoad di Bandung (1988-1989) dan Command and General Staff College di Fort Leavenworth, Kansas, AS (1990-1991). Gelar MA diperoleh dari Webster University AS.

Dalam meniti karir, SBY sangat mengidolakan Sarwo Edhi yang tidak lain adalah mertuanya sendiri. Dalam pandangannya, Sarwo Edhi adalah seorang prajurit sejati. Jiwa dan logika kemiliterannya amat kuat. Selain belajar strategi, taktik, dan kepemimpinan militer, mertuanya itu amat sederhana dalam hidup dan teguh dalam memegang prinsip-prinsip yang diyakini.

Tugas terberatnya sebagai Menko Polkam adalah mengembalikan kepercayaan masyarakat dan dunia bahwa keamanan di Indonesia dapat diwujudkan. Faktor keamanan inilah yang sering dijadikan investor asing untuk membatalkan rencana investasinya di Indonesia. Sedangkan dari dalam negeri, masyarakat sering kali merasa was-was dengan berbagai gangguan seperti teror bom yang kerap terjadi.

Persoalan lainnya adalah, upaya menghentikan pertikaian di daerah konflik, yang secara perlahan memperlihatkan kemajuan. Namun, karena besarnya masalah yang dihadapi, keberhasilan tugasnya itu sering tidak ditanggapi serius. Masih banyak pekerjaan besar menunggu untuk segera diselesaikan.

Menghadapi tugas berat, ternyata menjadi bagian sejarah hidup SBY yang sebelum menjadi menteri sempat diprediksi bakal menjadi orang nomor satu di lingkungan militer. Ketika Presiden KH Abdurrahman Wahid berkuasa, ia sempat diberi tugas untuk melobi keluarga mantan Presiden Soeharto. Maksud langkah persuasif yang dilakukannya itu agar keluarga cendana bersedia memberikan sebagian hartanya kepada rakyat dan bangsa. Khususnya untuk membawa pulang harta keluarga Soeharto yang diperkirakan masih tersimpan di luar negeri. Padahal saat itu masyarakat tengah menunggu dengan seksama hasil peradilan orang kuat Orde Baru tersebut.

Presiden Wahid pada awal tahun 2001 pernah memintanya untuk membentuk Crisis Centre. Dalam lembaga nonstruktural ini Presiden Wahid meminta Yudhoyono menjabat sebagai Ketua Harian dan menempatkan pusat informasi atau kegiatan (operation centre) di kantor Menko Polsoskam. Lembaga baru ini berfungsi untuk memberikan rekomendasi kepada Presiden Wahid dalam menjawab berbagai persoalan. Termasuk di antaranya sikap Kepala Negara dalam merespon pemberian dua memorandum oleh DPR.

Walau berulang kali menerima kepercayaan bukan berarti Yudhoyono ‘lembek’ dalam menghadapi Presiden Wahid. Ketika terdengar kabar Presiden Wahid ngotot akan menerbitkan dekrit pembubaran DPR, maka, bersama Panglima TNI Laksamana Widodo AS dan jajaran petinggi TNI lainnya, ia meminta Gus Dur mengurungkan niatnya.

Siapa nyangka, setelah batal menerbitkan dekrit, Presiden Wahid malah mengeluarkan maklumat. Di sini pun Yudhoyono lagi-lagi mendapat ujian karena Kepala Negara menunjuknya sebagai pejabat yang bertanggung jawab untuk menegakkan keamanan dan ketertiban di Indonesia dalam menghadapi Sidang Paripurna yang dikhawatirkan banyak pihak bakal menimbulkan konflik di masyarakat. Tak lama setelah itu, Gus Dur malah melengserkan jabatan SBY. Dalam Sidang Istimewa MPR, giliran Gus Dur yang diturunkan dari kursi presiden dan digantikan Megawati.

M. Jusuf Kalla (06)

SBY-JK Solusi


Menuju Indonesia yang Aman, Adil dan Sejahtera

Susilo Bambang Yudhoyono dan Muhammad Jusuf Kalla disingkat SBY-JK adalah calon presiden dan wakil presiden yang menjanjikan perubahan sebagai solusi menuju Indonesia yang aman, adil dan sejahtera. Dwitunggal Capres-Cawapres ini terkuat dibanding lawan-lawannya, yang sudah terbukti pada Pemilu Presiden putaran pertama 5 Juli 2004. Pasangan ini meraih lebih dari 33.5 persen suara mengalahkan empat kandidat lain, sekaligus bersaing kembali bersama peringkat kedua di putaran kedua 20 September 2004 mendatang.

SBY-JK diusung oleh Partai Demokrat, PBB dan PKPI. Partai Demokrat sendiri, sesungguhnya adalah partai baru namun kinerjanya melambung tinggi mencengangkan sebab masuk lima besar pada Pemilu Legislatif 5 April 2004. SBY dan JK kini menjalani kesibukan baru yang semakin luar biasa mempersiapkan diri ke tahap final menjadi Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia.

Kini pasangan Capres-Cawapres ini ke mana-mana selalu memaparkan agenda dan prioritas pemerintahannya jika kelak terpilih. Menarik mengetahui bagaimana visi dan kerangka berpikir SBY-JK mengelola negara, sebagai sebuah pasangan duet yang mampu melahirkan sinergi baru.

SBY-JK sudah berketetapan hati bahwa Pemilu 2004 adalah momentum strategis membangun masa depan bangsa yang lebih baik. Terdapat dua agenda penting untuk diprioritaskan: penyelamatan dan pembangunan kembali Indonesia.

Prioritas penyelamatan dimunculkan sebab ada kecenderungan kerangka bernegara tidak lagi menjadi landasan semua proses kehidupan bernegara. Tidak lagi menuruti nilai-nilai jati diri dan konsensus dasar kebangsaan. Padahal, nilai dan jati diri itu telah diletakkan oleh para pendiri bangsa yang sepanjang 58 tahun terakhir terbukti berhasil menjadi kerangka acuan bernegara Indonesia.

Untuk mampu menjalankan dua agenda prioritas itu SBY-JK menyebutkan presiden dan wakil presiden haruslah figur yang memiliki kapasitas. Yaitu, kapasitas yang menjadikan eksistensi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) mantap tetap berdiri tegak dan tumbuh sebagai sebuah nation state, sebagaimana diproklamirkan pada 17 Agustus 1945.

SBY-JK mengisyaratkan Pemilu 2004 harus mampu menghasilkan pemerintahan yang baik. Pemerintahan itu antara lain berkarakter responsif, transparan, dan accountable. Pemerintah harus mampu merespon segala persoalan yang timbul. Transparan, apa pun yang dilakukan pemerintah harus diketahui oleh rakyat.

Harus terjadi komunikasi politik yang melibatkan publik dalam setiap penetapan kebijakan publik. Karakter accountable, pemerintah harus mampu menunjukkan akuntabilitas tinggi, tidak menyimpang dari konstitusi, serta tidak ada penyimpangan finansial. Uang satu rupiah pun harus dapat dipertanggung-jawabkan.

Pemimpin hasil Pemilu 2004 dengan demikian adalah teladan. Dia bisa bertindak tegas terhadap aparatur pemerintah atau siapa pun untuk memberantas korupsi. Pemimpin seperti itu akan memperoleh trust, kepercayaan tinggi dari masyarakat. Imbal-baliknya masyarakat akan membantu setiap langkah pemerintah untuk mencapai tujuan membangun Indonesia baru yang lebih baik, aman, adil, demokratis dan sejahtera.

Membangun Lebih Baik
SBY yang kandidat doktor ekonomi pertanian dari Institut Pertanian Bogor (IPB) memantapkan niat menjadi presiden bukan karena ambisi. Melainkan didorong oleh tekad kuat membangun Indonesia lebih baik. “Saya mulai mempunyai cita-cita riil untuk menjadi presiden saat saya berada di pemerintahan. Dan, saya melihat ada peluang. Saya harus ikut berkompetisi, untuk membuat lebih baik masa depan Indonesia,” ungkapnya jujur.

Dia tidak mau memberikan banyak janji kepada masyarakat saat berkampanye. Dia menyebutkan, untuk menjadi presiden, sudah mempunyai pengalaman dan pengetahuan di kabinet tentang bagaimana mengelola permasalahan negara, utamanya bidang Polsoskam. Dan, jika benar-benar terpilih menjadi presiden, dia dan JK mencanangkan Indonesia dalam lima tahun mendatang harus sudah lebih aman, adil, demokratis, dan lebih sejahtera.

Dengan lebih sejahtera berarti kehidupan rakyat lebih baik, pengangguran bisa dikurangi, kemiskinan dikurangi, daya beli serta pendidikan dan kesehatan menjadi lebih baik.

Agenda utama kepresidenannya adalah menciptakan keamanan dan perdamaian di seluruh tanah air. Dia menginginkan pemerintahan yang akan datang bisa bekerja lebih efektif. Apa saja yang dikerjakan harus sesuai dengan manajemen. Semua harus dapat bekerja all out, bekerja keras untuk mencapai sasaran.

Sebelum menjadi menteri, dia sudah berpengalaman mereposisi postur TNI. Sebagai Kasospol dan Kaster TNI dia bersama kawan-kawan selama dua tahun pertama reformasi berhasil menyusun cetak biru reformasi internal TNI. Sebuah perubahan besar menghentikan sikap TNI berpolitik praktis. TNI kembali ke jati diri dan perannya sebagai kekuatan pertahanan dengan membangun profesionalisme.

TNI dibuatnya menghormati nilai-nilai demokrasi. Maka, dia pun ikut menjanjikan diri sangat menghormati demokratisasi, hak asasi manusia dan kebebasan pers.
Kebebasan pers yang disertai tanggungjawab sebagaimana berlaku di negara lain, menurutnya, adalah sarana kontrol yang baik terhadap kekuasaan. Kebebasan pers adalah jembatan antara masyarakat dengan negara, dan antara masyarakat dengan pemerintahannya.

Pengalaman sebagai Menteri Pertambangan dan Energi membuat SBY mengerti tentang ekonomi. Empat tahun menjadi menteri di setiap pengambilan keputusan bidang ekonomi apakah itu energi, perdagangan, perindustrian, perikanan, pertanian dan lain-lain SBY selalu berada di situ.

Dia aktif membahas kebijakan ekonomi dan APBN, pengurangan utang, membangun stabilitas ekonomi makro, dan lain-lain. Menempuh studi tingkat doktoral S-3 bidang ekonomi pertanian di IPB Bogor membuat pengetahuan empirik ekonominya makin paripurna secara akademis.

Baginya prioritas ekonomi adalah berarti penciptaan lapangan kerja, pengentasan kemiskinan, dan membangun infrastruktur seperti transportasi, telekomunikasi, energi, pasar modal, maupun perbankan yang dalam enam tahun belakangan tidak terpelihara dengan baik. SBY akan menggalakkan serta memperluas sektor pertanian dan usaha kecil menengah (UKM) agar kehidupan dan daya beli puluhan juta rakyat meningkat.

Kepada para pelaku usaha kecil dan menengah pemerintahannya akan memberikan dorongan tambahan modal serta bimbingan teknologi dan manajemen. Pemerintah juga akan melakukan ekstensifikasi dan intensifikasi pertanian dalam arti luas, termasuk perikanan, peternakan, perkebunan, usaha kecil, menengah dan koperasi.

Dengan memobilisasi modal dari dalam dan luar negeri, kehidupan bidang jasa dan agroindustri akan meningkat. Sembilan juta pekerja aktif ditambah sekian belas juta lagi akan masuk ke dalam pasar tenaga kerja. Dan, semuanya dapat diserap secara bertahap. Semua itu harus dilakukan secara serius dalam lima tahun ke depan.

Syaratnya, iklim usaha harus betul-betul sehat dan kondusif untuk kebangkitan dunia usaha. Politik harus makin stabil. Keamanan harus makin pulih dan terpelihara. Tidak boleh lagi muncul kerusuhan. Demikian pula penjarahan dan unjuk rasa dengan kekerasan.
Kebijakan perpajakan harus dibuat baik dan konsisten. Kebijakan kepabeanan harus bagus. Hubungan industri dengan tenaga kerja harus baik dan ada manajemen yang bagus. Desentralisasi tidak boleh memunculkan raja-raja kecil di daerah yang kebijakan, pajak, dan retribusinya macam-macam. Semua gubernur, bupati, walikota, menteri, dan presiden harus bekerja ekstra menciptakan iklim kondusif.

Supaya pemerintahan accountable pemberantasan KKN dilaksanakan terus-menerus dan top down agar efektif. Agenda pemberantasan KKN dimulai dari orang pertama presiden, menteri, gubernur, bupati, walikota, DPR, DPD, yudikatif, dan segala macam. Uang negara satu rupiah pun harus dapat dipertanggungjawabkan.

Segala peraturan dan perundang-undangan harus dijalankan sungguh-sungguh. Komisi-komisi anti korupsi melaksanakan tugas dengan baik. Lembaga pemeriksa seperti BPK dan segala Irjen bekerja dengan baik, Lalu, undang masyarakat, LSM dan pers dan harus ada kontrol terhadap semua penyelenggara negara.

Departemen Agama yang selalu diterpa isu manipulasi, penyimpangan dan ketidakberesan penyelenggaraan haji, harus menjelaskan segala sesuatunya secara transparan dan accountable.

Mata rantai penegakan hukum yakni kepolisian, kejaksaan, pengadilan, dan pengacara harus bisa menjelaskan kenapa suatu perkara tiba-tiba dihentikan. Setiap orang harus bisa mengikuti apakah ada penyimpangan di tiap mata rantai penegakan hukum.

Pemerintahan terpilih nanti, menurutnya, jangan menaruh orang partai politik di BUMN, dan di lembaga yang mengelola aset negara BUMN yang berjumlah besar itu. Tidak macam-macam pun orang itu pasti dituduh mengambil aset negara untuk kepentingan partai politiknya. Menteri BUMN harus non partisan, berkepribadian bagus, transparan, akuntabel, dan audit dilaksanakan sungguh-sungguh.

Propaganda Negatif
Pengalaman mendampingi Gus Dur dan Megawati mengajarkannya, akan lebih baik jika pemerintahan nanti memiliki the ruling party dan the opposition party. Atau, ada yang memerintah dan ada oposisi. Koalisi bisa dilakukan di pemerintahan dan atau di parlemen. Yang tidak ikut koalisi menjadi oposisi. Dengan demikian kontrol, berikut check and balance, menjadi enak dijalankan.
Kompromi dalam artian power sharing di kabinet maupun di parlemen jangan kompromi dagang sapi atau bagi-bagi kursi. Power sharing harus mempertimbangkan kapasitas dan integritas.

Jika terpilih menjadi presiden dan membentuk kabinet, dia memastikan kabinetnya diawaki oleh mereka yang memiliki integritas, profesionalitas dan kapasitas yang bagus serta mau bekerja keras selama lima tahun.

Berjuang gigih disertai ridho Allah membuat SBY-JK merasa sangat yakin dan optimis mampu memenangkan kompetisi perebutan kursi presiden. Hal itu sudah berhasil dibuktikan di pemilihan putaran pertama 5 Juli 2004. Tinggal mempersiapkan diri sebaik-baiknya menjelang putaran akhir 20 September 2004 mendatang.

SBY memprediksi di puataran kedua masih akan muncul persaingan keras. Dan itu sudah pernah dia rasakan. Muncul politik-politik yang tidak bersih, propaganda gelap, isu miring, dan berbagai serangan diarahkan kepadanya secara tidak etis.

Berbagai peristiwa masa lalu bisa saja diperhadapkan ulang kepadanya. Termasuk tragedi 27 Juli. Semuanya terbukti berhasil ditepis. Ia justru mengusung tema peace, justice and democracy. Peace dalam arti negara Indonesia akan tetap hidup jika integritas teritorial tetap dipertahankan.

Calon presiden eks militer dicurigai cenderung menjadi otoriter, represif dan tidak demokratis, menurutnya adalah pendekatan yang terlalu hitam putih. Sebab ada tokoh sipil yang otoriter dan represif meski banyak pula yang demokratis. Sementara, tentara setelah berada di lingkungan politik sangat banyak yang demokratis.

Dia mencontohkan dirinya sendiri. Ketika menjadi menteri, politisi dan bertugas di pemerintahan, tidak represif, tidak otoritarian. Melainkan, menghormati nilai-nilai demokrasi, dan mempraktekkan demokrasi itu dalam kehidupan bernegara. Rakyat bisa menilai itu.

Disebutkannya lagi, isu negatif pindah agama serta istri yang disebutkan beragama Kristen telah sangat mendiskreditkan kehormatan dan kepribadiannya. Isu itu pernah muncul nyata saat akan mengadakan kampanye di Kota Medan, Sumatera Utara. Pesan layanan singkat atau SMS, berikut selebaran bernada demikian beredar luas di masyarakat.

Karenanya, sebelum kampanye SBY terlebih dahulu melaksanakan sholat di mesjid dekat lapangan kampanye diliput sejumlah televisi. Kepada warga Kota Medan yang bertanya apakah betul pindah agama ke Katolik, dan istri bukan seorang muslimah, dia menjawab dengan mengedepankan kecemasannya. Politik, menurutnya, sudah politik kotor dan fitnah, bukan lagi politik bersih dan cerdas. Ia pun kemudian membeberkan siapa dirinya yang sebenarnya.

Dia lahir di Pondok Pesantren Tremas, sejak lahir sudah menjadi Islam. Ibunya, Siti Habibah adalah putri salah satu pendiri Pondok Pesantren Tremas. Ayahnya, R. Soekotjo adalah santri lulusan Gontor.

Istrinya, Kristiani Herrawati atau Ani, putri ketiga Letjen Sarwo Edhie Wibowo yang mantan Danjen Kopassus, juga sejak lahir sudah Islam. SBY dan Ani sudah umrah hingga haji dan hajjah tahun 2000, berdua sama-sama beribadah dan menjalankan tugas-tugas keumatan. Dia mengaku sekaligus memiliki nilai, tidak pernah membenci agama lain.

Propaganda hitam lain, beredar isu di belakang SBY dan Partai Demokrat berdiri kekuatan agen intelijen negara lain, termasuk CIA, khususnya soal pendanaan. Padahal, menurutnya, tidak ada satu dolar pun bantuan dari luar negeri apalagi terhadap Partai Demokrat.

Partai Demokrat ketika dimintai dana untuk membiayai saksi TPS, misalnya, tidak mampu sebab tidak memiliki uang. Berbeda dengan apa yang sudah diketahui umum, ada partai yang mudah sekali mengumpulkan uang ratusan miliar rupiah. Karenanya, dia mengkhawatirkan telah ada maling teriak maling.

SBY sadar situasi politik Indonesia masih demikian adanya. Rakyat yang dibiarkan bebas memilih membuatnya optimis, insya Allah bisa memenangkan kompetisi. Langkah awal untuk memenangkan kompetisi itu sudah dia lakukan, dan terbukti berhasil melewati putaran pertama 5 Juli 2004. Tinggal memenangkan perjuangan putaran kedua.

Perjuangan itu sudah diawali dengan baik yakni dengan memilih wakil presiden yang tepat, yang bisa bersama-sama melakukan tugas pemerintahan yang efektif, berjalan secara safety, dan berhasil mencapai tugas-tugas. Dia adalah Muhammad Jusuf Kalla (JK).

Keduanya sudah berpengalaman bekerjasama 4 tahun di kabinet. Mereka sudah biasa saling menutupi dan melengkapi. ►ht-ms-Majalah Tokoh Indonesia Volume 14

H.M.Jusuf Kalla (07)

Negarawan yang Relijius


Karir politik pengusaha sukses ini justru berkibar dalam era reformasi. Dia seorang tokoh yang dinilai ‘bersih’ dan dapat diterima semua golongan. Dialah tokoh utama perdamaian Malino. Tokoh yang berpenampilan bersahaja dan berjiwa kebangsaan ini seorang negarawan yang meletakkan kepentingan negara dan bangsanya di atas kepentingan lainnya.

Anak bangsa kelahiran Watampone, Bone, 15 Mei 1942 yang dibesarkan dalam keluarga nahdiyin dan menikah dengan puteri yang dibesarkan dalam keluarga Muhammadiyah, ini seorang kader Golkar yang selama menjabat Menko Kesra melaksanakan tugas dengan baik. Pada masa pemerintahan Gus Dur, ia dipercaya memimpin Departemen Prindustrian dan Perdagangan. Kendati hanya enam bulan. Ia dipecat dengan alasan yang tidak jelas. Dalam buku berjudul “Enam Bulan Jadi Menteri” ia kemudian menguraikan pengalamannya. Buku ini menurut pengantar penyusunnya, S. Sinansari Ecip, tidak hanya sebagai dokumentasi, tetapi juga sebagai pertanggungjawaban seorang pejabat tinggi kepada masyarakat.

Mungkin, sebagaimana ditulis TEMPO, Muhammad Jusuf Kalla ini dilahirkan untuk bergelut dengan krisis. Sebab ketika masih berusia 25 tahun, putera Bone ini sudah harus memegang kendali bisnis ayahnya yang sedang menurun. Dan ia berhasil. Tangan dinginnya mampu menyingkirkan berbagai kesulitan dan menyelamatkan bisnis keluarganya. Lalu, pada usia berkepala enam, tangannya masih bertuah mengantarkan perdamaian di Poso dan Ambon.

Dengan merendah, ia mengatakan, upayanya dalam perjanjian Malino adalah bahagian dari tugas sebagai seorang menteri, mengatasi masalah konflik dan meningkatkan kesejahteraan rakyat. Ia melihat konflik dan perselisihan akan menyebabkan kemiskinan, baik dalam bentuk materi ataupun nonmateri. Sehingga, kepada mereka yang bertikai, harus diberikan kesadaran untuk menghentikan konflik dengan cara damai bukan melalui perang.

“Karena mereka yang berselisih ini memandang dari sudut agama, jadi kita memberikan kesadaran dari sisi agama juga. Karena semua agama, menurut saya, melarang membunuh tanpa alasan yang jelas,” ujar Ketua IKA-UNHAS (Ikatan Keluarga Alumni Universitas Hasanuddin) ini. Kendati ia yakin bahwa konflik di Maluku bukanlah konflik agama, tapi awalnya dipicu oleh persoalan ekonomi.

Lalu ia berupaya secara ikhlas memberikan pengertian bahwa apa yang mereka lakukan, baik itu kepada orang Islam maupun Kristen, sebenarnya semakin membawa mereka masuk neraka. “Saya katakan demikian dengan nada yang keras bagi kedua kelompok,” kata nahdliyin yang pernah menjabat Ketua Harian Yayasan Islamic Center Al-Markaz ini.

Memang, dalam menangani konflik Poso dan Ambon, ia berani mempersalahkan kedua belah pihak. Ia tidak hanya memuji dan membujuk mereka yang bertikai. Bahkan, “saya marah kepada keduabelah pihak itu,” katanya tulus.

Dia memang seorang tokoh yang cukup berpengaruh terutama di Indonesia Bagian Timur. Ia sangat peduli atas percepatan pembangunan Indonesia, tak terkecuali di kawasan timur itu. Hal itu tercermin dalam bukunya berjudul: “Mari ke Timur!” (Penerbit PT Toko Gunung Agung, Jakarta, 2000). Buku itu berisi pikiran-pikirannya tentang Indonesia Timur. Namun, bukan berarti ia hanya berpikir tentang kawasan Indonesia bagian Timur. Melainkan hal itu menunjukkan kepeduliannya untuk membangun seluruh negeri secara adil dan merata.

Secara politik tokoh berlatarbelakang pengurus masjid, HMI, KAHMI, NU Sulsel dan ICMI ini juga dikenal tidak hanya bisa berkomunikasi dengan teman-teman separtai atau satu agama dengannya. Ia bisa diterima di berbagai golongan dan kelompok kepentingan. Ia bukan politisi sektarian. Ia seorang pluralis berjiwa kebangsaan. Ia seorang pengusaha dan politisi yang negarawan.

Ia memang dikenal sebagai seorang anak bangsa penganut agama Islam yang taat dan berjiwa kebangsaan. Itulah sebabnya ia bisa dengan berani berbicara dengan kelompok-kelompok bertikai di Poso dan Ambon. Ia tidak berpihak kepada salah satu kelompok. Keikhlasan dan kejujurannya membawa damai tidak diragukan oleh masyarakat setempat. Ia orang yang biasa menghargai orang lain, termasuk orang yang berbeda pandangan dan keyakinan dengannya.

Dari kecil ia memang sudah diasuh orang tuanya untuk hidup sesuai ajaran agama Islam yang dianutnya, jujur dan menghargai orang lain. “Prinsip yang ditanamkan oleh orangtua saya sebenarnya sangat sederhana, yaitu menjadi orang yang taat beragama, bekerja sebaik-baiknya (bekerja keras), jujur dan menghormati orang lain. Salah satu dari sikap jujur itu adalah tidak menjadi orang yang melupakan janji atau mencederai janji,” katanya.

Ayahnya, H Kalla, seorang pengusaha dan tokoh Nahdlatul Ulama di Sulawesi Selatan. Tidak hanya ayahnya yang pengusaha. Ibunya juga berjualan sarung sutra Bugis. Usaha yang dirintis orang tuanya itu kemudian berkembang di tangan generasi keduanya yang dinakhodai Jusuf Kalla. Lulusan S1 Fakultas Ekonomi, Universitas Hasanudin Makasar, 1967, ini dari sejak usia muda memang sudah sering diikutsertakan dalam usaha dan kegiatan keagamaan, membantu orangtua.

Dalam dunia usaha, ia telah dididik untuk menjadi orang yang ulet, jujur, memperhatikan langganan, mempunyai visi ke depan dalam menjalankan usaha bersama karyawan-karyawan yang lain. Itulah yang mengantarkannya mampu mengendalikan sejumlah perusahaan di antaranya sebagai Direktur Utama NV. Hadji Kalla, PT Bumi Karsa, PT. Bumi Sarana Utama, PT. Kalla Inti Karsa, serta Komisaris Utama PT. Bukaka Singtel International dan PT. Bukaka Teknik Utama sampai tahun 2001, sebelum menjadi menteri. Ayahnya mendirikan NV Hadji Kalla Trading Company tahun 1965. Dan nama itu, kini telah menjadi sebuah jaringan konglomerasi.

NU dan Muhammadiyah
Pada masa kecilnya, Jusuf Kalla dipanggil Ucu, lahir dari pasangan pedagang Bugis dan Nahdliyin yang taat yakni ayah H. Kalla dan ibu Hj. Athirah.
Ucu dibesarkan dalam sebuah keluarga besar yang taat beragama. Dia putra kedua dari 17 bersaudara. Pasangan setianya sampai saat ini adalah perempuan Padang bernama Mufidah, dari keluarga Muhammadyiah yang taat. Pasangan JK-Mufidah dikarunia lima orang anak— Lisa, Ira, Elda, Ihin, dan Chaerani.

Ayah dan ibunya mengedepankan asas agama dan memegang teguh etika berdagang. Ny. Athirah mengasuh anak-anaknya penuh kesabaran. Ayahnya patuh menjalankan perintah agama dan sangat menghargai persahabatan. Di dalam NV Hadji Kalla, Ucu bertindak selaku eksekutif, sedangkan ayahnya menjadi pengawas jalannya perusahaan.

Haji Kalla hanya berada satu jam sehari di kantornya. Usai shalat Dhuhur, sang Ayah mengurusi masjid. Haji Kalla sering jalan kaki berkain sarung ke dan dari kantornya di Pasar Sentral, Makassar. Jarak antara rumah lamanya dan kantor, kurang lebih satu kilo meter. Sedangkan rumah barunya berjarak dua kilo meter.
Di samping rumah lamanya berdiri Masjid Raya yang terbesar di Sulsel saat itu. Belasan tahun Haji Kalla menjadi bendahara masjid tersebut. Setelah ayahnya meninggal, Ucu yang tamatan The European Institute of Business Administration Fountainebleu, Perancis, tahun 1977, ini meneruskan jabatan tersebut.

Ucu mengenang, setiap selesai shalat Jum’at, teman-teman ayahnya singgah ke rumahnya. Ibunya selalu menyediakan kue khas Bugis, barongko, dan jus es markisa. Barongko adalah pisang gepok yang dihaluskan, dicampur telur, santan dan gula. Lantas dibungkus dengan daun pisang dan dikukus.

Kemudian, Masjid Raya lama dibongkar dan dibangun Masjid Raya baru yang megah atas inisyatif Jusuf Kalla. Kemduian dibangun lagi Masjid Raya Al Markaz Al Islami yang megah dan berkarakter atas insyatif dua Jusuf, yaitu Jenderal (Purn) M. Jusuf yang kemudian bertindak selaku pelindung, dan Jusuf Kalla bertindak sebagai ketua panitia pelaksana pembangunan. Masjid Raya ini antara lain menyiapkan kader-kader ulama dan penghafalan Al Qur’an.

Sedangkan Yayasan Al Markaz yang didirikannya melakukan kegiatan yang lebih umum, seperti sekolah, pusat pengkajian dan diskusi cendekiawan muslim dan kegiatan budaya. Pengurusan sehari-harinya diserahkan kepada kalangan cendekiawan kampus.

Patuh Bayar Zakat
NV Hadji Kalla membeli bangunan dan tanah bekas Markas Komando Daerah Angkatan Udara di jantung kota Makassar, di tepi barat Lapangan Karebosi. Bangunan yang berdiri di tengah kompleks, pada zaman Belanda, dikenal sebagai Hotel Empress.

Semula direncanakan menghidupkan kembali kegiatan perhotelan di kompleks tersebut, bekerja sama dengan Hotel Hyatt. Namun ayahnya lebih setuju mendirikan pusat pendidikan. Lantas dibentuk Yayasan Pendidikan Haji Kalla. Maka dibangunlah kompleks pendidikan Athirah dari TK sampai tingkat lanjutan atas, untuk mengenang ibunya. Pendidikan Athirah bernafaskan Islam.

Sekarang NV Hadji Kalla telah menjadi sebuah jaringan konglomerasi yang bergerak di berbagai bidang usaha, antara lain perdagangan mobil, konstruksi bangunan, jembatan, perkapalan, real estate, transportasi, peternakan udang, perikanan, kelapa sawit dan telekomunikasi.

Perusahaan NV Haji Kalla dikenal patuh membayar zakat. Bagi JK tidak ada istilah tidak membayar zakat, karena hal itu urusan dengan Tuhan. Pada tahun tertentu, karena rugi, bisa saja perusahaannya tidak membayar pajak keuntungan. Tetapi membayar zakat tidak mengenal kata rugi dan untung.

Aktif di Pelbagai Bidang
Sebelum bergelut di bidang usaha, Ucu muda aktif di pelbagai kegiatan kemahasiswaan, terutama setelah menjadi Ketua KAMI Sulawesi Selatan, tahun 1966. Beberapa bekas aktivis mahasiswa mendapat “jatah” jabatan di pemerintahan. Jabatan yang dibagi-bagikan kepada mereka, semisal Badan Pimpinan Harian (BPH) di Pemda Sulsel, beberapa Kakanwil, Kepala Dolog dan anggota DPRD.

Ucu mendapat tawaran sebagai kepala Dolog. Skripsinya memang tentang beras. “Kalau tawaran itu saya ambil, bukan tidak mungkin saya jadi kepala Bulog,” kenang Ucu. Tawaran itu ditolak, namun Ucu terjun menjadi pedagang beras. Dia hanya mau menjadi anggota DPRD. Tapi, beberapa tahun kemudian, Jusuf benar-benar jadi Kepala Bulog, selain menjabat Menteri Perdagangan dan Industri dalam pemerintahan Presiden Gus Dur.

Ucu muda sangat enerjik, dinamis, dan kreatif. Dia aktif di berbagai kegiatan. Selama 24 tahun, dia jadi pengurus inti Kadin Sulsel. Lebih dari separuh waktunya menjabat Ketua Umum dan Koordinator Kadin se Kawasan Timur Indonesia (KTI). Dalam lebih sepuluh tahun terakhir getol memperjuangkan perbaikan ekonomi yang adil untuk KTI dan seluruh Nusantara.

Belakangan pun, JK menjadi Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Kadin Pusat. JK masih sempat memimpin Ikatan Keluarga Alumni (IKA) Unhas, dan anggota dewan penyantun tiga perguruan tinggi negeri di Makassar; Unhas, lKIP (Universitas Negeri Makassar), dan IAIN, beserta perguruan tinggi swasta.
JK empat kali menjadi anggota MPR Utusan Daerah dari Golkar (sekarang Partai Golkar). Pernah menjadi Ketua Pemuda Sekber Golkar. Sebagai ekonom, dia aktif di Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI). Pernah menjadi Ketua Umum ISEI Ujung Pandang (979-1989). Dan sampai sekarang menjadi penasehat ISEI Pusat.

Hidup Sederhana
Di dalam menjalankan tugasnya JK menekankan perlunya kejujuran dan loyalitas dari para pembantunya. Dia tak akan mentolerir segala bentuk penyimpangan dan penyelewengan. Karena itu dia memberi contoh hidup bersih dan bersahaja. Itu akan menumbuhkan rasa kesetiakawanan, terutama dari golongan ekonomi lemah.

Sedapat mungkin kurangi kebiasaan konsumtif, atau kurangi kebutuhan-kebutuhan yang tidak perlu. Amatlah naïf, apabila dia sendiri tidak memberi teladan, sementara mengingatkan para pembantunya tidak hidup mewah. Karenanya, ketika ditunjuk menjabat Menteri Perindustrian dan Perdagangan dia menolak berkantor di ruang mewah seluas 200 m2 dengan berbagai fasilitas. Lalu dia memilih berkantor di kantor yang lebih sederhana Jalan Gator Subroto yang lebih sederhana dengan perabut yang sudah lama.

Selaku menteri, juga kelak jika ia terpilih sebagai Wakil Presiden, dari segi pendapatan (gaji), sesungguhnya dia nombok. Sama sekali dia tidak mengharapkan kekayaan dari jabatannya. Bahkan saat menjabat menteri, setiap bulan ia meminta perusahaannya menyediakan dana untuk berbagai keperluan yang secara langsung atau tidak langsung menunjang pekerjaannya sebagai pejabat publik. Dia negarawan yang relijius. ►atur-Majalah Tokoh Indonesia Volume 14

C © updated 01092004 ► e-ti/setneg Nama :
Drs H Muhammad Jusuf Kalla
Lahir:
Watampone, 15 Mei 1942
Agama :
Islam
Jabatan Kenegaraan:
= Wakil Presiden RI (2004-2009)
= Menteri Koordinator Kesejahteraan Sosial Kabinet Gotong Royong (2001-2004)
Menteri Perindustrian dan Perdagangan Kabinet Persatuan Nasional (1999-2000)

Isteri:
Ny. Mufidah Jusuf (Lahir di Sibolga, 12 Februari 1943)
Anak:
1. Muchlisa Jusuf,
2. Muswirah Jusuf,
3. Imelda Jusuf,
4. Solichin Jusuf,
5. Chaerani Jusuf.

Pendidikan :
Fakultas Ekonomi, Universitas Hasanudin Makasar, 1967
The European Institute of Business Administration Fountainebleu, Prancis (1977)

Pekerjaan
Agustus 2001 - 2004 : Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat
1999 - 2000 : Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI
1968 - 2001 : Direktur Utama NV. Hadji Kalla
1969 - 2001 : Direktur Utama PT. Bumi Karsa
1988 - 2001 : Komisaris Utama PT. Bukaka Teknik Utama
1988 - 2001 : Direktur Utama PT. Bumi Sarana Utama
1993 - 2001 : Direktur Utama PT. Kalla Inti Karsa
1995 - 2001 : Komisaris Utama PT. Bukaka Singtel International

Organisasi
2000 - sekarang : Anggota Dewan Penasehat ISEI Pusat
1985 - 1998 : Ketua Umum KADIN Sulawesi Selatan
1994 - sekarang : Ketua Harian Yayasan Islamic Center AI-Markaz
1992 - sekarang : Ketua IKA-UNHAS
1988 - 2001 : Anggota MPR-RI
2004-2009: Ketua Umum DPP Partai Golkar

Alamat Kantor:
Jalan Kebon Sirih Jakarta Pusat

Alamat Rumah:
Jl. Brawijaya Raya No. 6 Jakarta Selatan
wa

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono

Susilo Bambang Yudhoyono adalah presiden RI ke-6. Berbeda dengan presiden sebelumnya, beliau merupakan presiden pertama yang dipilih secara langsung oleh rakyat dalam proses Pemilu Presiden putaran II 20 September 2004. Lulusan terbaik AKABRI (1973) yang akrab disapa SBY ini lahir di Pacitan, Jawa Timur 9 September 1949. Istrinya bernama Kristiani Herawati, merupakan putri ketiga almarhum Jenderal (Purn) Sarwo Edhi Wibowo.

Pensiunan jenderal berbintang empat ini adalah anak tunggal dari pasangan R. Soekotjo dan Sitti Habibah. Darah prajurit menurun dari ayahnya yang pensiun sebagai Letnan Satu. Sementara ibunya, Sitti Habibah, putri salah seorang pendiri Ponpes Tremas. Beliau dikaruniai dua orang putra yakni Agus Harimurti Yudhoyono (mengikuti dan menyamai jejak dan prestasi SBY, lulus dari Akmil tahun 2000 dengan meraih penghargaan Bintang Adhi Makayasa) dan Edhie Baskoro Yudhoyono (lulusan terbaik SMA Taruna Nusantara, Magelang yang kemudian menekuni ilmu ekonomi).

Pendidikan SR adalah pijakan masa depan paling menentukan dalam diri SBY. Ketika duduk di bangku kelas lima, beliau untuk pertamakali kenal dan akrab dengan nama Akademi Militer Nasional (AMN), Magelang, Jawa Tengah. Di kemudian hari AMN berubah nama menjadi Akabri. SBY masuk SMP Negeri Pacitan, terletak di selatan alun-alun. Ini adalah sekolah idola bagi anak-anak Kota Pacitan. Mewarisi sikap ayahnya yang berdisiplin keras, SBY berjuang untuk mewujudkan cita-cita masa kecilnya menjadi tentara dengan masuk Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Akabri) setelah lulus SMA akhir tahun 1968. Namun, lantaran terlambat mendaftar, SBY tidak langsung masuk Akabri. Maka SBY pun sempat menjadi mahasiswa Teknik Mesin Institut 10 November Surabaya (ITS).

Namun kemudian, SBY justru memilih masuk Pendidikan Guru Sekolah Lanjutan Pertama (PGSLP) di Malang, Jawa Timur. Sewaktu belajar di PGSLP Malang itu, beliau mempersiapkan diri untuk masuk Akabri. Tahun 1970, akhirnya masuk Akabri di Magelang, Jawa Tengah, setelah lulus ujian penerimaan akhir di Bandung. SBY satu angkatan dengan Agus Wirahadikusumah, Ryamizard Ryacudu, dan Prabowo Subianto. Semasa pendidikan, SBY yang mendapat julukan Jerapah, sangat menonjol. Terbukti, belaiu meraih predikat lulusan terbaik Akabri 1973 dengan menerima penghargaan lencana Adhi Makasaya.

Pendidikan militernya dilanjutkan di Airborne and Ranger Course di Fort Benning, Georgia, AS (1976), Infantry Officer Advanced Course di Fort Benning, Georgia, AS (1982-1983) dengan meraih honor graduate, Jungle Warfare Training di Panama (1983), Anti Tank Weapon Course di Belgia dan Jerman (1984), Kursus Komandan Batalyon di Bandung (1985), Seskoad di Bandung (1988-1989) dan Command and General Staff College di Fort Leavenworth, Kansas, AS (1990-1991). Gelar MA diperoleh dari Webster University AS. Perjalanan karier militernya, dimulai dengan memangku jabatan sebagai Dan Tonpan Yonif Linud 330 Kostrad (Komandan Peleton III di Kompi Senapan A, Batalyon Infantri Lintas Udara 330/Tri Dharma, Kostrad) tahun 1974-1976, membawahi langsung sekitar 30 prajurit.

Batalyon Linud 330 merupakan salah satu dari tiga batalyon di Brigade Infantri Lintas Udara 17 Kujang I/Kostrad, yang memiliki nama harum dalam berbagai operasi militer. Ketiga batalyon itu ialah Batalyon Infantri Lintas Udara 330/Tri Dharma, Batalyon Infantri Lintas Udara 328/Dirgahayu, dan Batalyon Infantri Lintas Udara 305/Tengkorak. Kefasihan berbahasa Inggris, membuatnya terpilih mengikuti pendidikan lintas udara (airborne) dan pendidikan pasukan komando (ranger) di Pusat Pendidikan Angkatan Darat Amerika Serikat, Ford Benning, Georgia, 1975. Kemudian sekembali ke tanah air, SBY memangku jabatan Komandan Peleton II Kompi A Batalyon Linud 305/Tengkorak (Dan Tonpan Yonif 305 Kostrad) tahun 1976-1977. Beliau pun memimpin Pleton ini bertempur di Timor Timur.

Sepulang dari Timor Timur, SBY menjadi Komandan Peleton Mortir 81 Yonif Linud 330 Kostrad (1977). Setelah itu, beliau ditempatkan sebagai Pasi-2/Ops Mabrigif Linud 17 Kujang I Kostrad (1977-1978), Dan Kipan Yonif Linud 330 Kostrad (1979-1981), dan Paban Muda Sops SUAD (1981-1982). Ketika bertugas di Mabes TNI-AD, itu SBY kembali mendapat kesempatan sekolah ke Amerika Serikat. Dari tahun 1982 hingga 1983, beliau mengikuti Infantry Officer Advanced Course, Fort Benning, AS, 1982-1983 sekaligus praktek kerja-On the job training di 82-nd Airbone Division, Fort Bragg, AS, 1983. Kemudian mengikuti Jungle Warfare School, Panama, 1983 dan Antitank Weapon Course di Belgia dan Jerman, 1984, serta Kursus Komando Batalyon, 1985. Pada saat bersamaan SBY menjabat Komandan Sekolah Pelatih Infanteri (1983-1985)

Lalu beliau dipercaya menjabat Dan Yonif 744 Dam IX/Udayana (1986-1988) dan Paban Madyalat Sops Dam IX/Udayana (1988), sebelum mengikuti pendidikan di Sekolah Staf dan Komando TNI-AD (Seskoad) di Bandung dan keluar sebagai lulusan terbaik Seskoad 1989. SBY pun sempat menjadi Dosen Seskoad (1989-1992), dan ditempatkan di Dinas Penerangan TNI-AD (Dispenad) dengan tugas antara lain membuat naskah pidato KSAD Jenderal Edi Sudradjat. Lalu ketika Edi Sudradjat menjabat Panglima ABRI, beliau ditarik ke Mabes ABRI untuk menjadi Koordinator Staf Pribadi (Korspri) Pangab Jenderal Edi Sudradjat (1993).

Lalu, beliau kembali bertugas di satuan tempur, diangkat menjadi Komandan Brigade Infantri Lintas Udara (Dan Brigif Linud) 17 Kujang I/Kostrad (1993-1994) bersama dengan Letkol Riyamizard Ryacudu. Kemudian menjabat Asops Kodam Jaya (1994-1995) dan Danrem 072/Pamungkas Kodam IV/Diponegoro (1995). Tak lama kemudian, SBY dipercaya bertugas ke Bosnia Herzegovina untuk menjadi perwira PBB (1995). Beliau menjabat sebagai Kepala Pengamat Militer PBB (Chief Military Observer United Nation Protection Force) yang bertugas mengawasi genjatan senjata di bekas negara Yugoslavia berdasarkan kesepakatan Dayton, AS antara Serbia, Kroasia dan Bosnia Herzegovina. Setelah kembali dari Bosnia, beliau diangkat menjadi Kepala Staf Kodam Jaya (1996). Kemudian menjabat Pangdam II/Sriwijaya (1996-1997) sekaligus Ketua Bakorstanasda dan Ketua Fraksi ABRI MPR (Sidang Istimewa MPR 1998) sebelum menjabat Kepala Staf Teritorial (Kaster) ABRI (1998-1999).

Sementara, langkah karir politiknya dimulai tanggal 27 Januari 2000, saat memutuskan untuk pensiun lebih dini dari militer ketika dipercaya menjabat sebagai Menteri Pertambangan dan Energi pada pemerintahan Presiden KH Abdurrahman Wahid. Tak lama kemudian, SBY pun terpaksa meninggalkan posisinya sebagai Mentamben karena Gus Dur memintanya menjabat Menkopolsoskam. Pada tanggal 10 Agustus 2001, Presiden Megawati mempercayai dan melantiknya menjadi Menko Polkam Kabinet Gotong-Royong. Tetapi pada 11 Maret 2004, beliau memilih mengundurkan diri dari jabatan Menko Polkam. Langkah pengunduran diri ini membuatnya lebih leluasa menjalankan hak politik yang akan mengantarkannya ke kursi puncak kepemimpinan nasional. Dan akhirnya, pada pemilu Presiden langsung putaran kedua 20 September 2004, SBY yang berpasangan dengan Jusuf Kalla meraih kepercayaan mayoritas rakyat Indonesia dengan perolehan suara di attas 60 persen. Dan pada tanggal 20 Oktober 2004 beliau dilantik menjadi Presiden RI ke-6. (Dari Berbagai Sumber)

Presiden Soekarno

Presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno yang biasa dipanggil Bung Karno, lahir di Blitar, Jawa Timur, 6 Juni 1901 dan meninggal di Jakarta, 21 Juni 1970. Ayahnya bernama Raden Soekemi Sosrodihardjo dan ibunya Ida Ayu Nyoman Rai. Semasa hidupnya, beliau mempunyai tiga istri dan dikaruniai delapan anak. Dari istri Fatmawati mempunyai anak Guntur, Megawati, Rachmawati, Sukmawati dan Guruh. Dari istri Hartini mempunyai Taufan dan Bayu, sedangkan dari istri Ratna Sari Dewi, wanita turunan Jepang bernama asli Naoko Nemoto mempunyai anak Kartika..

Masa kecil Soekarno hanya beberapa tahun hidup bersama orang tuanya di Blitar. Semasa SD hingga tamat, beliau tinggal di Surabaya, indekos di rumah Haji Oemar Said Tokroaminoto, politisi kawakan pendiri Syarikat Islam. Kemudian melanjutkan sekolah di HBS (Hoogere Burger School). Saat belajar di HBS itu, Soekarno telah menggembleng jiwa nasionalismenya. Selepas lulus HBS tahun 1920, pindah ke Bandung dan melanjut ke THS (Technische Hoogeschool atau sekolah Tekhnik Tinggi yang sekarang menjadi ITB). Ia berhasil meraih gelar "Ir" pada 25 Mei 1926.

Kemudian, beliau merumuskan ajaran Marhaenisme dan mendirikan PNI (Partai Nasional lndonesia) pada 4 Juli 1927, dengan tujuan Indonesia Merdeka. Akibatnya, Belanda, memasukkannya ke penjara Sukamiskin, Bandung pada 29 Desember 1929. Delapan bulan kemudian baru disidangkan. Dalam pembelaannya berjudul Indonesia Menggugat, beliau menunjukkan kemurtadan Belanda, bangsa yang mengaku lebih maju itu.

Pembelaannya itu membuat Belanda makin marah. Sehingga pada Juli 1930, PNI pun dibubarkan. Setelah bebas pada tahun 1931, Soekarno bergabung dengan Partindo dan sekaligus memimpinnya. Akibatnya, beliau kembali ditangkap Belanda dan dibuang ke Ende, Flores, tahun 1933. Empat tahun kemudian dipindahkan ke Bengkulu.

Setelah melalui perjuangan yang cukup panjang, Bung Karno dan Bung Hatta memproklamasikan kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945. Dalam sidang BPUPKI tanggal 1 Juni 1945, Ir.Soekarno mengemukakan gagasan tentang dasar negara yang disebutnya Pancasila. Tanggal 17 Agustus 1945, Ir Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Dalam sidang PPKI, 18 Agustus 1945 Ir.Soekarno terpilih secara aklamasi sebagai Presiden Republik Indonesia yang pertama.

Sebelumnya, beliau juga berhasil merumuskan Pancasila yang kemudian menjadi dasar (ideologi) Negara Kesatuan Republik Indonesia. Beliau berupaya mempersatukan nusantara. Bahkan Soekarno berusaha menghimpun bangsa-bangsa di Asia, Afrika, dan Amerika Latin dengan Konferensi Asia Afrika di Bandung pada 1955 yang kemudian berkembang menjadi Gerakan Non Blok.

Pemberontakan G-30-S/PKI melahirkan krisis politik hebat yang menyebabkan penolakan MPR atas pertanggungjawabannya. Sebaliknya MPR mengangkat Soeharto sebagai Pejabat Presiden. Kesehatannya terus memburuk, yang pada hari Minggu, 21 Juni 1970 ia meninggal dunia di RSPAD. Ia disemayamkan di Wisma Yaso, Jakarta dan dimakamkan di Blitar, Jatim di dekat makam ibundanya, Ida Ayu Nyoman Rai. Pemerintah menganugerahkannya sebagai "Pahlawan Proklamasi". (Dari Berbagai Sumber)

Presiden Soeharto

Soeharto adalah Presiden kedua Republik Indonesia. Beliau lahir di Kemusuk, Yogyakarta, tanggal 8 Juni 1921. Bapaknya bernama Kertosudiro seorang petani yang juga sebagai pembantu lurah dalam pengairan sawah desa, sedangkan ibunya bernama Sukirah.

Soeharto masuk sekolah tatkala berusia delapan tahun, tetapi sering pindah. Semula disekolahkan di Sekolah Desa (SD) Puluhan, Godean. Lalu pindah ke SD Pedes, lantaran ibunya dan suaminya, Pak Pramono pindah rumah, ke Kemusuk Kidul. Namun, Pak Kertosudiro lantas memindahkannya ke Wuryantoro. Soeharto dititipkan di rumah adik perempuannya yang menikah dengan Prawirowihardjo, seorang mantri tani.

Sampai akhirnya terpilih menjadi prajurit teladan di Sekolah Bintara, Gombong, Jawa Tengah pada tahun 1941. Beliau resmi menjadi anggota TNI pada 5 Oktober 1945. Pada tahun 1947, Soeharto menikah dengan Siti Hartinah seorang anak pegawai Mangkunegaran.

Perkawinan Letkol Soeharto dan Siti Hartinah dilangsungkan tanggal 26 Desember 1947 di Solo. Waktu itu usia Soeharto 26 tahun dan Hartinah 24 tahun. Mereka dikaruniai enam putra dan putri; Siti Hardiyanti Hastuti, Sigit Harjojudanto, Bambang Trihatmodjo, Siti Hediati Herijadi, Hutomo Mandala Putra dan Siti Hutami Endang Adiningsih.

Jenderal Besar H.M. Soeharto telah menapaki perjalanan panjang di dalam karir militer dan politiknya. Di kemiliteran, Pak Harto memulainya dari pangkat sersan tentara KNIL, kemudian komandan PETA, komandan resimen dengan pangkat Mayor dan komandan batalyon berpangkat Letnan Kolonel.

Pada tahun 1949, dia berhasil memimpin pasukannya merebut kembali kota Yogyakarta dari tangan penjajah Belanda saat itu. Beliau juga pernah menjadi Pengawal Panglima Besar Sudirman. Selain itu juga pernah menjadi Panglima Mandala (pembebasan Irian Barat).

Tanggal 1 Oktober 1965, meletus G-30-S/PKI. Soeharto mengambil alih pimpinan Angkatan Darat. Selain dikukuhkan sebagai Pangad, Jenderal Soeharto ditunjuk sebagai Pangkopkamtib oleh Presiden Soekarno. Bulan Maret 1966, Jenderal Soeharto menerima Surat Perintah 11 Maret dari Presiden Soekarno. Tugasnya, mengembalikan keamanan dan ketertiban serta mengamankan ajaran-ajaran Pemimpin Besar Revolusi Bung Karno.

Karena situasi politik yang memburuk setelah meletusnya G-30-S/PKI, Sidang Istimewa MPRS, Maret 1967, menunjuk Pak Harto sebagai Pejabat Presiden, dikukuhkan selaku Presiden RI Kedua, Maret 1968. Pak Harto memerintah lebih dari tiga dasa warsa lewat enam kali Pemilu, sampai ia mengundurkan diri, 21 Mei 1998. (Dari Berbagai Sumber)

Presiden Bacharuddin Jusuf Habibie

Presiden ketiga Republik Indonesia, Bacharuddin Jusuf Habibie lahir di Pare-Pare, Sulawesi Selatan, pada 25 Juni 1936. Beliau merupakan anak keempat dari delapan bersaudara, pasangan Alwi Abdul Jalil Habibie dan RA. Tuti Marini Puspowardojo. Habibie yang menikah dengan Hasri Ainun Habibie pada tanggal 12 Mei 1962 ini dikaruniai dua orang putra yaitu Ilham Akbar dan Thareq Kemal.

Masa kecil Habibie dilalui bersama saudara-saudaranya di Pare-Pare, Sulawesi Selatan. Sifat tegas berpegang pada prinsip telah ditunjukkan Habibie sejak kanak-kanak. Habibie yang punya kegemaran menunggang kuda ini, harus kehilangan bapaknya yang meninggal dunia pada 3 September 1950 karena terkena serangan jantung. Tak lama setelah bapaknya meninggal, Habibie pindah ke Bandung untuk menuntut ilmu di Gouvernments Middlebare School. Di SMA, beliau mulai tampak menonjol prestasinya, terutama dalam pelajaran-pelajaran eksakta. Habibie menjadi sosok favorit di sekolahnya.

Setelah tamat SMA di bandung tahun 1954, beliau masuk Universitas Indonesia di Bandung (Sekarang ITB). Beliau mendapat gelar Diploma dari Technische Hochschule, Jerman tahun 1960 yang kemudian mendapatkan gekar Doktor dari tempat yang sama tahun 1965. Habibie menikah tahun 1962, dan dikaruniai dua orang anak. Tahun 1967, menjadi Profesor kehormatan (Guru Besar) pada Institut Teknologi Bandung.

Langkah-langkah Habibie banyak dikagumi, penuh kontroversi, banyak pengagum namun tak sedikit pula yang tak sependapat dengannya. Setiap kali, peraih penghargaan bergengsi Theodore van Karman Award, itu kembali dari “habitat”-nya Jerman, beliau selalu menjadi berita. Habibie hanya setahun kuliah di ITB Bandung, 10 tahun kuliah hingga meraih gelar doktor konstruksi pesawat terbang di Jerman dengan predikat Summa Cum laude. Lalu bekerja di industri pesawat terbang terkemuka MBB Gmbh Jerman, sebelum memenuhi panggilan Presiden Soeharto untuk kembali ke Indonesia.

Di Indonesia, Habibie 20 tahun menjabat Menteri Negara Ristek/Kepala BPPT, memimpin 10 perusahaan BUMN Industri Strategis, dipilih MPR menjadi Wakil Presiden RI, dan disumpah oleh Ketua Mahkamah Agung menjadi Presiden RI menggantikan Soeharto. Soeharto menyerahkan jabatan presiden itu kepada Habibie berdasarkan Pasal 8 UUD 1945. Sampai akhirnya Habibie dipaksa pula lengser akibat refrendum Timor Timur yang memilih merdeka. Pidato Pertanggungjawabannya ditolak MPR RI. Beliau pun kembali menjadi warga negara biasa, kembali pula hijrah bermukim ke Jerman. (Dari Berbagai Sumber)

Presiden Abdurrahman Wahid

Abdurrahman Wahid yang akrab dipanggil Gus Dur menjabat Presiden RI ke-4 mulai 20 Oktober 1999 hingga 24 Juli 2001. Beliau lahir tanggal 4 Agustus 1940 di desa Denanyar, Jombang, Jawa Timur. Gus Dur adalah putra pertama dari enam bersaudara. Ayahnya adalah seorang pendiri organisasi besar Nahdlatul Ulama, yang bernama KH. Wahid Hasyim. Sedangkan Ibunya bernama Hj. Sholehah adalah putri pendiri Pesantren Denanyar Jombang, K.H. Bisri Syamsuri. Dari perkawinannya dengan Sinta Nuriyah, mereka dikarunia empat orang anak, yaitu Alissa Qotrunnada Munawaroh, Zannuba Arifah Chafsoh, Annita Hayatunnufus, dan Inayah Wulandari .

Sejak masa kanak-kanak, Gus Dur mempunyai kegemaran membaca dan rajin memanfaatkan perpustakaan pribadi ayahnya. Selain itu beliau juga aktif berkunjung keperpustakaan umum di Jakarta. Pada usia belasan tahun Gus Dur telah akrab dengan berbagai majalah, surat kabar, novel dan buku-buku. Di samping membaca, beliau juga hobi bermain bola, catur dan musik. Bahkan Gus Dur, pernah diminta untuk menjadi komentator sepak bola di televisi. Kegemaran lainnya, yang ikut juga melengkapi hobinya adalah menonton bioskop. Kegemarannya ini menimbulkan apresiasi yang mendalam dalam dunia film. Inilah sebabnya mengapa Gu Dur pada tahun 1986-1987 diangkat sebagai ketua juri Festival Film Indonesia.

Masa remaja Gus Dur sebagian besar dihabiskan di Yogyakarta dan Tegalrejo. Di dua tempat inilah pengembangan ilmu pengetahuan mulai meningkat. Masa berikutnya, Gus Dur tinggal di Jombang, di pesantren Tambak Beras, sampai kemudian melanjutkan studinya di Mesir. Sebelum berangkat ke Mesir, pamannya telah melamarkan seorang gadis untuknya, yaitu Sinta Nuriyah anak Haji Muh. Sakur. Perkawinannya dilaksanakan ketika Gus Dur berada di Mesir.

Sepulang dari pengembaraannya mencari ilmu, Gus Dur kembali ke Jombang dan memilih menjadi guru. Pada tahun 1971, beliau bergabung di Fakultas Ushuludin Universitas Tebu Ireng Jombang. Tiga tahun kemudian beliau menjadi sekretaris Pesantren Tebu Ireng, dan pada tahun yang sama Gus Dur mulai menjadi penulis. Beliau kembali menekuni bakatnya sebagaii penulis dan kolumnis. Lewat tulisan-tulisan tersebut gagasan pemikiran Gus Dur mulai mendapat perhatian banyak.

Pada tahun 1974 Gus Dur diminta pamannya, K.H. Yusuf Hasyim untuk membantu di Pesantren Tebu Ireng Jombang dengan menjadi sekretaris. Dari sini Gus Dur mulai sering mendapatkan undangan menjadi nara sumber pada sejumlah forum diskusi keagamaan dan kepesantrenan, baik di dalam maupun luar negeri. Selanjutnya Gus Dur terlibat dalam kegiatan LSM. Pertama di LP3ES bersama Dawam Rahardjo, Aswab Mahasin dan Adi Sasono dalam proyek pengembangan pesantren, kemudian Gus Dur mendirikan P3M yang dimotori oleh LP3ES.

Pada tahun 1979 Gus Dur pindah ke Jakarta. Mula-mula beliau merintis Pesantren Ciganjur. Sementara pada awal tahun 1980 Gus Dur dipercaya sebagai wakil katib syuriah PBNU. Di sini Gus Dur terlibat dalam diskusi dan perdebatan yang serius mengenai masalah agama, sosial dan politik dengan berbagai kalangan lintas agama, suku dan disiplin. Gus Dur semakin serius menulis dan bergelut dengan dunianya, baik di lapangan kebudayaan, politik, maupun pemikiran keislaman. Karier yang dianggap `menyimpang`-dalam kapasitasnya sebagai seorang tokoh agama sekaligus pengurus PBNU-dan mengundang cibiran adalah ketika menjadi ketua Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) pada tahunn 1983. Beliau juga menjadi ketua juri dalam Festival Film Indonesia (FFI) tahun 1986, 1987.

Pada tahun 1984 Gus Dur dipilih secara aklamasi oleh sebuah tim ahl hall wa al-`aqdi yang diketuai K.H. As`ad Syamsul Arifin untuk menduduki jabatan ketua umum PBNU pada muktamar ke-27 di Situbondo. Jabatan tersebut kembali dikukuhkan pada muktamar ke-28 di pesantren Krapyak Yogyakarta (1989), dan muktamar di Cipasung Jawa Barat (1994). Jabatan ketua umum PBNU kemudian dilepas ketika Gus Dur menjabat presiden RI ke-4. Selama menjadi presiden, tidak sedikit pemikiran Gus Dur kontroversial. Seringkali pendapatnya berbeda dari pendapat banyak orang. (Dari Berbagai Sumber)

Presiden Megawati Soekarnoputri

Presiden Republik Indonesia ke-5, Megawati Soekarnoputri lahir di Yogyakarta, 23 Januari 1947. Sebelum diangkat sebagai presiden, beliau adalah Wakil Presiden RI yang ke-8 dibawah pemerintahan Abdurrahman Wahid. Megawati adalah putri sulung dari Presiden RI pertama yang juga proklamator, Soekarno dan Fatmawati. Megawati, pada awalnya menikah dengan pilot Letnan Satu Penerbang TNI AU, Surendro dan dikaruniai dua anak lelaki bernama Mohammad Prananda dan Mohammad Rizki Pratama.

Pada suatu tugas militer, tahun 1970, di kawasan Indonesia Timur, pilot Surendro bersama pesawat militernya hilang dalam tugas. Derita tiada tara, sementara anaknya masih kecil dan bayi. Namun, derita itu tidak berkepanjangan, tiga tahun kemudian Mega menikah dengan pria bernama Taufik Kiemas, asal Ogan Komiring Ulu, Palembang. Kehidupan keluarganya bertambah bahagia, dengan dikaruniai seorang putri Puan Maharani. Kehidupan masa kecil Megawati dilewatkan di Istana Negara. Sejak masa kanak-kanak, Megawati sudah lincah dan suka main bola bersama saudaranya Guntur. Sebagai anak gadis, Megawati mempunyai hobi menari dan sering ditunjukkan di hadapan tamu-tamu negara yang berkunjung ke Istana.

Wanita bernama lengkap Dyah Permata Megawati Soekarnoputri ini memulai pendidikannya, dari SD hingga SMA di Perguruan Cikini, Jakarta. Sementara, ia pernah belajar di dua Universitas, yaitu Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran, Bandung (1965-1967) dan Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (1970-1972). Kendati lahir dari keluarga politisi jempolan, Mbak Mega -- panggilan akrab para pendukungnya -- tidak terbilang piawai dalam dunia politik. Bahkan, Megawati sempat dipandang sebelah mata oleh teman dan lawan politiknya. Beliau bahkan dianggap sebagai pendatang baru dalam kancah politik, yakni baru pada tahun 1987. Saat itu Partai Demokrasi Indonesia (PDI) menempatkannya sebagai salah seorang calon legislatif dari daerah pemilihan Jawa Tengah, untuk mendongkrak suara.

Masuknya Megawati ke kancah politik, berarti beliau telah mengingkari kesepakatan keluarganya untuk tidak terjun ke dunia politik. Trauma politik keluarga itu ditabraknya. Megawati tampil menjadi primadona dalam kampanye PDI, walau tergolong tidak banyak bicara. Ternyata memang berhasil. Suara untuk PDI naik. Dan beliau pun terpilih menjadi anggota DPR/MPR. Pada tahun itu pula Megawati terpilih sebagai Ketua DPC PDI Jakarta Pusat.

Tetapi, kehadiran Mega di gedung DPR/MPR sepertinya tidak terasa. Tampaknya, Megawati tahu bahwa beliau masih di bawah tekanan. Selain memang sifatnya pendiam, belaiu pun memilih untuk tidak menonjol mengingat kondisi politik saat itu. Maka belaiu memilih lebih banyak melakukan lobi-lobi politik di luar gedung wakil rakyat tersebut. Lobi politiknya, yang silent operation, itu secara langsung atau tidak langsung, telah memunculkan terbitnya bintang Mega dalam dunia politik. Pada tahun 1993 dia terpilih menjadi Ketua Umum DPP PDI. Hal ini sangat mengagetkan pemerintah pada saat itu.

Proses naiknya Mega ini merupakan cerita menarik pula. Ketika itu, Konggres PDI di Medan berakhir tanpa menghasilkan keputusan apa-apa. Pemerintah mendukung Budi Hardjono menggantikan Soerjadi. Lantas, dilanjutkan dengan menyelenggarakan Kongres Luar Biasa di Surabaya. Pada kongres ini, nama Mega muncul dan secara telak mengungguli Budi Hardjono, kandidat yang didukung oleh pemerintah itu. Mega terpilih sebagai Ketua Umum PDI. Kemudian status Mega sebagai Ketua Umum PDI dikuatkan lagi oleh Musyawarah Nasional PDI di Jakarta.

Namun pemerintah menolak dan menganggapnya tidak sah. Karena itu, dalam perjalanan berikutnya, pemerintah mendukung kekuatan mendongkel Mega sebagai Ketua Umum PDI. Fatimah Ahmad cs, atas dukungan pemerintah, menyelenggarakan Kongres PDI di Medan pada tahun 1996, untuk menaikkan kembali Soerjadi. Tetapi Mega tidak mudah ditaklukkan. Karena Mega dengan tegas menyatakan tidak mengakui Kongres Medan. Mega teguh menyatakan dirinya sebagai Ketua Umum PDI yang sah. Kantor DPP PDI di Jalan Diponegoro, sebagai simbol keberadaan DPP yang sah, dikuasai oleh pihak Mega. Para pendukung Mega tidak mau surut satu langkah pun. Mereka tetap berusaha mempertahankan kantor itu.

Soerjadi yang didukung pemerintah pun memberi ancaman akan merebut secara paksa kantor DPP PDI itu. Ancaman itu kemudian menjadi kenyataan. Pagi, tanggal 27 Juli 1996 kelompok Soerjadi benar-benar merebut kantor DPP PDI dari pendukung Mega. Namun, hal itu tidak menyurutkan langkah Mega. Malah, dia makin memantap langkah mengibarkan perlawanan. Tekanan politik yang amat telanjang terhadap Mega itu, menundang empati dan simpati dari masyarakat luas.

Mega terus berjuang. PDI pun menjadi dua. Yakni, PDI pimpinan Megawati dan PDI pimpinan Soerjadi. Massa PDI lebih berpihak dan mengakui Mega. Tetapi, pemerintah mengakui Soerjadi sebagai Ketua Umum PDI yang sah. Akibatnya, PDI pimpinan Mega tidak bisa ikut Pemilu 1997. Setelah rezim Orde Baru tumbang, PDI Mega berubah nama menjadi PDI Perjuangan. Partai politik berlambang banteng gemuk dan bermulut putih itu berhasil memenangkan Pemilu 1999 dengan meraih lebih tiga puluh persen suara. Kemenangan PDIP itu menempatkan Mega pada posisi paling patut menjadi presiden dibanding kader partai lainnya. Tetapi ternyata pada SU-MPR 1999, Mega kalah.

Tetapi, posisi kedua tersebut rupanya sebuah tahapan untuk kemudian pada waktunya memantapkan Mega pada posisi sebagai orang nomor satu di negeri ini. Sebab kurang dari dua tahun, tepatnya tanggal 23 Juli 2001 anggota MPR secara aklamasi menempatkan Megawati duduk sebagai Presiden RI ke-5 menggantikan KH Abdurrahman Wahid. Megawati menjadi presiden hingga 20 Oktober 2003. Setelah habis masa jabatannya, Megawati kembali mencalonkan diri sebagai presiden dalam pemilihan presiden langsung tahun 2004. Namun, beliau gagal untuk kembali menjadi presiden setelah kalah dari Susilo Bambang Yudhoyono yang akhirnya menjadi Presiden RI ke-6. (Dari Berbagai Sumber)

Ramai-ramai Unjuk Diri Melalui Biografi

SANG Demokrat, buku setebal 24 cm yang terdiri dari 1.003 halaman ini, dijual seharga Rp 270.000. Tergolong mahal memang. Namun, tengoklah di toko-toko buku Gramedia, bertumpuk-tumpuk buku tersebut terpajang rapi dalam barisan depan ruang pamer toko buku itu. Sang Demokrat, biografi Susilo Bambang Yudhoyono, disandingkan dengan buku-buku laris lain semacam Harry Potter.

Fenomena Susilo Bambang Yudhoyono bersama Partai Demokrat di panggung politik Indonesia dalam pemilu lalu memang cukup menyentak banyak kalangan. Hasil pemilu legislatif 5 April lalu menjadi bukti bahwa figur Yudhoyono atau lebih sering disebut SBY menarik perhatian masyarakat di negeri ini. Rasa ingin tahu masyarakat terhadap mantan Menko Polkam ini juga yang ditunjukkan dengan ketertarikan membaca perjalanan hidup Yudhoyono sebagaimana yang dipaparkan dalam biografinya itu.

"Biografi SBY dalam tempo tiga minggu ludes 3.250 eksemplar," ungkap Usamah Hisyam, penulis sekaligus pemilik Dharmapena, penerbit biografi Sang Demokrat. Tidak hanya itu, dalam waktu relatif singkat, biografi tersebut memasuki cetakan kedua.

Buku Sang Demokrat hanyalah salah satu buku biografi dari ratusan buku biografi yang beberapa tahun belakangan ini beredar di masyarakat. Bisa dikatakan di negeri ini para tokoh masyarakat tengah demam membuat buku biografi. Di dunia politik, hampir seluruh tokoh yang mencalonkan diri jadi presiden maupun wakil presiden pada pemilihan presiden mendatang telah memiliki biografinya, atau setidaknya buku-buku yang bertutur tentang si tokoh tersebut.

Calon presiden dari Partai Golkar, Wiranto, misalnya, menjelang pelaksanaan konvensi pemilihan presiden yang diadakan Partai Golkar beberapa waktu lalu meluncurkan buku berjudul Wiranto: Bersaksi di Tengah Badai. Sebelumnya, di tahun 2002, ia juga menerbitkan buku berkaitan dengan kasus Timor Timur bertajuk Selamat Jalan Timor Timur; Pergulatan Menguak Kebenaran.

Calon presiden dari Partai Amanat Nasional, Amien Rais, pun ikut pula membuat buku biografi. Mengambil momentum ulang tahunnya yang ke-60 pada tanggal 27 April 2004 Amien meluncurkan buku biografi berjudul Memimpin dengan Hati Nurani. Buku ini bukan yang pertama mengingat sebelumnya, di akhir tahun 2003, pernah pula diluncurkan Mohammad Amien Rais Putra Nusantara.

Tokoh-tokoh politik lain yang sempat ikut meramaikan bursa sebagai calon presiden tetapi gagal lolos Konvensi Partai Golkar, seperti Akbar Tandjung dan Surya Paloh, juga termasuk tokoh yang buku biografinya terpajang di toko-toko buku.

Untuk Akbar Tandjung, misalnya, setidaknya ada tiga buku bertutur tentang dia yang telah beredar di pasar. Buku-buku itu berjudul Memenangkan Hati Rakyat: Akbar Tandjung dan Partai Golkar dalam Masa Transisi (1998-2003), Membangun Konsensus: Pemikiran dan Praktik Politik Akbar Tandjung, dan satu buku yang ditulis Akbar sendiri berjudul Moratorium Politik: Menuju Rekonsiliasi Nasional. Sementara itu Surya Paloh menerbitkan buku biografi berjudul Surya Paloh: Editorial Kehidupan.

SELAIN buku biografi tokoh di bidang politik, banyak buku biografi tokoh-tokoh di bidang militer Indonesia sejak lama menghiasi etalase toko-toko buku. Tercatat ada biografi Bang Ali (Ali Sadikin), Kemal Idris, Soemitro, LB Moerdani, dan Feisal Tanjung. Bahkan jenderal-jenderal lain yang pernah menjadi panglima komando daerah militer umumnya juga sudah menerbitkan buku biografi.

Yang menarik, demam penulisan buku biografi tidak hanya melanda tokoh-tokoh politik atau politisi tingkat atas seperti para calon presiden maupun calon wakil presiden. Kini, demam yang sama juga melanda tokoh-tokoh politik di tingkat lokal, seperti bupati dan wali kota.

Seakan tak mau kalah dengan politisi dan jenderal, para artis pun ikut meramaikan bursa buku biografi maupun autobiografi. Mulai dari penyanyi yang sudah sangat senior dan terkenal seperti Titiek Puspa dan Lenny Marlina sampai artis yang baru terkenal belakangan ini seperti Kris Dayanti dan Heidi Yunus.

Jika latar belakang pembuatan buku biografi para artis tersebut ditelusuri, rata-rata menunjukkan jawaban yang seragam. Mereka bukan mengejar popularitas atau keuntungan materi, tetapi semata- mata berbagi pengalaman. Hanya saja, kadang kala pengalaman pribadi saat bersentuhan dengan pihak lain justru menimbulkan persoalan baru. Penulisan autobiografi Lenny Marlina yang diberi judul Si Lenny dari Ciateul, misalnya, sebagaimana yang dipaparkan dalam berbagai pemberitaan media massa, sempat menuai protes dari mantan suaminya.

Terlepas dari reaksi yang bermunculan, demam pembuatan buku biografi tidak pernah surut. Pustaka Sinar Harapan merupakan salah satu penerbit yang merasakan derasnya permintaan membuat buku biografi tokoh-tokoh masyarakat. Dalam satu tahun tidak kurang dari 30 buku biografi diterbitkan Pustaka Sinar Harapan. Jumlah tersebut berarti sekitar 30 hingga 40 persen dari seluruh buku yang diproduksi penerbit ini. "Sebenarnya bisa lebih banyak lagi, tapi kami kewalahan menanganinya, jadi sebagian terpaksa kami tolak," kata Max Riberu, pimpinan Pustaka Sinar Harapan, menjelaskan.

Bagi penerbit ini, buku-buku biografi memang primadona. Jika merunut perjalanan sejarah penerbit ini, buku-buku biografi terbukti menjadi andalan yang sempat mengangkat citra penerbit yang sebelumnya bernama Penerbit Sinar Harapan ini sebagai penerbit buku-buku terpandang.

Selain penerbit, saat ini para penulis biografi umumnya juga kewalahan menerima pesanan penulisan buku biografi. Usamah Hisyam, misalnya, mengaku lantaran begitu banyak permintaan, ia membatasi satu tahun hanya membuat satu tokoh. "Dari lima tokoh yang minta saya menuliskan biografinya, empat saya tolak dengan halus," ungkapnya. Bahkan, belakangan ini Hisyam mengaku menolak permintaan tiga menteri yang ingin dibuatkan biografi karena kesibukannya.

Derasnya permintaan sudah barang tentu membuat posisi tawar penulis menjadi tinggi. Hisyam, umpamanya, mengaku menerapkan standar pemilihan tokoh yang menurut dia layak dibuatkan biografi. "Saya tidak menulis biografi untuk tokoh-tokoh bermasalah," tuturnya.

Selain menuliskan biografi Yudhoyono, selama ini Hisyam juga telah membuatkan biografi mantan Panglima ABRI, Feisal Tanjung, berjudul Feisal Tanjung, Terbaik untuk Rakyat Terbaik untuk ABRI, hingga biografi mantan Jaksa Agung Andi M Ghalib berjudul HA Muhammad Ghalib Menepis Badai Menegakkan Supremasi Hukum.

Jika melihat respons pasar atau pembeli, memang dari sejumlah biografi yang diterbitkan berbagai penerbit tidak semua laku di pasaran. Menurut pengalaman Riberu, semua tergantung pada tokoh yang menjadi pusat penulisan. "Umumnya biografi tokoh yang melawan arus, melawan rezim, atau kontroversial yang pasarnya bagus," ungkap Riberu.

Pustaka Sinar Harapan sendiri mengaku pernah mengalami manisnya berbisnis buku biografi yang mengandalkan sosok kontroversial. Biografi Ali Sadikin, misalnya, merupakan contoh sukses sebuah buku biografi di pasaran. Biografi yang ditulis Ramadhan KH itu hingga saat ini sudah dicetak hingga 15 kali, atau sekitar 75.000 sampai 80.000 buku.

Namun, yang menarik, sekalipun tidak semua buku disukai masyarakat dan laku di pasar, tidak berarti penerbit harus menanggung kerugian besar. Mengambil contoh Pustaka Sinar Harapan, hampir 90 persen buku-buku biografi yang diterbitkan penerbit ini merupakan buku pesanan. Artinya, semua biaya produksi buku tersebut sudah ditanggung pemesannya. Dengan demikian, meskipun buku-buku tersebut tidak laku di pasar, pihak penerbit tidak akan menanggung banyak kerugian.

SEMAKIN banyaknya tokoh masyarakat yang ingin membuat buku biografi akhir-akhir ini sudah pasti akan memberikan banyak keuntungan kepada pihak-pihak yang terlibat di dalamnya. Selain para penerbit, penulis juga termasuk yang diuntungkan. Sayangnya, seperti yang sering kali dikeluhkan para penerbit, jumlah penulis biografi yang andal masih terlalu minim. "Tidak banyak penulis buku biografi seperti Pak Ramadhan KH. Karena dia satrawan, bahasanya itu enak, lembut. Kalau penulis yang lain itu sekadar bercerita ulang lagi. Tidak punya gaya sehingga kadang-kadang hambar," ungkap Riberu.

Dalam dunia penulisan biografi di negeri ini, nama-nama seperti Ramadhan KH dan Nurinwa tidak dapat dilupakan. Ramadhan KH, misalnya, sejak tahun 1980 hingga kini sudah menulis sekitar 30 buku biografi.

Pertama kali Ramadhan KH menulis tentang kisah cinta Inggit Garnarsih dengan Bung Karno di tahun 1981. Buah karyanya yang mendapat banyak pujian itu diberi judul Kuantar ke Gerbang, Kisah Cinta Ibu Inggit Garnasih dengan Bung Karno. Berikutnya, di tahun 1982, karyanya yang berjudul Gelombang Hidupku, Dewi Dja dari Dardanella diterbitkan, yang mengangkat namanya sebagai penulis buku biografi.

Setelah penerbitan kedua buku tersebut, berbagai buku biografi karya Ramadhan KH bermunculan. Sebut saja misalnya buku mengenai Soeharto, Ali Sadikin, Kemal Idris, dan Gobel. Dari seluruh buku biografi yang ia buat, Dewi Dja, Ibu Inggit, Kawilarang, Didi Kartasasmita, dan Ali Sadikin merupakan tokoh yang sejak semula ia sendiri yang meminta mereka untuk ia tuliskan biografinya. "Selebihnya, mereka meminta saya menuliskan riwayat hidup mereka," papar Ramadhan KH.

Sebagai seorang penulis buku biografi yang kenyang pengalaman, Ramadhan KH selalu mendorong setiap orang untuk menuliskan riwayat hidupnya. Baginya, setiap orang sebenarnya memiliki pengalaman hidup yang menarik, baik yang bersentuhan dengan banyak orang maupun yang hidup menyendiri. Sekalipun sosok yang menjadi fokus di masyarakat memiliki daya tarik yang besar, dalam pengalaman Ramadhan KH, seorang buruh kecil pun dapat dituliskan riwayat hidupnya.

Ramadhan KH mengaku pernah tertarik menuliskan pengalaman seorang bekas romusa di zaman Jepang yang pernah dikirim ke Saigon. "Sayangnya, ia tidak pandai menceritakan pengalaman hidupnya. Ia hanya bercerita berputar-putar sehingga saya tidak berhasil mewujudkannya sampai berupa buku," ungkapnya.

Di sisi lain, sosok Nurinwa sebagai penulis buku biografi juga memiliki pengalaman yang panjang. Bersama rekan-rekannya di LIPI, pada tahun 1985 ia mendirikan Yayasan Biografi. Hingga kini Nurinwa telah menghasilkan 14 buku biografi, di antaranya biografi Sultan Hamengku Buwono X yang berjudul Pisowanan Ageng. Ia juga dikenal sebagai salah seorang penulis biografi tokoh militer, misalnya Wahono, Wiyogo Atmodarminto, dan seluruh panglima Brawijaya. Kini, ia juga mengaku tengah menyiapkan bahan-bahan untuk penulisan sosok presiden negeri ini.

Usaha Nurinwa ini memang tidak dapat dipandang sederhana. Tengok saja, saat ini ia sudah mengoleksi sebanyak 330 lembar kliping informasi yang terkait dengan mantan Presiden BJ Habibie. Selain itu, ia juga sudah mengoleksi 1.700 kliping mengenai mantan Presiden Abdurrahman Wahid, dan sekitar 15.000 kliping mengenai mantan Presiden Soeharto semasa berkuasa. "Baru dari kliping saja paling enggak sudah mengeluarkan biaya Rp 30 juta," ungkap Nurinwa.

Tidak mudah dan murah memang membuat sebuah buku biografi. (WEN/NCA/Litbang Kompas)

Semarak, Peluncuran Biografi SBY

Jakarta, KCM

KCM/nin

Seusai memberi sambutan, SBY didaulat menanyikan sebuah lagu, dan ia memilih Hidup Terkekang, sebuah lagu yang dipopulerkan oleh Panjaitan Bersaudara

Dihadiri oleh sekitar 2.000 undangan - keluarga, sahabat, dan handai taulan – antara lain mantan presiden Abdurrahman Wahid, mantan Menteri Koordinator Politik dan Keamanan Susilo Bambang Yudhoyono yang akrab dipanggil SBY meluncurkan biografi di Panti Perwira, Balai Sudirman, Jakarta, Rabu (31/3) malam.

Buku riwayat hidup SBY setebal 1.003 halaman ini diterbitkan oleh Dharmapena Publishing dan digarap oleh satu tim penulis di bawah pimpinan Usamah Hisyam. Seusai peluncuran yang disaksikan oleh istri SBY Kristiani Herawati, disampaikan uraian tentang sosok SBY, yang pertama oleh Letnan Jenderal (Purn) Himawan Sutanto dan berikutnya oleh Dr Denny JA.

SBY sendiri dalam sambutannya menyebutkan, bahwa biografinya dimaksudkan sebagai wahana dialog antara masyarakat dan SBY. Setelah tidak lagi duduk di pemerintahan, SBY mengatakan dirinya lebih leluasa, dan amat bahagia bisa menjumpai rakyat Indonesia yang ia temui selama berkampanye di berbagai kota dan pulau bersama Partai Demokrat yang ia ikut mendirikannya, dan yang kini mencalonkannya sebagai calon presiden.

Biografi yang diberi judul “SBY – Sang Demokrat” oleh tokohnya disebut mengungkapkan banyak pelajaran tentang kehidupan, antara lain bahwa ia tidak selalu seindah bulan purnama, mengandung banyak rahasia Allah. SBY juga menyampaikan, bahwa hidup bisa diibaratkan sebagai universitas tempat menimba pelajaran, dan ia juga mengajak hadirin untuk menjalani hidup sebagaimana adanya, disertai dengan syukur.

Bila SBY sendiri mencoba untuk tidak menghadirkan nuansa politik praktis dalam acara semalam, komentator politik Denny JA mencoba melihat SBY dalam dua kurun waktu yang historik, yang pertama antara Mei 1998 sampai dengan awal 2004, dan berikutnya prospek ke depan.

Antara lain Denny membawa hadirin ke dalam perbandingan antara SBY dan Fidel Ramos, tokoh Filipina yang setelah melalui karir militer dan periode menentukan di

negaranya, lalu terpilih menjadi presiden dengan melalui partai kecil. Hal itu bisa terjadi karena Ramos adalah tokoh yang sangat populer.

Namun meski ada harapan ke arah itu, Denny tidak lupa mengulang nasihat ayahanda SBY yang mengatakan, bahwa SBY harus tulus dan ihlas, dan bahwa pengabdian bisa di mana saja.

Biografi SBY

SBY lahir di Pacitan 9 September 1949, dan setelah menamatkan SMA lalu masuk AKABRI Darat dan lulus tahun 1973. Selanjutnya ia sempat mengikuti sejumlah pendidikan di sekolah komando di Indonesia dan di AS. Di antara banyak jabatan yang pernah diembannya di TNI, SBY pernah menjadi Kepala Staf Teritorial (1998-1999). SBY juga pernah menjadi Ketua Fraksi ABRI di MPR pada tahun yang sama.

Dalam pemerintahan sebelum dua kali menjadi Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan, SBY juga sempat diangkat sebagai menteri pertambangan. Presiden Megawati Soekarnoputri menerima pengunduran dirinya sebagai Menko Polkam di Kabinet Gotong Royong beberapa pekan silam, setelah sebelumnya terjadi ketidak-harmonisan hubungan kerja.

Dari pernikahannya dengan Kristiani Herawati, SBY mempunyai dua orang putra, yakni Agus Harimurti Yudhoyono dan Edhie Baskoro Yudhoyono. (nin)

Buku ini sekaligus dimanfaatkan untuk menjawab bahwa SBY bukan peragu. Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), mantan Menko Polkam yang juga calon presiden unggulan asal Partai Demokrat, meluncurkan biografi pada penghujung Maret lalu. Berjudul SBY Sang Demokrat, peluncuran buku di Panti Perwira, Balai Sudirman, Jakarta, itu berlangsung meriah. Sekitar 2.000 undangan hadir di sana.

Di antara keluarga, sahabat, dan handai taulan tampak antara lain Menteri Sosial Bachtiar Chamsjah, Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Yusril Ihza Mahendra, Menteri Perhubungan Agum Gumelar, Ketua Dewan Syuro Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Abdurrahman Wahid, calon presiden dari partai Golkar Surya Paloh, mantan KSAD Wismoyo Arismunandar dan Subagyo HS, Ketua Umum PKB Alwi Shihab, pengamat masalah Indonesia William Lidle serta pengamat militer Salim Said.

Peluncuran biografi SBY itu terbilang cukup mewah. Sederet artis penyanyi seperti Betharia Sonata, Rafika Duri, dan Dian Piesesha turut menghangatkan suasana. Seusai peluncuran yang disaksikan istri SBY, Kristiani Herawati, disampaikan uraian tentang sosok SBY oleh Letnan Jenderal (Purn) Himawan Sutanto dan Dr Denny JA.

SBY dalam sambutannya menyatakan bahwa biografinya dimaksudkan sebagai wahana dialog antara masyarakat dan dirinya. Dia merasa memiliki keleluasaan setelah tak lagi menjadi bagian dari pemerintahan. Dia amat bahagia bisa menjumpai rakyat Indonesia yang ia temui selama berkampanye di berbagai kota dan pulau bersama Partai Demokrat.

Biografinya, menurut SBY, mengungkapkan banyak pelajaran tentang kehidupan. ''Tidak selalu seindah bulan purnama, mengandung banyak rahasia Allah,'' katanya.

SBY juga menyampaikan bahwa hidup bisa diibaratkan sebagai universitas tempat menimba pelajaran. Dia lalu mengajak para undangan untuk menjalani hidup sebagaimana adanya, disertai dengan syukur.

Riwayat hidup SBY setebal 1003 halaman itu diterbitkan oleh Dharmapena Publishing dan digarap satu tim penulis yang diketuai Usamah Hisyam. Buku ini diawali dengan beberapa puisi karya SBY yaitu Mahligai Kasih, Reformasi Tidak Mati, dan Cahaya Islam.

Buku ini sekaligus dimanfaatkan untuk menjawab bahwa SBY bukan peragu. Secara garis besar ditegaskan bahwa anggapan sejumlah pengamat yang menganggap SBY sebagai sosok yang kurang tegas dalam mengambil keputusan --terutama pada hari-hari terakhir sebelum mengundurkan diri dari jabatan Menko Polkam-- adalah salah besar. Uraian itu terangkum dalam prolog dari halaman 1 sampai 30.

Selain menggambarkan secara detail riwayat hidup dan sosok SBY, buku ini juga berisi pemikiran-pemikiran SBY mengenai tema besar dan agenda globalisasi kehidupan kenegaraan dalam epilognya dari halaman 945 sampai 971.

Selain cerita sukses sang jenderal, buku ini juga menyajikan parade foto sejak masa-masa SBY menjalani pendidikan militer di Akabri, menjadi menteri, bersama kolega-kolega, serta foto-foto diri dan keluarga. Sayangnya SBY tidak memiliki dokumentasi foto-foto masa kecilnya di lingkungan pesantren di Pacitan, Jawa Timur.

Mantan Menlu, Alwi Shihab dan kolega SBY di kabinet Gus Dur saat dimintai komentar mengenai buku SBY Sang Demokrat ini mengatakan bahwa SBY mempunyai watak yang sangat tenang dan arif. ''Watak SBY itu dapat menenangkan situasi dan sangat arif dalam membawa kabinet. Saya kira tidak ada yang meragukan bahwa SBY berada di tengah, dia memihak kepada pemerintah dalam arti kepada konstitusi,'' ujar Alwi.

Sementara itu calon presiden dari partai Golkar, Surya Paloh mengungkapkan bahwa SBY yang ia kenal adalah orang yang ramah dan penuh dengan sopan santun. ''SBY itu orang baik, sopan dan ramah kepada setiap orang. Sebagai teman saya bangga dengan dia,'' katanya.

(ruz )

SBY Luncurkan Biografi

Susilo Bambang Yudhoyono & Ani Yudhoyono Saat Peluncuran Biografi "SBY, Sang Demokrat" (GATRA/Ivan N. Patmadiwiria)Jakarta, 1 April 2004 09:22
Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) meluncurkan biografi berjudul SBY, Sang Demokrat, Rabu malam di Jakarta. Buku itu antara lain mengisahkan pendidikan di Akabri dan tugas sebagai Menko Polkam.

Tampak hadir dalam acara itu antara lain mantan Presiden KH Abdurrahman Wahid, Jenderal TNI (Purn) Luhut B Panjaitan, Letjen TNI (Purn) Kiki Syahnakrie, Jenderal TNI (Purn) Agum Gumelar, dan Surya Paloh.

Buku setebal 1003 halaman itu ditulis tim penulis Dharmapena yang terdiri atas Rajab Ritonga, Solemanto, Purnama Kusumaningrat, Arif Bargot Siregar, Hamsina Mukaddas, dengan ketua tim penulis Usmah Hisyam.

Buku itu berisikan masa kecil SBY, pendidikan di Lembah Tidar (Akabri), pengabdian di pasukan, penugasan di medan tempur dan di luar negeri, termasuk masa tugasnya sebagai Menko Polkam.

Ketika karir militer SBY menjadi Kasad terganjal, banyak yang menyayangkan, termasuk mantan Panglima ABRI Jenderal TNI (Purn) Feisal Tanjung.

"Saya sangat menyesalkan Yudhoyono tidak diangkat menjadi Kepala Staf Angkatan Darat, dan tidak diberi kesempatan menjadi Panglima TNI. Seharusnya dia lebih pantas, dan sangat pantas menyandang pangkat jenderal bintang empat pada saat diangkat menjadi Kepala Staf Angkatan Darat," kata Feisal Tanjung.

Ia menegaskan, "Kalau berdasarkan proyeksi pimpinan ABRI waktu itu, dia seharusnya diberi kesempatan menduduki jabatan itu. Dia perwira tinggi terbaik dari yang baik pada generasinya. Saya yakin sekali banyak hal yang bisa dilakukan Yudhoyono untuk membina dan memajukan Angkatan Darat, kalau diberi kesempatan. Juga meningkatkan profesionalisme TNI sesuai semangat reformasi," katanya.

Sementara itu, Kasad Jenderal TNI Ryamizard Ryacudu mengatakan, "SBY adalah yang terbaik, karena selalu nomor satu, dan selalu duluan. SBY juga tekun, itu patut dipuji, ia menimba ilmu, belajar, dan terus belajar," katanya. [Tma, Ant]

printer

Versi Cetak

email

Kirim Berita ke Teman

komentar

Komentar Anda


spacerKOMENTAR PEMBACAspacer sby intelectual in uniform ? (suryana_gana@pl..., 01/05/2004 07:48)
SBY, orang orang UGM menyebut anda 'intelectual in uniform' sejak dulu . Kupas tuntas presiden di kampus tersebut kemarin telah berhasil menyihir mereka. Dukungan politik mereka kayaknya diarahkan kepada anda, padahal mereka harus menyadari bahwa pandangan mereka org org kampus tersebut akan membawa opii publik, sampai sampai mubyarto dan koesnadipun terdiam mendengar anda berargumen. Klo jadi presiden naikkan anggaran pendidikan lebih dari 20 persen yah

jakarta
spacer notest,,,,4 u SBY (moch_rekal@ya..., 13/04/2004 08:08)
Andai ANDA kelak menjadi Presiden,,,jadilah Pemimpin yg disukai oleh rakyat dgn kejujuran dan kepemimpinan yg baik. Jadilah Pemimpin yg selalu dan mau melihat rakyat dikalangan bawah agar mereka tidak terlantar sehingga membuat Indonesia aman. Pokoke,,,ekonomi aja di bagusin,,,,jgn NAIKIN HARGA BARANG2 TERUS,,,,GAJI SAYA HANYA CUKUP 1 MINGGU tuk HIDUP DIJAKARTA :) terima kasih
spacer PASTIKAN SUARA ANDA UNTUK SBY! (corpus_cross@ya..., 05/04/2004 06:14)
Kalau anda benar2 menginginkan SBY menjadi presiden, sebenarnya mudah saja. Pilihlah partai yang secara jelas dan tegas mencalonkan SBY sebagai calon pertama dan satu2nya sebagai presiden. Jangan mempertaruhkan suara anda itu dengan memilih partai yang hanya menempatkan SBY sebagai calon nomor dua dan seterusnya. Partai seperti itu sebenarnya plintat-plintut, sebab mereka hanya menyebut nama SBY (dan juga nama lainnya) sebagai umpan saja untuk mengumpulkan suara sebanyak2nya (cara benalu).

Co... <1203>
spacer Saya sangat menyesalkan Yudhoyono (geblek_lo@ho..., 04/04/2004 10:37)
Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) meluncurkan biografi berjudul SBY, Sang Demokrat, Rabu malam di Jakarta. Buku itu antara lain mengisahkan pendidikan di Akabri dan tugas sebagai Menko Polkam.

Tampak hadir dalam acara itu antara lain mantan Presiden KH Abdurrahman Wahid, Jenderal TNI (Purn) Luhut B Panjaitan, Letjen TNI (Purn) Kiki Syahnakrie, Jenderal TNI (Purn) Agum Gumelar, dan Surya Paloh.

Buku setebal 1003 halaman itu ditulis tim penulis Dharmapena yang terdiri atas Rajab Ritonga, Solema... <744>
spacer hidup pak susilo (will_nemo@ho..., 04/04/2004 06:28)
pak susilo ,maju terus untuk jadi presiden,majukan bangsa ini . jangan pernah dengar caci maki orang yang ngak bisa membangun negara ini. keputusan anda mundur dari kabinet adalah hal yang bagus,dari pada kinerja anda tidak dihargai. kami tahu usaha anda untuk membangun negara ini.kami tetap memilih anda ,hidup pak susilo ,pendiam dan tegas adalah pemimpin bangsa ini
spacer Maju terus (raditiyafadjraa@ya..., 04/04/2004 03:28)
Maju trus SBY, saya pasti coblos partai anda, Saya yakin anda jawaban dari banyak pertanyaan bangsa ini. Berikan cahaya terang kepada negara ini pak.. Maju trus pak im with you
spacer ?????????? (gondrong78@ho..., 04/04/2004 01:36)
sebagai rakyat kita mah bagaimana kwalitas pemimpin kita mungkin secara penampilan pisik pak sby memungkinkan tapi bagaimana dengan intelektualnya terutama moralnya dan visinya.jangan sampe cuman bagus di iklan doang ujug ujugnya anjing cina juga.bangsa ini sudah hampir rusak total butuh seorang pemimpin bukan makelar jasa bukan juga seorang yang tolol seperti megawati.atawa provokator seperti gus dur.bangsa ini memerlukan ketegaran orang orang nasionalis sudah kolaps dari segi moralitas hancur ... <469>
spacer kesadaran: Amin salah melulu (kamarfufu@ya..., 03/04/2004 22:53)
Terbukti dari tulisan Bp. Kesadaran bahwa Amin Rais telah salah memilih Gus Dur dan salah lagi memilih Mega. Yang benar kalo dia mundur saja di arena politik. Salah Melulu!!
spacer Siapa Berani? (c_jack@se..., 03/04/2004 19:17)
Percaya ga percaya!
Ada yang udah berani jadi "bandar" tebakan SIAPA PRESIDEN 2004-2009?
Percaya ga percaya!
Ada yang udah berani jadi "bandar" tebakan SIAPA PEMENANG PEMILU 2004?
Cara maennya gampang. Ada nyang "polos" (sekedar nama pemenang: partai atau presiden). Ini rada murahan. Ada juga yang "isi" (pake "skor" persentase). Ini rada mahal.
Tapi kalo ente cuma begaji di bawah 10 jt sebulan, mending jadi penonton aja -- paling-paling sambil ngutuk "ini judi laknat!". Begitulah ...
spacer Tidak semudah Yang diucapkan (kabayandewa2000@ya..., 03/04/2004 09:50)
Kalau mau banyak perubahan didalam pemerintahan kita...? sebenarnya bukan sistimnya . Yang paling substansi adalah ...tokohnya atau pelaku negaranya...harus siapa....

Biarpun diganti diputar balikan kalau itu lagi itu lagi....yaaa sami mawon. yang penting orang2 bekas orba harus tidak ikut kepanggung politik.terutama para elit politiknya.

Atau paling tidak yang angkatan orde barunya harus sudah mati semua, baru diganti oleh generasi yang baru semua. Ibarat mobil harus di "Over Haul"

Bila Dua Jenderal Berebut RI-1
Oleh DOKTER VENUSRI LATIF

PEMILIHAN Presiden RI yang akan berlangsung tanggal 5 Juli 2004 merupakan satu peristiwa penting dalam sejarah berdirinya negara RI. Ini adalah pertama kali rakyat memilih langsung presidennya yang selama ini dilakukan oleh MPR. Mungkin ada baiknya, tapi mungkin juga ada kekurangannya. Namun hal ini sudah diputuskan oleh para wakil rakyat. Sejak tanggal 1 Juni 2004, para capres dan cawapresnya sudah mengadakan kampanye ke berbagai daerah di seluruh Indonesia. Para tim kampanye juga sudah sibuk untuk menggolkan capres dan cawapresnya dan dengan caranya masing-masing.

Jika kita lihat sekarang, cara kampanye yang banyak adalah pembagian stiker atau gambar-gambar capres dan cawapres, dan spanduk-spanduk dengan berbagai gambar dan tulisan. Capres dan cawapresnya kebanyakan berkunjung ke pasar-pasar dan ke pesantren-pesantren. Apakah kampanye tersebut efektif dan berhasil atau tidak, tidak ada tolok ukurnya. Semua pasar dan pesantren tentu saja senang dapat menerima capres dan cawapresnya, apalagi dengan memberikan sumbangan. Yang tak kalah pentingnya lagi setiap ada acara kampanye selalu ada lagu-lagu dan dangdut ria. Jadi orang banyak hadir hanya untuk mendengarkan hiburan, bukan pidato capres atau cawapresnya.

Kepada siapa suara diberikan tetap saja rahasia masing-masing. Demikian juga para pendukung ikut hiruk pikuk dalam kampanye. Dan yang menarik, ada pula pendukung capres dan cawapres membuat daftar pendukung dan ditandatangani dengan cap jempol darah. Tindakan ini tentu akan merusak citra capres dan cawapres secara tidak langsung karena dengan menggunakan itu sepertinya mau mengancam dan akan terjadi satu tindakan kekerasan. Dan ini sebaiknya jangan diteruskan. Lebih baik darahnya itu disumbangkan saja ke PMI dan dapat membantu pasien yang memerlukannya.

Kali ini yang akan saya bahas adalah apa kekuatan dan kelemahan para capres saja dan cawapres tidak dibicarakan, karena biasanya capres yang lebih menentukan ke mana orang akan memilih. Dan tulisan ini lebih cenderung untuk menentukan sebaiknya mana yang dipilih nantinya dan tidak untuk menganjurkan memilih siapa. Dan tentu saja ada unsur subjektivitasnya. Banyak isu yang dilontarkan juga menarik perhatian, antara lain kalau mau aman Indonesia ini, pilih saja mantan militer, atau kalau mau Indonesia terbebas KKN, pilihlah yang jujur tak pernah terlibat KKN. Dan ada lagi yang menggunakan fanatik daerah seperti Sunda atau Sulawesi untuk kampanye.

Yang tak menarik adalah kampanye hitam atau black campaign yang menjelekkan lawan atau tanpa fakta. Kalau kampanye negatif, seperti yang sering digunakan oleh negara maju seperti AS. Dengan memberikan data bagaimana dia dahulunya bolehlah misalnya kenapa waktu diberi peluang tidak berbuat seperti yang diinginkannya dalam berbagai masalah, terutama bagi calon yang pernah duduk dalam pemerintahan dulu atau sekarang.

Penilaian para capres tersebut berdasarkan pengamatan di TV, wawancara di media massa atau dalam berbagai kampanye ke daerah-daerah dan yang tak kalah pentingnya adalah membaca literatur, autobiografi atau biografi dari para capres. Tentu saja ini tidak sempurna, tetapi dapat juga membantu kita dalam menentukan pilihan nantinya.

Setiap manusia tentu ada kekuatan dan kelemahannya. Yang kita lihat adalah cara-cara capres menjawab pertanyaan wartawan, peserta yang hadir dalam kampanye dan mimiknya mendapat pertanyaan yang sukar dan yang menyerang dirinya. Sebetulnya yang lebih menarik jika kita mengetahui hasil psikotes IQ, EQ, CQ dan RQ-nya. Hal ini tentu tidak memungkinkan akan saya bicarakan sesuai dengan urutannya dalam pemilu capres dan cawapres yang telah diundi dan ditentukan oleh KPU.

Dari lima kandidat Presiden RI yang akan datang ini, literatur mengenai biografi Megawati, Amien Rais yang paling banyak. Yang paling tebal bukunya dan paling mahal harganya adalah buku biografi SBY. Mengenai Wiranto ada tiga buku dan Hamzah yang lebih sedikit mungkin hanya satu. Buku-buku biografi mengenai Amien Rais selain terbitan 2004 juga ada waktu reformasi dulu l998, misalnya Amien Rais Perjalanan Menuju Kursi Presiden.

Literatur Megawati kebanyakan yang dulu dan banyak biografi mengenai Amien Rais yang terbit pada tahun 2003 dan 2004 memang enak untuk dibaca antara lain 50 Alasan Mengapa Memilih Amien Rais; Amien Rais Memimpin dengan Nurani; Sang Pahlawan Reformasi. Wiranto bukunya yang terkenal itu adalah Bersaksi di Tengah Badai dan edisi Inggrisnya Witness in The Storm; Pergulatan Menguak Kebenaran; Selamat Tinggal Timtim dan juga buku waktu dia Menhankam TNI Abad XXI. Buku SBY Sang Demokrat terlalu tebal dan mahal. Ada lagi buku terbitan Mei 2004, SBY dan Islam.

Sedangkan mengenai Hamzah Haz literaturnya sangat kurang. Apakah dengan banyaknya buku-buku mengenai Megawati dan Amien Rais mereka akan terpilih menjadi Presiden RI? Berikutnya, juga belum tentu karena orang Indonesia malas baca, maunya kampanye yang gampang saja dan berdangdut ria. Jadi mereka tak peduli dengan misi, visi, dan mau apa presiden itu. Yang penting bagi rakyat Indonesia, semua kebutuhan sembilan bahan pokok ada dan murah, dan SPP dihapuskan. Ya begitulah politiknya masih di sekitar perut saja. Urusan politik tinggi mereka umumnya tak tertarik.

Pada waktu ini, persaingan makin ketat antara para capres. Kelihatannya, para pemilih lagi memperhatikan mana yang pantas menjadi presiden sekarang ini apakah mantan militer atau sipil. Sipil atau mantan militer sebetulnya sama saja, yang penting masalah karekter capres tersebut. Semua mempunyai peluang sama, masing-masing punya kelebihan atau kekuatan dan kelemahan atau kekurangannya. Itulah gunanya tim sukses yang dapat memoles capres tersebut. Untuk itu akan saya paparkan secara singkat bagaimana kekuatan dan kelemahan masing-masing capres.

1. Jend. (Purn.) Wiranto S.H. Kalau kita lihat penampilannya bersahaja, kelihatan teguh hatinya, jarang bicara atau seperlunya. Mungkin kalau sudah dekat, dia akan berbicara banyak. Wiranto yang lahir di Yogyakarta, 4 April l947 itu diberi nama oleh ibunya yang menurut bahasa Jawa berarti wira anak berani dan anto memegang teguh kebenaran.

Kelihatannya memang sesuai dengan keinginan ibunya. Bapaknya seorang kepala sekolah dasar negeri. Dia lebih banyak sekolahnya sejak SD, SMP, dan SMA di kota Solo. Walaupun banyak diterpa masalah dalam kampanye, kali ini dia tetap tenang saja. Soal-soal yang dihadapi yang akan menjatuhkannya banyak sekali masalah pelanggaran HAM, peristiwa Mei l998, dan dua masalah terakhir Pam Swakarsa yang dilansir oleh Kivlan Zen dan VCD Menuju Puncak.

Memang jenderal satu ini sudah banyak makan garam sejak dia tamat AMN l965 mulai dari komandan pleton di Sulut, kemudian bertugas di pasukan baret hijau Kostrad terus melejit sampai Pangkostrad, pernah menjadi ajudan Presiden Soeharto, Kasad, dan Panglima ABRI. Dengan bawaannya yang tenang dan sorot matanya yang tajam, semua masalah dapat diselesaikannya. Dari hasil psikotes dan keterangan kawan saya Prof. Dadang Hawari dalam buku witness in the storm memang Wiranto mempunyai IQ yang tinggi dia dapat mengambil keputusan dengan cepat dan tepat dan tanpa ragu-ragu. Demikian juga EQ (emosional quotient) juga baik, emosinya stabil, tidak gegabah. Selain itu CQ (creativity quotient) dan RQ atau SQ (religius atau spiritual quotient) juga bagus, taat beragama.

Salah satu contoh ketepatannya menentukan sikap adalah waktu diserahkan kekuasaan dari Pak Harto, tapi malah dia tidak mau. Menurut perhitungan dia, mungkin nanti akan bertambah kacau karena waktu itu rakyat sangat antimiliter dan kemungkinan ada juga jenderal lain yang iri. Dengan demikian hal itu tidak memberi jalan ke arah demokrasi.

Kekuatannya untuk terpilih adalah kepribadian dan kecerdasan semua baik. Pengalaman dalam militer dan pemerintahan cukup banyak dan menentukan. Keluarga tak bermasalah. Penampilan tenang, tidak banyak omong kecuali kalau ditanya baru mau omong. Ada baik dan jeleknya, tetapi dia sebaiknya sebagai militer memang harus begitu.

Faktor lain kemungkinan dia mendapat perolehan suara besar dalam pemilihan presiden kali ini karena dia didukung oleh dua partai besar pemenang pemilu legislatif, yaitu Golkar dan PKB. Dengan mesin Golkar dan PKB itu diharapkan dia bisa masuk ke dalam pemilihan presiden tahap kedua. Dia sudah menjelaskan dengan baik dan membantah dirinya terlibat dalam berbagai masalah pelanggaran HAM dan peristiwa berdarah Mei l998. Yang akan menentukan juga adalah dana cukup besar. Komunikasi dengan rakyat baik.

Yang melemahkan kemungkinan untuk terpilih, banyak masalah waktu terjadi masa lalu, pelanggaran HAM, Timtim, peristiwa Mei dan Kivlan Zen (namun, ini mungkin tidak ada pengaruhnya, karena ini masalah lain).

Selain itu yang menjadi pertanyaan kita adalah apakah betul-betul Golkar akan mendukungnya karena dia yang mengalahkan Akbar Tandjung, Ketua Umum DPP Partai Golkar dalam Konvensi Golkar. Mungkin Golkar agak takut juga pada dia(?) Demikian juga PKB. Dan suara Golkar di Indonesia Timur sudah akan terambil oleh Jusuf Kalla yang merupakan cawapres dari Partai Demokrat. Sedangkan partai lain seperti PKS yang mungkin sebagian mendukung Wiranto dan sebagian lagi mendukung Amien Rais untuk mengeliminasi Mega Masih terdapat resistansi dari LSM dan mahasiswa.

2. Megawati Soekarnoputri

Salah satu keuntungan dari capres PDIP ini adalah masih menjabat sebagai Presiden RI. Dalam spanduk tertera sudah teruji, tetapi gambarnya dengan Hasyim Muzadi. Cerita mengenai presiden sekarang, dan juga ikut sebagai capres selanjutnya sudah banyak beredar di mana-mana. Biografi Mega lebih banyak dibicarakan oleh majalah luar negeri seperti Neewsweek atau Time dan cerita dari bapaknya dalam biografi Soekarno seperti yang diceritakan pada Cindy Adams.

Megawati nama lengkapnya Dyah Permata Megawati Setyawati Soekarnoputri lahir di Yogyakarta, 23 Januari l947. Boleh dikatakan, ia lahir dalam suasana tidak nyaman, waktu itu masih melawan penjajah Belanda. Menurut cerita Bung Karno, waktu Ibu Fatmawati mengandung dia bermimpi bahwa bapaknya memberinya sekuntum bunga kembang sepatu merah, di mana artinya mereka akan mendapat anak perempuan. Ketika Mega dilahirkan, hujan turun deras sekali atap rumah bocor kilat menyambar dan listrik padam. Dan Mega lahir dalam suasana cahaya lampu minyak tanah. Katanya dari situ sudah dapat diketahui bahwa kehidupan Mega dapat cobaan yang banyak di kemudian hari.

Jika kita lihat latar pendidikan Mega tidaklah istimewa. Ia pernah kuliah di Fakultas Pertanian Unpad (l965-l967) dan karena situasi Orba, akhirnya dia tidak melanjutkan dan kemudian masuk lagi ke Fak. Psikologi UI (l970-l972) juga tidak tamat. Cobaan hidup pribadinya juga cukup berat. Suami pertamanya Lettu (Penerbang) Surindro Supjarso meninggal karena kecelakaan pesawat jatuh di Biak l970. Mega pernah menikah dengan seorang diplomat Mesir, Hassan Gamal di Jakarta, pada tahun l972 di mana kemudian dibatalkan karena waktu itu suaminya belum dinyatakan meninggal dunia.

Kekuatannya atau keunggulannya adalah anak Bung Karno yang selalu dibawa-bawanya dalam berkampanye. Sekarang dia lagi berkuasa dan bisa berkampanye sebagai presiden, susah membedakan dalam kampanye antara presiden, capres atau Ketua Umum DPP PDIP. Mesin politiknya juga hebat, dan dana paling bayak ada yang menyebutnya melimpah(?) Dia juga termasuk orang yang kuat dan tabah. Selain kekuatan, juga mungkin kelemahannya jarang bicara atau sukar berbicara(?).

Dukungan massa PDIP masih banyak walaupun pada pemilu yang lalu merosot. Kelemahannya adalah kurang berkomunikasi dengan pers, malah sering tak senang sama pers. Dia tidak mau ikut terlibat dalam kampanye debat presiden yang tidak diadakan oleh KPU. Lucunya, dia kalau tak senang pada seseorang terlihat sekali dari sikapnya dan dapat kita lihat di TV.

Pemerintahannya yang tadinya diharapkan memberantas KKN tidak terlaksana, malah ada yang mengatakan makin subur. Masyarakat kecil kurang mersakan hasil kerja pemerintahannya. Lihat pengangguran terbanyak selama pemerintahannya, lapangan kerja makin sempit. Investasi tak ada, malah banyak yang lari ke luar negeri. Yang menjadi persoalan adalah mengenai pasangan dengan Hasyim Muzadi yang kurang mendapat dukungan dari elite NU.

3. Amien Rais. Mengenai capres Amien Rais juga sudah banyak penerbit yang menerbitkan biografinya. Dia sudah terkenal sebagai orang yang menjatuhkan beberapa orang presiden. Ini entah baik baginya entah jelek. Tetapi yang pasti dia memang boleh disebut pahlawan reformasi yang sekarang lagi mati suri(?). Amien dilahirkan di Solo 26 April l944, dari keluarga Muhammadiyah. Bapaknya Kepala Kantor Pendidikan Agama Depag dan ibunya seorang guru. Kalau menurut namanya, ia memang berarti seorang pemimpin yang dapat dipercaya. Dari para capres, memang capres ini yang mempunyai gelar yang paling banyak. Orangnya memang cerdas dan pintar.

Kekuatannya adalah dia seorang intelektual yang tidak pernah terlibat KKN. Orangnya jujur. Track record-nya juga paling bagus. Memiliki visi dan misi yang jelas untuk Indonesia ke masa depan, terutama hasil tim ekonominya. Dalam debat presiden, dia termasuk yang paling santai walaupun banyak pertanyaan yang setengah menghinanya. Umumnya kalangan kampus memang senang pada capres ini.

Kelemahannya adalah ada yang mengatakan keadaan sekarang gara-gara Amien Rais(?). Selain itu, dia "dituduh" menjatuhkan beberapa presiden, di antaranya dia yang "mengangkat" dia pula yang "menjatuhkan" walaupun itu sebetulnya tidak benar. Tetapi hal ini menyebabkan dia kurang disenangi orang-orang NU. Dia dikatakan banyak bicara tetapi tak bisa berbuat apa-apa. Yang lain adalah Amien katanya yang menyebabkan TNI tak berperan lagi. Kelemahan lainnya hasil pemilu tidak memuaskan bagi partainya. Dana kampanyenya yang paling sedikit. Untuk dapat lolos putaran kedua, tim sukses harus bekerja keras

4. SBY Capres Susilo Bambang Yudhoyono atau biasa disebut SBY adalah capres yang paling terkenal saat ini. Banyak disenangi berbagai kalangan. Ada yang mengatakan SBY bawaannya tenang dan ganteng. Dia makin terkenal karena dia dibilang seperti anak kecil oleh Mr. Presiden di mana akhirnya dia minta berhenti. Kemenangan Partai Demokrat membawanya tambah populer walaupun belum tentu menang.

SBY dilahirkan di Pacitan 9 September l949, jadi serba 9 sampai nomor tanda gambar partainya juga 9. Semua serba kebetulan. Ayahnya juga seorang militer. Malah menurut cerita, waktu SBY lahir, bapaknya setelah sujud syukur meletakkan pistol di kepala SBY, katanya supaya SBY juga mengikuti jejak ayahnya. SBY waktu kecil dan remaja suka menulis puisi, cerpen pemain teater dan juga pemain band. Karenanya juga kalau kampanye sering bernyanyi.

Selain itu SBY senang berolah raga. Keinginan menjadi taruna AKABRI timbul waktu dia berkunjung ke Magelang, ketika itu SBY masih di SD kelas V. Setelah tamat Akabri, SBY bertugas di berbagai tempat di Indonesia, sampai menjadi Kasdam Jaya, Pangdam Sriwijaya. SBY adalah menantu Jend. Sarwo Edhi yang menjadi idolanya. Jabatan dalam kabinet pernah menjadi Menteri Pertambangan, dan Menko Polkam.

Kekuatan atau keunggulannya adalah kepribadian baik, sabar dan tidak mau berkonflik. Penampilan menarik dan dalam wawancara atau debat presiden selalu menjawab pertanyaan dengan baik dan menarik. Dia memiliki pengalaman dalam pemerintahan. Track record-nya baik. Mampu berkomunikasi dengan baik pada rakyat. Dia kampanye langsung mendekati rakyat, ke pasar, ke terminal dll. Memiliki visi yang jelas menyelamatkan dan membangun Indonesia kembali.

Kelemahannya, partai pendukungnya masih baru dan masih perlu konsolidasi. Kemenangannya juga banyak suara yang mendukung karena dia dizalimi. Karena partainya baru, belum bisa melakukan berbagai macam manuver politik, walaupun survai menunjukkan angka tertinggi buat SBY. Sama seperti mantan militer lainnya dia tidak diterima oleh golongan yang antimiliter seperti LSM atau sebagian kalangan kampus. Dan untuk menjatuhkannya dimunculkan lagi kasus 27 Juli l996 tentang penyerbuan kantor PDIP di mana dia waktu itu sebagai Kasdam Jaya. Selain itu, diisukan dia dibantu golongan bukan Islam. Karena itu diterbitkan buku bagaimana SBY dan Islam, yang baru beredar Juni 2004.

5. Hamzah Haz. Capres ini satu-satunya yang bukan dari Jawa. Dia lahir di Ketapang, Kalimantan Barat 15 Februariml940. Dia seorang yang aktif berorganisasi sejak muda. Setelah tamat Sekolah Menengah Ekonomi Atas (SMEA) di Pontianak l961, dia menjadi wartawan di salah satu surat kabar daerah. Kemudian dia masuk Akademi Koperasi Yogyakarta, di mana dia akhirnya menjadi Ketua PMII. Setelah selesai kuliah di Yogya itu, dia kembali ke Pontianak. Kuliahnya diteruskan di FE Univ. Tanjungpura. Ia masuk DPRD l966 mewakili Angkatan 66, Ketua KAMI. Kemudian pada tahun l971, Hamzah terpilih menjadi anggota DPR mewakili PPP di mana dia sebagai ketua umumnya sampai sekarang.

Penampilan juga baik mau berkomunikasi dengan wartawan, walaupun jawabnya tidak begitu bagus atau sifatnya umum saja. Kekuatannya atau keunggulannya memiliki pengalaman dalam pemerintahan, juga legislatif. Pembawaannya yang khas dan tenang. Selain itu, Hamzah memiliki basis massa dan mesin politik PPP di mana pada pemilu yang lalu perolehan suaranya menurun.

Kekurangan atau kelemahannya, selama di pemerintahannya kinerja kurang menonjol. Ia juga kurang populer. Dia mendaftar sebagai capres pada injury time sepertinya dipaksakan karena tak ada yang menawar(?) Ada yang mengatakan untuk mengambil suara Islam jangan ke Amien Rais(?).

Sekarang kita coba menghitung-hitung siapa kiranya yang akan dipilih rakyat; dengan keadaan seperti yang sudah dijelaskan. SBY paling populer dan kemungkinan mendapat suara 40%, kalau dihujat terus mungkin menjadi lebih 50% dan pilpres menjadi satu kali putaran. Ini sukar terjadi. Saingan berikutnya adalah Wiranto kalau dia dapat menguasai suara dengan mesin Golkarnya dan PKB maka dia menjadi yang kedua lolos setelah "menyalip" Megawati pada saat-saat terakhir nanti.

Dengan demikian menurut saya yang akan bertarung adalah dua jenderal. Siapa yang menang hanya waktulah yang menentukan. Bagaimana dengan capres yang lain? Mega mungkin agak berat jadi saingan SBY, sedangkan Amien untuk golongan intelektual dia adalah capres, tetapi di atas kertas jumlah suaranya hanya kurang dari 20%. Kalau saya ditanya maunya siapa yang jadi presiden, jawabnya Amien Rais, apakah mungkin?***

Penulis dokter spesialis saraf, pengamat pilpres.

esempatan pulang kampung, SBY bernostalgia dengan teman Sekolahnya
Kamis, 13 Mei 2004 - 12:03 WIB

Kesempatan pulang kampung ke Pacitan dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh Soesilo Bambang Yudhoyono. Begitu peringatan 1.000 hari meninggalnya sang ayah, HR Soekotjo, calon Presiden Partai demokrat itu bereuni dengan teman-teman main band SMA-nya, SMA I Pacitan.
Selasa Malam, setelah sowan ke Pondok Gontor Ponorogo. Mengendarai Land Cruiser B-7-FG warna hijau, SBY bersama istrinya, langsung chek in di Hotel Permata. Acara ziarah ke makam sang ayah baru dilakukan pagi kemarin.
Kendati kedatangan SBY ke Pacitan itu acara kekeluargaan, toh simpatisan dan pengurus parpol, menyambutnya dengan gempita. Sejak selasa siang lalu, ratusan simpatisannya sudah berjubel memadati halaman bekas balai Desa Ploso, Kecamatan Pacitan (rumah masa kecil SBY).
Sekitar pukul 19.30 acara Yasinan 1.000 hari HR Soekotjo, dimulai. SBY, mengenakan kain sarung dan baju muslim warna putih dan berkopiah.
Jenderal intelek ini didampingi istrinya, Kristiani Herawati, dan ibu kandungnya, Siti Habibah. Dalam acara itu, SBY terlihat khusuk melafalkan bacaan Yasin.
Begitu acara selesai, ratusan simpatisan dan pengurus Partai Demokrat dan Parpol koalisi, PBB (Partai Bulan Bintang), dan PKPI (Partai kesatuan dan Persatuan Indonesia), baik dari Jatim maupun Jateng menyeruak masuk rumah. Mereka berebut foto bersama SBY. Tidak itu saja, beberapa diantaranya ada yang ingin memenuhi janjinya menjabat tangan dan memeluk SBY.
“Saya berjanji untuk menjabat dan memeluk Pak SBY,” kata Mbah Karno, penganggum SBY asak Kecamatan Nawangan, Tentu saja, suasana hiruk pikuk dan saling berebut foto dengan SBY itu membuat panitia bingung.
Begitu juga dengan kru Metro TV yang malam itu tengah mempersiapkan acaran life dengan SBY, langsung dari rumah .’keprabon’. Antusiasme warga membuat panitia meminta sebagian undangan segera meninggalkan ruangan tersebut.
Setelah semua acara selesai, sekitar pukul 24.00, SBY memanggil semua temanya semasa SMA-nya dulu. Mereka terlibat obrolan mengasyikan. Malam itu pun SBY kembali bernostalgia dengan grup band-nya selama disekolah. SBY memegang bass merangkap vokal.
Tiga buah tembang kenangan, masing-masing Bus Sekolah, telaga Sunyi, dan Hidup Terkekang, dinyanyikan SBY dengan penuh perasaan. Suaranya membuat teman dan simpatisannya terharu bahagia.”Pak SBY, memang masih tetap seperti dulu,” celetuk Suhardjito, salah seorang karipnya.
Pagi kemarin, setelah ziarah dimakam ayahnya, HR Soekotjo, SBY mengunjungi SMAN I Pacitan. Dia melihat-lihat kondisi bangunan gedung SMAN I bagian depan. Bagi SBY, bangunan itu cukup berarti. Sebab, mulai membuat batu bata sampai pembangunannya, dikerjakan SBY bersama teman-temanya.
SBY yang menyerahkan buku biografi SBY yang didalamnya terdapat cerita selama menjadi siswa disekolah itu. Setelah itu, sekitar pukul 12.00 SBY dan rombongan meninggalkan Pacitan menuju Jakarta.

Dalam kesempatan jumpa pers, SBY juga ditanya tentang apa untungnya Kabupaten Pacitan kalau terpilih menjadi Presiden. Saat itu, SBY tidak segera menjawab. Beberapa detik kemudian, dengan semangat SBY menjelaskan secara formal masalah itu menjadi tanggung jawab pimpinan di Pacitan, yakni Bupati dan DPRD.
Selain itu, masyarakat yang sudah sukses, yang saat ini bermukim diluar Kota Pacitan, harus memberi bantuan secara nyata dan langsung menyentuh pada persoalan-persoalan daerah itu sendiri,”Tetapi, jika saya terpilih, Pacitan menjadi agenda utama.”
Dijelaskan sebagai Presiden dirinya tidak boleh mementingkan salah satu daerah saja. Tetapi, untuk Pacitan,SBY mempunyai penilaian tersendiri. Pasalnya, dia dilahirka dan dibesarkan di Pacitan. Dan hampir selama 35 tahun, daerah kelahiran itu ditinggalkan.
Kenyataannya, Pacitan masih relatif miskin. Daya beli masyarakat masih rendah. Hal itu berdampak pada laju perekonomian daerah itu sendiri. Di sisi lain, masih banyak potensi alam, baik perikanan laut dan pertambangan yang melimpah ruah, belum digarap secara maksimal.
Begitu juga dengan SDMnya yang belum mampu berkompetisi dengan daerah lain. “Jadi, wajar kalau Pacitan perlu perhatian serius. Siapapun Presidennya, daerah seperti Pacitan harus menjadi prioritas pembangunan,”imbuhnya.
Karena itu, SBY meminta kepada para calon anggota dewan , khususnya dari Partai Demokrat, ikut memikirkan hal itu. Untuk mencapai kinerja maksimal, perlu didukung kualitas, kepribadian, kedisipilinan, dan produktivitas dalam kinerjanya, yang senantiasa berorientasi pada rakyat yang diwakilinya. ( Sumber : Radar Madiun ).
(pde)